Pertemuan (4)

1 0 0
                                    

Kerudung?!

-----

Adira Rea Al-Hakim

Lucu juga ngebayangin Kak Naufal pergi ke toko kerudung, dan milih motif bunga-bunga. Hihihi....

Atau bisa juga dia beli di online shop, ya kan? Atau punya Ibunya? Adiknya, Kakaknya? Maybe.... Pokoknya lucu deh ngebayanginnya.

Lalu saya menemukan sepucuk surat yang di tata dengan rapi di bawah kerudung dalam kotak. Saya segera membuka surat tersebut.

Untuk Adira Area Al-Hakim.

Cewek itu kalo pake kerudung emang cantiknya maksimal.

Tapiiii, kamu, Adira, kecantikanmu melebihi itu. Kamu tahu? Saya diam-diam menilaimu. Kamu gadis yang baik dan sholeha, itu adalah kecantikan yang sesungguhnya, dan saya baru saja menyadari itu.

Semoga kamu suka kerudungnya....

M. Naufal Aditya.

Saya menahan tawa. Lucu. Dia memang sangat tahu caranya melucu. Mungkin dia dulunya pelawak?

Saya juga baru menyadari. Kak Naufal belum mengenaliku betul. Buktinya, dia salah menuliskan nama tengahku.
Rea, Kak, bukan Area.

Dan juga dia sok tahu bilang kalo saya itu gadis yang baik dan sholeha. Padahal belum tentu juga gitu sih.... Kalo iya, ya Alhamdulillah, tapi ya...namanya juga manusia, masih banyak kekurangan. Masih belajar.

Kak Naufal berlebihan sih. Hahaha lucu banget.

-----

M. Naufal Aditya

Saya sedang bersiap-siap pergi ke wisudanya Adira, ketika telpon saya berdering. Ibu yang nelpon ternyata.

" Assalamualaikum, Bu. Ada apa?"

" Wa'alaikumsalam, Fal? Ini Bang Jammy. Ibu sakit, Fal."

" Innalillahi.... Sekarang Ibu dimana?"

" Ibu sudah Abang bawa ke rumah sakit. Tadi lagi ada tamu, terus ngeluh sakit di bagian perut. Abang langsung bawa ke RS, tamu Ibu yang datang tadi juga ikut mengantar dan sekarang masih menemani Ibu. Kamu mau datang?"

" Ya, saya berangkat sekarang, Bang. Tolong sampaikan pada Ibu."

Saya segera ngegas ke Jakarta.

Sialnya, jalan menuju Jakarta macet total! Saya baru ingat kalo hari ini hari Sabtu. Orang-orang pada asyik weekend bareng keluarga. Kenapa saya tidak naik kereta saja dari tadi. Kok ga kepikiran? Mungkin karena saya panik mendengar kabar Ibu masuk rumah sakit.

" Maju woi!!!" *TIN TINNNN* Saya malah marah-marah. Astagfirullah.... Sabar Naufal....

Lalu tiba-tiba saya teringat, " Ya Allah, janji saya datang ke wisudanya Adira...." Saya pusing tujuh keliling, langsung cepat menekan nomor ponsel Adira. Semoga dia tidak marah.

Semoga dia tidak marah. Saya malah menertawakan batin saya sendiri.

" Halo, Adira?"

" Wa'alaikumsalam."

Waduh saya lupa ngucap salam. Marah beneran dia.

" Assalamualaikum, Adira."

" Wa'alaikumsalam, ada apa Kak Naufal, nelpon Adira?"

" Saya...maaf, saya...sepertinya berhalangan hadir ke wisuda kamu. Saya benar-benar minta maaf."

" Oh iyah, ga papa kaliiii, Kak. Tapi kalo boleh Adira tahu, ada masalah apa ya? Kok Kakak kedengarannya begitu panik?!"

" Ibu saya sakit dan sekarang dirawat di RS. Tadi Abang saya ngabarin, jadi saya panik."

" Innalillahi.... Saya ngabarin Abi juga ya. Biar Abi jenguk kesana."

" Boleh ngabarin, tapi gak usah repot-repot kok, Adira, sampai jenguk segala."

" Gak papa, Kak, kan Bogor-Jakarta deket."

Deket ya emang, tapi kalo macet tetep aja nyampenya lama.

" Masalahnya jalan ke Jakartanya macet, Dir. Ini saya lagi kejebak."

Lalu hening mendadak, sebelum Adira membuka suara.

" Haduhh, kenapa pula naik mobil? Naik kereta kan juga lebih praktis...."

Kalo tadi saya gak panik, jam segini juga saya udah nyampe ke RS, Adira....

Hampir SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang