Keesokan harinya adalah hari Sabtu yang agak mendung. Sheryl hanya tidur-tiduan di kasurnya sambil memainkan ponselnya saat tiba-tiba sebuah telepon masuk dari nomor yang tak dikenalnya.
"Hallo" Ucap suara di sebrang sana.
"Siapa?" Jawab Sheryl
"Ini rumah Bu Acong yang jualan gado-gado kan?"
"Hah? Maksud lo? Siapa nih?"
"Oh bukan jualan gado-gado ya? " Ucap orang itu. "Sialan lo, Yan" Sambungnya, yang sepertinya bukan ditunjukkan untuk Sheryl karena suaranya terdengar menjauh dari telepon. Kemudian disambut oleh tawa orang-orang di sekitarnya.
"Yaudah, sorry ya salah alamat hehe" Kata orang itu dan langsung menutup teleponnya.
Sheryl tak terlalu memperdulikan orang di telepon tadi dan ia kembali berkutik dengan ponselnya sampai ia bosan dan tertidur.
Beginilah yang dilakukan seorang Sheryl Keysha Anantika saat weekend, apalagi bila Alesha tak bisa menemaninya. Ia hanya tidur-tiduran di kasurnya, bahkan bisa sampai sore. Rumahnya lebih sering sepi, hanya Sheryl dan Uwa. Sekilas tentang Uwa, Uwa sudah Sheryl anggap sebagai ibunya yang kedua, malah mungkin Sheryl lebih sering bersama Uwa dibanding bersama ibunya. Uwa telah bekerja di keluarga Sheryl sejak ia masih bayi. Umurnya sekarang sekitar 48 tahunan, tapi rambutnya masih hitam lebat. Uwa adalah Wonder Women, bisa memasak, mencuci, menyapu. Ah sudah biasa. Uwa yang Sheryl sebut sebagai Wonder Women adalah Uwa yang berani naik ke atas genteng dan memanjat pohon untuk menolong kucing.
Sore harinya, Sheryl memutuskan untuk jogging. Sheryl mulai memutari komplek perumahan rumahnya, ia bertemu banyak orang namun tak berani menyapa. Ia takut orang-orang itu tidak mengenalnya dan menganggap dia aneh.
Social anxiety disorder. Itulah kelemahannya. Ia terlalu peduli dengan omongan orang lain mengenai dirinya. Walaupun Sheryl terlihat biasa saja dari luar, namun sering kali ia merasa minder untuk berbicara dengan orang asing. Satu-satunya tetangga yang ia kenal ya hanya Wira.
"Hei, brother. ke Mall yuk, temenin gue nonton" Kata Sheryl saat melewati rumah Wira, yang kebetulan cowok itu sedang mencuci motornya di depan rumah menggunakan selang air.
"Woe, sist. Tumben jogging?" Sindir Wira
"Sialan, betis gue udah kaya gebukan maling gini. Inshaf gue"
"Apa tadi lo bilang? Ke mall? Yuk, gue juga lama ngga nonton"
"Yaudah, jam berapa ntar?"
"Gue jemput nanti lah bawel amat"
"Jam berapa biar gue bisa siap-siap dulu, ih"
"Nanti gue line"
"Oke, gue lanjut dulu ya. Bye" Pamit Sheryl
"Bye"
Sekitar pukul 16.15 Sheryl sudah berada di rumahnya, tubuhnya berkeringat dan lengket. Tapi ia memutuskan untuk menuju kamarnya terlebih dahulu dan mengecek handphonenya yang sedang ia charge. Dilihatnya dua pesan masuk. Yang pertama dari Alesha yang menanyakan PR sejarah, dan yang kedua dari nomor yang tidak dikenalnya.
"Ini Sheryl?"
Namun ia abaikan karena menurutnya tidak penting. Kemudian hpnya bergetar menandakan ada telepon. Dari Wira
"Iya Wir? kapan jemput?"
"Satu jam lagi gue otw"
"anjir, ngga usah calling gue sekarang lah kalo masih sejam lagi. Bego lo emang ngga penah ilang ya"
"Sialan lo, Sher. Udah sana siap-siap. Dandan yang cantik, lo mau nonton sama pangeran"
"Najis, gue pake daster aja udah kayak princess"
"Amit lo. Udah deh, bye" Sambungan terputus. Sheryl segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi.
Selesainya dari kamar mandi, dilihatnya handphonenya bergetar. Ada telepon, entah dari siapa. Sheryl menekan tombol answer di handphonenya dan menempelkan benda tipis itu di telinganya. Tak ada suara di sebrang sana, hanya suara motor lalu lalang dan beberapa suara klakson. Mungkin si penelpon sedang di jalan?
"Hallo ini siapa?" Sheryl memberanikan diri membuka percakapan. Namun sambungan terputus. Nggak jelas banget, batinnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal
Fiksi Remajahis affection was invisible but detectable *caution : this story occasionally contain harsh word (which may be unsuitable for some people)*