;author's
sinar mentari mengintip dari balik kain horden jendela apartmentnya. lelaki yang masih setia bergelung di dalam selimutnya itu kini meringkuk, memeluk dirinya sendiri. ia menggigit bibir bagian bawahnya, menahan dingin dari terpaan angin pendingin ruangannya.
ya, lelaki itu tak lain adalah seongwoo. sekalipun ia memakai selimut tebal, dan juga sinar matahari yang cukup hangat berusaha menyeruak masuk, namun ia tetap merasa kedinginan. ia bahkan menggigil.
patut dipertanyakan; badan seongwoo yang kedinginan, atau hatinya?
seongwoo menyibak selimut yang menutupi tubuhnya hingga leher. dengan langkah goyah, ia berjalan menuju jendela yang berada tak jauh dari ranjangnya. ia menyibak kain hordennya, membuat wajahnya langsung terpapar dengan sinar matahari.
matanya menyipit ketika sinar yang sangat terang tersebut menyeruak masuk ke kamarnya yang masih gelap. kemudian ia meringis pelan, dan kembali menyibak kain horden tersebut, berniat menutupnya kembali.
"selamat pagi, seongwoo." ia bergumam pada dirinya sendiri.
"mari membuka lembaran yang baru." lirihnya, sambil menatap sendu ranjang king size miliknya yang biasa daniel tempati juga.
ia menepis pelan pikiran itu. ia tidak boleh terpengaruh untuk larut dalam kesedihannya. karena, seongwoo-lah yang mengakhiri semuanya, maka seongwoo-lah yang tidak boleh bersedih terlalu dalam.
"everything will be fine."
seongwoo merapikan tempat tidurnya sambil bermonolog ria, berusaha menyemangati dirinya agar bangkit dari segala keterpurukannya.
cklek!
kepala seongwoo menoleh dengan cepat untuk melihat siapa yang datang ke apartmetnya pagi-pagi begini.
"oh, minhyun?"
"sudah bangun?"
"hm, seperti yang kau lihat sendiri."
minhyun menekan saklar lampu yang ada di dekatnya, kemudian duduk di sebelah seongwoo yang baru saja selesai membereskan tempat tidurnya.
lelaki hwang itu meringis pelan begitu melihat keadaan sahabat terdekatnya itu. kondisinya buruk, dan entah mengapa minhyun merasa bahwa seongwoo terlihat lebih kurus.
"apakah kau makan dengan baik?"
ini kali pertamanya minhyun menemui seongwoo sejak tiga hari yang lalu. ia banyak ketinggalan kabar seongwoo, dan ia menganggap keadaan mengenaskan seongwoo disebabkan oleh kepergian daniel.
padahal sebenarnya, seongwoo-lah yang pergi.
"tidak tahu." minhyun mendecak.
"matamu―maksudnya, kantung matamu bengkak." minhyun memperhatikan mata seongwoo lekat-lekat.
"benarkah? aku kurang tidur semalam."
"lanjutkan saja tidurmu, kau bisa mengambil cuti 'kan?"
"aku tak mungkin mengambil cuti setiap saat, minhyun."
seongwoo mengerang pelan, minhyun tak tahu kondisi yang sebenarnya.
"kau bosnya, apa ada masalah dengan itu?"
"tentu saja ada, aku tak mau menjadi contoh yang buruk bagi anak buahku." seongwoo menjitak pelan kening minhyun.
minhyun tersenyum kecil ketika melihat sifat ketus seongwoo sudah kembali. ia menganggap semua telah kembali normal. tanpa tahu yang sebenarnya.
"wanna hang out together?"
tawaran dari minhyun sontak membuat seongwoo menoleh ke arahnya.
"kita akan bersenang-senang hari ini, ok?"
seongwoo hanya bisa mengangguk pelan seraya tersenyum tipis, kemudian membiarkan minhyun merangkulnya hangat.
mungkin, orang yang tidak tahu-menahu mengenai kejadian pahit yang telah dialami seongwoo, akan bertanya;
setelah semua berakhir, ia masih bisa tersenyum?
namun, mereka harus tahu bahwa senyum itu adalah senyum palsu seongwoo. ia memang pandai dalam memalsukan ekspresi atau menyembunyikan sesuatu dari semua orang.
yah, setidaknya, biarkan seongwoo tersenyum sekalipun itu hanya senyuman palsu.
tetapi, apakah hari-hari suram seongwoo selanjutnya akan penuh dengan senyum palsu dan kemunafikan?
[a/n]
sedih ah, mereka berdua sama-sama depresi :((
[10th September 2017, 11:41 AM]
KAMU SEDANG MEMBACA
01:02 ❧ OngNiel
Fanfiction"it's 01:02 am, and i'm still here, waiting for you." © -samuelic, 2017 × × × ;published on 6th july 2017; ;highest rank #9 in short story [170911] #759 in fanfiction [170914];