Chapter 2

38 2 0
                                    

Move on tidak semudah itu.
Tidak seperti membalikkan telapak tangan.
Move on butuh waktu dan orang yang tepat.

-Dare to Love


Sudah memasuki hari ketiga Alena berada disekolah yang baru. Alena sudah mulai menikmati suasananya. Teman – temannya juga sangat baik kepada Alena. Setiap ada teman sekelasnya yang lewat didepan Alena, Ia selalu menyapanya dan memberi senyuman manisnya. Alena terkenal dengan orang yang ramah disekolahnya dulu, Makanya ia seperti itu. alena tidak mau merubah perilaku baiknya.

Saat hendak masuk ke kelas, Alena berpapasan dengan Reno dipintu. Entah mau kemana Reno, ia terlihat buru-buru. Mungkin ingin ke kamar mandi.

"Pagi, Reno." Ucap Alena dengan nada riang. Alena menunjukkan gigi putihnya. Bukannya membalas ucapan Alena, Reno hanya lewat begitu saja didepan Alena. Senyum saja tidak. Percuma saja kalau wajahnya ganteng tapi hatinya sombong.

Sudah hampir tiga jam pelajaran berlangsung. Rasanya sangat bosan tiga jam tanpa ada guru yang masuk. Guru sejarah mereka tidak masuk karena sakit. Kelas Alena disuruh untuk membuat rangkuman bab tiga dan dikumpulkan pada saat jam istirahat pertama.

"Sy, Reno orangnya sombong banget ya? Belagu gitu." Bisik Alena ke Sisy.

Sisy yang sedang merangkum buku paket sejarah langsung menghentikan tangannya dan menutup pulpen, lalu menengok ke tempat Reno dkk berada. Ternyata tidak ada mereka disana. Sisy mulai bersemangat kalau tidak ada orang yang diomongin.

"Udah biasa gue sama sikap dia yang dingin. Padahal dulu dia asik banget orangnya, friendly gitu."

"Kok bisa jadi cuek gitu?" tanya Alena penasaran.

Sisy mulai membenarkan duduknya menghadap ke Alena. Sebelum mulai berbicara, Sisy menarik napas sebentar. "Jadi mereka berempat itu satu geng, namanya Hysteria. Kelakuannya sok kegantengan disekolah ini. Tapi emang ganteng sih hehe."

"Terus kenapa?" Alena bingung. Padahal yang ia tanya itu sebab Reno menjadi cuek.

"Hm, mereka namain hysteria karena tiap mereka lewat didepan cewek pada histeris gitu sama kegantengannya. Itu asumsi mereka sendiri yang bikin, emang pedenya tingkat dewa tuh bocah."

"Ooooh gitu. Tapi gue biasa aja ah liatnya gak se-lebay itu."

"Oiya, hysteria itu juga biangkerok sekolah ini. Ala – ala badboy gak jelas gitu mereka. Udahlah, lo gak usah temenan sama mereka, nanti lo jadi bandel Len."

"Terus kalo Reno itu kenapa jadi cuek gitu?" Alena menanyakan lagi pertanyaan yang belum terjawab.

"Hm gak tau. Gak pernah ikut campur mereka. Apalagi kalo berurusan sama si Anhar. Arghh.. rasanya mau gue tampar aja pipinya." Sisy membunyikan jari tangannya karena kesal jika berbicara soal Anhar.

"Kenapa? Cerita dong. Mulai sekarang kita kan temen, hehe."

"Mending kita ke kantin dulu yuk. Gue laper belum sarapan. Udah bel istirahat juga."

Sisy langsung berdiri dari tempat duduknya. Merapihkan buku dan pulpen diatas mejanya dan menyimpannya dilaci meja. Sisy langsung menarik tangan Alena untuk ke kantin.

***

Di meja depan tukang bakso, hysteria berkumpul. Mereka sedang melahap bakso pesananya sambil menunggu mangsa lewat. Mangsa yang dimaksud adalah para cewek cantik untuk menjadi bahan rayuan David dan Anhar. Kalau Karel orangnya tidak pernah merayu sembarang cewek. Apalagi jika hanya untuk mainan. Otak Karel masih waras daripada David dan Anhar. Karel sedang mengincar salah satu siswi dikelasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dare to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang