[Arka di cover!]
•••
Arin memaksakan kakinya yang sakit akibat terkilir untuk berjalan lebih cepat ketika kerumunan penumpang bus sudah semakin menipis. Jika tidak segera menyusul, bisa-bisa Arin ketinggalan bus tersebut.
Setelah berhasil naik sebelum pintu ditutup, Arin menghela napas lega. Ia berpegangan pada tiang di dekat pintu sembari menunggu detak jantungnya kembali normal. Perih yang berdenyut di bagian pergelangan mata kakinya pun ia tahan tanpa mengeluh.
Kedua alisnya spontan terangkat ketika menyadari bahwa kursi terdekat dari pintu tidak diduduki oleh siapa pun. Mengingat bagaimana ramainya penumpang yang memasuki bus tadi, kursi kosong itu tentunya menjadi momen langka. Ia buru-buru berjalan tertatih untuk mengambil tempat di sana sebelum diambil orang karena ia tidak mau membayangkan jika harus berdiri selama di perjalanan dengan kaki yang tidak bisa diajak bekerja sama.
"Astaga! Anak-anak jaman sekarang memang, ya!"
Tatkala Arin baru menempelkan bokongnya di kursi, sebuah suara melengking keras nan menyebalkan menyambut telinga. Cewek yang baru saja mengembus napas lega itu lantas mendongak pada seorang ibu-ibu berbadan gemuk dengan wajah penuh emosi. Tetapi tetap saja, bukannya takut, Arin malah berpikir ibu itu terlihat menyebalkan. Apalagi suara kerasnya barusan telah menarik perhatian seluruh penumpang, Arin begitu malu dibuatnya.
"Dasar tidak punya sopan santun kamu, ya! Anak-anak muda sekarang lebih mementingkan kenyamanan sendiri daripada attitude. Memalukan!" hardik ibu itu tepat di depan wajah Arin. Gadis yang sudah terlanjur takut untuk melihat reaksi orang sekitar hanya mampu menunduk dan mengangguk maklum. Ia merasa sungguh dipermalukan oleh wanita paruh baya yang sudah menghakimi tanpa tahu fakta sebenarnya. Padahal 'kan Arin duduk di sana karena kakinya sangat sakit.
Arin akhirnya memutuskan untuk berdiri dan memberikan kursi pada ibu yang terbakar emosi itu. Lebih baik ia menahan sakit di sepanjang perjalanan daripada harus mendengar ocehan yang membuat dirinya ingin menenggelamkan diri saat itu juga akibat menanggung malu.
Namun, ketika Arin baru saja bangkit, sebuah tangan mendorong pelan bahunya hingga membuat ia terduduk kembali. Cewek itu mengangkat kepala untuk melihat siapa yang sudah menahan posisinya lantas membulatkan mata ketika pupilnya bertubrukan dengan pupil si cowok penyelamat, Arka.
"Kaki lo masih sakit, 'kan?" tanya Arka kemudian memberi lirikan dari sudut mata untuk melihat reaksi ibu-ibu di sebelahnya. Wanita paruh baya itupun terlihat bingung dan salah tingkah.
"Mohon maaf, Bu. Teman saya ini kakinya baru terkilir hari ini. Dia dilarang buat berdiri lama-lama," ujar Arka memberikan penjelasan pada ibu tersebut dengan penuh kesopanan.
Wajah ibu-ibu itu berubah tegang ketika penumpang lain saling berbisik, berbalik menyalahkan dirinya. Ia memperbaiki letak tas di bahu lantas berkata dengan suara yang meninggi di depan Arin, "Kamu nggak bilang, gimana saya bisa tau kalau kaki kamu sakit!"
Tanpa menunggu balasan dari Arin maupun Arka, ibu itu lantas pergi menjauh dengan langkah kaki dihentak-hentakkan seraya tak henti-henti mengomel panjang.
"Dasar ibu-ibu," gumam Arka merasa sangat sebal meski bukan ia yang dihardik.
Akibat kejadian barusan, Arin rasanya ingin menangis. Sudah kakinya sakit, hatinya sakit pula dikata-katai seperti barusan. Ditambah, ia benar-benar dipermalukan di depan umum walaupun akhirnya orang-orang tahu bahwa hal tadi bukan kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Beside You [HunRene]
FanficBahasa Indonesia; Arin menyadari perasaannya untuk Arka adalah cinta. Namun, ia tidak mengharapkan perasaannya berbalas. Diterima sebagai teman baik saja sudah membuatnya senang. Meski seperti itu, Arin tetaplah seorang perempuan. Mulutnya...