Malam itu tepat pukul 7 malam, Wira mengetuk pintu rumah Sheryl. Sheryl yang sudah siap dari setengah jam yang lalu sedang memainkan ponselnya tepat ketika pintu kamarnya dibuka.
"Non Sher, itu ada mas Wira di ruang tamu. Nyariin non Sher katanya" Ucap Uwa.
"Oh iya, wa. Makasih ya" Ucap Sheryl dan langsung menuruni tangga untuk menemui sahabatnya itu. "Lo tau gue udah siap dari jam berapa?" Tanya Sheryl sambil berjalan mendekati Wira.
"Berapa?" Tanya Wira, pandangan cowok itu mengarah padanya.
"Setengah jam woi, gue udah bisa makan KFC dua piring tuh setengah jam" Jawab Sheryl menunjukkan kedua jarinya.
"Hahaha, tadinya gue udah mau berangkat sih. Cuma gue males gitu, jadi nunggu mood gue balik dulu. hehe" Ucap Wira santai
"Gaya banget lo, ada masalah?" Tanya Sheryl penasaran
"Yuk ah buruan, keburu malem" Ajak Wira yang langsung menarik Sheryl menuju mobilnya yang terparkir rapih di depan rumah.
**
"Eh, Sher ngomong-ngomong lo lagi deket sama siapa nih sekarang? " Setelah sekitar lima menit mereka berada di mobil, akhirnya Wira membuka pembicaraan.
"Deket sama lo nih sekarang, gue gede gini lo ngga liat?"
"Seriusan, Sher" Wira jadi gemas sendiri.
"Males gue sama cowok" Ucap Sheryl sambil menatap keluar jendela. Jalanan Jakarta masih ramai, tapi untungnya mereka tidak terjebak macet.
"Lo...." Wira sengaja menggantungkan kalimatnya,memicingkan matanya menggoda Sheryl.
"Lo tau gue masih normal, Wiraa" Ucap Sheryl sambil meninju kecil lengan Wira. Cowok di sebelahnya ini wangi maskulin, Sheryl betah berlama-lama di dekatnya kalau Wira wangi seperti ini dari dulu. Pasalnya, dulu Wira anaknya jorok dan dekil. Rambutnya merah karena terlalu lama bermain di luar rumah. Bila hujan, Wira kecil akan langsung lari keluar rumah dan menuju rumah Sheryl untuk hujan-hujanan karena Wira tau betul Sheryl suka hujan. Tapi dulu yang membuat Sheryl tidak betah di dekat Wira ya karena Wira bau kecut dan jarang mandi. Lama tidak nongkrong bersama Wira ternyata banyak sekali perubahan dalam dirinya, tapi tidak dengan sikapnya pada Sheryl.
"Hahaha, gue kira. Eh mau kemana sih ini?"
"Pikun banget dah lo. Kan mau nemenin gue nonton"
"Oh iya hahaha, siap tuan putri"
Sheryl dan Wira harus menunggu sekitar dua jam sampai film yang akan mereka tonton tayang, tepatnya pukul 9 malam. Daripada bosan menunggu, Sheryl dan Wira memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi mall dulu.
"Sher, liat mba-mba itu deh" Ucap Wira sambil menunjuk seorang perempuan dengan pakaian yang super ribet. Si 'mba' itu menggunakan dress coklat panjang yang mengembang di bagian kakinya dan rambutnya yang panjang di kepang seadanya.
"Lo bisa tebak ngga, Sher. Siapa tuh cowok di belakang si mba itu?" Tanya Wira. Membuat Sheryl mengalihakan pandangannya menuju pria yang dimaksud. Pria botak dengan otot kekar, namun ia terlihat sangat kerepotan membawa belajaan wanita itu. Membuat Sheryl dan Wira tertawa bersamaan.
"Hahahaha gila sih si mba, masa pacarnya suruh bawain tas Victoria Secret. Eh itu pacar apa supirnya ya? Ah ngga mungkin supir juga sih ya Wir, masa supir berotot gitu lengannya.... Eh, Wir mampus lo si botak liat ke kita" Komentar beruntutan Sheryl berhenti saat pria berkepala botak itu melirik ke arah mereka berdua.
"Anjir, hitungan ketiga kita lari, Sher" Muka Wira terlihat sangat serius membuat Sheryl sangat ingin tertawa.
"Satu.." Hitung Wira
"Ah lama, ayo" Sheryl langsung menarik tangan Wira dan lari menjauh sambil terus tertawa. Bersama Wira memang selalu menyenangkan.
Sambil masih menunggu bioskop, akhirnya Sheryl dan Wira memasuki salah satu kedai kopi di mall itu.
"Jadi, gimana nih hubungan kita?" Tanya Wira membuka pembicaraan
"Kocak lo" Jawab Sheryl sambil tertawa. Lalu tawanya berhenti dan mukanya kembali serius
"Kita kan udah putus Sucimaan" Lanjutnya
"Aku ngga bisa gitu Sukijan" Jawab Wira dengan muka sedih yang sempurna
"Orang yang liat kita bakal ngira kita sinting deh, Wir. Nggak bohong" Sheryl menyerah dengan acting gila bersama Wira itu
"Eh Sher, lo udah pernah gue ceritain belum sih kalo gue udah putus sama Cici?" Wira mengubah topik pembicaraan.
"Ha? Demi apa, Wir? Lo emang jahat banget ngga pernah ngasih tau gue anjir. Sejak kapan?" Tanya Sheryl penasaran.
"Weitss sante sist, Belanda masih jauh"
"Buyut lo tuh Belanda" Jawab Sheryl asal
"Gue putus udah sekitar sebulan deh kayaknya, udah kesepian nih gue. Untung lo ngajak gue jalan"
"Elah lo baru sebulan putus. Mana tahan kalo jadi gue"
"Lo mah emang nggak doyan cowok kali" Ucap Wira asal
"Eh babi laut jaga ya omongan lo" Jawab Sheryl tak terima
"Canda ih gemas deh " Wira mengedip – edipkan matanya genit
"Receh lo"
''Eh tapi jujur deh sama gue, Sher. Lo lagi deket sama siapa sekarang?" Tanya Wira serius
"Deket sama lo nih kan, buta ya lo?"
"Salah ngomong lagi nih gue, emang ya ngomong sama orang bolot tuh susah. Maksud gue lo lagi naksir siapa gitu ih bego banget sih"
"Nggak naksir siapa-siapa"
"Bullshit lo" Tanggap Wira
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal
Teen Fictionhis affection was invisible but detectable *caution : this story occasionally contain harsh word (which may be unsuitable for some people)*