1st Day

2.9K 227 21
                                    

1st Day
.

.

.

Terlihat sebuah bus berhenti di sebuah halte. Seorang Namja turun dari bus dengan tas yang menempel di punggungnya. Ia terlihat tengah melemaskan punggungnya karena otot-otonya kaku.

“Akh, punggungku sakit sekali.”

Namja bernama Park Jimin itu telah menempuh perjalanan Busan-Seoul, yang tak bisa dibilang dekat. Setelah melemaskan otot-ototnya yang kaku. Jimin memutuskan untuk berkeliling di jalanan sekitar.

Ini masih cukup pagi untuk berjalan-jalan. Tapi Jimin tak memiliki tujuan lain selain berjalan-jalan di sekitar. Jimin melihat beberapa orang yang melakukan kegiatannya. Berolahraga, bersepeda, mengoborol, atau melakukan hal lainnya.

“Wah.. aku tak menyangka kalau aku bisa pergi ke Seoul.”

Jimin terus terkagum-kagum dengan keindahan kota Seoul. Ia terus berjalan menyusuri jalan-jalan disana. Seoul memang penuh dengan kejutan-kejutan yang tak terduga. Deretan toko berjejer di sepanjang jalan. Karena ini masih terlalu pagi, toko-toko itu masih tutup.

Jimin terus berjalan menyusuri trotoar, ketika perutnya berbunyi. Jimin ingat jika dirinya belum makan apapun dari semalam. Jimin terlalu fokus dengan acara melarikan dirinya hingga lupa untuk mengisi perutnya yang kosong. Sekarang Jimin harus mencari tempat yang bisa mengisi perutnya.

.
.
.

Jimin keluar dari sebuah restaurant ayam. Ia baru saja mengisi perutnya disana. Jimin kembali melanjutkan perjalanannya untuk menikmati kota Seoul. Jimin berhenti di tepi jalan untuk menunggu lampu penyebrangan berubah menjadi hijau.

Ting!

Lampu sudah berubah menjadi hijau. Jimin hendak melangkahkan kakinya menyebrangi jalan.

Brugh!

Seseorang menyenggolnya dari belakang dan membuat barang-barang yang ia bawa jatuh berantakan.

“Jwisonghamnida.” Ucap orang itu. Orang itu segera berlari menyebrangi jalan.

Jimin hanya bisa menghela nafas kasar. Ia berjongkok untuk mengambil barang-barangnya. Jimin memasukkan barang-barangnya di tasnya. Jimin melihat dompetnya juga ikut terjatuh. Jimin hendak mengambil dompetnya ketika mendengar sebuah teriakan dari seberang jalan.

“Minggir semuanya! Minggir!”

Jimin melihat seorang namja tengah berlari memecah kerumunan orang yang hendak menyebrang. Namja itu mengenakan jaket dengan kepala tertutupi tudung jaket itu. Namja itu juga menggunakan masker hitam.

Siapa dia? Kenapa penampilannya seperti itu?

Bugh!

Brugh!

“Akh!” pekik Jimin ketika punggungnya mendarat di trotoar yang keras.

Sepertinya punggungnya mengenai sesuatu yang cukup keras dan menyakitkan.

“Neo gwenchana?” tanya namja itu sambil mengulurkan tangannya, membantu Jimin.

Jimin menerima uluran tangan itu. Ia terlihat meringis menahan sakit di punggungnya. Oh, rasanya punggung Jimin ingin patah. Pasti punggungnya memar.

“Min Yoongi-ssi! Chamsimmanyeo!”

Suara teriakan dari seberang jalan kembali terdengar. Namja benama Min Yoongi itu terkejut. Ia segera menarik tangan Jimin. Tubuh Jimin tiba-tiba tersentak. Yoongi segera berlari begitu juga Jimin yang ditariknya. Mereka berlari menghindari orang-orang di belakang mereka.
Jimin tak tau apa yang terjadi. Namun, ia terlihat menikmati ‘lari pagi’nya ini. Sudah lama sekali, Jimin tidak berlari. Dan sekarang ia bisa berlari di Seoul. Ini sangat menakjubkan bagi Jimin.

Three Days [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang