5

2K 478 50
                                    

;author's

"danik, makan malam sudah siap!"

tak ada sahutan. seungwoo mengernyit, dan sedetik kemudian ia menghela nafas. harusnya dia tahu bahwa hal ini akan terjadi. daniel takkan menghabiskan satu hari penuh dengannya.

karena hidup daniel tak luput dari pekerjaan yang terus menghantuinya.

seungwoo memutuskan untuk menghampiri daniel di kamar. di atas ranjang, ada daniel yang tengah sibuk berkutat dengan laptopnya, entah sedang mengetik apa. daniel terlihat sangat serius, terbukti karena dia tak sadar bahwa seungwoo sudah duduk di hadapannya.

"sampai kapan kau akan terus memanjakan laptopmu?" seungwoo bertanya dengan lembut, sekalipun ucapannya terdengar seperti sindiran halus.

daniel mendongak, kemudian melempar sebuah cengiran pada seungwoo. ia menutup laptopnya, kemudian meletakkan benda itu ke atas meja nakas.

"maaf, sayang, apa yang tadi kau katakan?"

"makan malam sudah siap."

daniel mengangguk. keduanya menuju ke ruang makan, dengan daniel yang mengekori seungwoo.

keduanya sibuk dengan makanan mereka―oh atau mungkin dengan pikiran mereka juga. tak ada yang berniat untuk membuka suara, sangat berbeda dengan sarapan tadi pagi.

daniel meletakkan garpu dan sendoknya ke atas piring, kemudian ia berdehem. melihat itu, seungwoo memperlambat makannya, menunggu kelanjutan dari daniel. daniel meneguk air mineral dari gelas di sampingnya, kerongkongannya terasa kering secara tiba-tiba.

atau mungkin karena dia merasa gugup. ada satu hal yang harus daniel beritahu pada seungwoo, namun ia tak berani mengatakannya. tapi, mau tak mau ia harus memberitahu seungwoo, sebelum lelaki manis itu marah padanya.

"hmm, seungwoo."

"ya?"

"err.. ada satu hal yang harus kuberitahu padamu."

"katakan."

pandangan seungwoo sepenuhnya teralih pada daniel. ia meninggalkan acara makannya, tangan kanannya kini menopang dagunya di atas meja.

"aku tidak mendengar ucapanmu tadi karena aku sedang menerima telepon."

"hmm, lalu?"

"atasanku menelepon."

seungwoo meremat celana bagian pahanya menggunakan tangan kirinya. antara ia merasa firasatnya tidak enak, atau takut untuk mendengar kelanjutan dari ucapan daniel.

"aku harus pergi, keluar negeri."

untuk sementara, seungwoo membatu. rematan lemah pada pahanya berubah menjadi cengkraman. sorot matanya berubah sendu, dan kini pandangannya juga teralihkan. matanya menatap sisa makannya yang ada diatas piring, nafsu makannya menguap entah kemana setelah mendengarkan pernyataan daniel.

"kapan?"

"kira-kira seminggu lagi."

"berapa lama?"

seungwoo masih menatap piringnya. ia sudah berusaha keras untuk menahan suaranya agar tak terdengar sedikit bergetar. untuk kali ini, daniel tahu, seungwoo merasa kecewa. sekalipun ini bukan keinginannya, namun daniel tetap merasa bersalah.

tetapi, daniel belum tahu seberapa banyak rasa kecewa yang pernah seungwoo rasakan.

"paling lama setahun." lirih daniel, bahkan lebih terdengar seperti bisikan.

seungwoo menghela nafas panjang, berusaha menyembunyikan isakannya yang bisa lolos kapan saja. juga, matanya memanas, dan lelehan air tersebut bisa saja terjatuh juga kapan saja.

"pergilah, aku takkan melarangmu. lagipula, ini tuntutan pekerjaan 'kan?"

seungwoo beranjak dari kursinya. sebelum masuk ke dalam kamar, ia menyempatkan diri untuk tersenyum pada daniel.

senyum kecewa yang belum pernah daniel lihat sebelumnya.

[a/n]

aku ngerasa sedih liat ong masa :(

btww, ini fast update lhooo, senang tyduck?

maaf ya, aku gabisa update sering-sering lagiii, soalnya sibuk :(

[20th August 2017, 11:38AM]

01:02 ❧ OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang