"Ya Tuhan, dimana ini?!" Terlihat seorang gadis yang sedang kebingungan. Badannya berputar-putar memandangi bangunan, jalan, pepohonan dan apa saja yang bisa dilihat di sekitarnya. Tak ada satu pun yang dikenalinya. Tempat ini begitu asing untuknya."Aku juga tidak tahu." sahut gadis di sebelahnya. Ia berdiri kebingungan melihat gadis yang diikutinya berputar-putar. Ia hanya mengikuti gadis itu, dan berakhir di sini bersamanya.
"Kenapa aku bisa sampai di sini?!" Gadis pertama bermonolog sendiri sambil menghentakkan kakinya. Masih kebingungan dengan apa yang terjadi padanya.
"Aku juga tidak tahu, aku hanya mengikutimu." jawab gadis kedua.
"Lalu kenapa kau mengikutiku?" tanya gadis pertama. Gadis pertama sangat geram dengan gadis di sebelahnya ini. Ia yang panik, dan kebingungan semakin emosi dengan jawaban polos dan tak berdosa yang diberikan oleh gadis di sebelahnya.
"Karena kau sangat cantik." jawabnya lagi.
"Apa?"
"Apa apanya?" tanya gadis kedua bingung.
"Sudahlah, tak ada gunanya aku bertanya padamu."
Gadis pertama memalingkan wajahnya. Jari dan matanya sibuk dengan sesuatu ditangannya. Jarinya bergerak kesana kemari mengusap benda elektroniknya. "Oh Sial! Busnya bergerak."
"Bus apa?" tanya gadis kedua lagi.
Tanpa menghiraukan gadis kedua, gadis pertama terlihat semakin panik. Kakinya semakin bergerak gelisah, matanya bergantian mengamati jalanan dan benda ditangannya. "Sial!" umpatnya. "Kau tahu tempat ini?" tanyanya pada satu-satunya menusia yang berdiri di sebelahnya. Lalu lalang kendaraan semakin membuatnya panik dan kebingungan.
"Tidak, aku tidak tahu." jawabnya tenang, tapi malah membuat gadis pertama semakin panik.
Benar - benar tidak berguna! Batinnya dalam hati.
"Rumahku sangat jauh dari sini." kata gadis kedua yang tak digubris oleh gadis pertama. "Tapi aku bisa membantumu kalau kau butuh bantuan." tambahnya.
Gadis pertama mendengkus kasar. Meniupkan udara dengan keras dari bibirnya. "No! Tidak perlu. Kau bisa pergi. Aku bisa sendiri." jawabnya angkuh.
"Tapi kau sepertinya butuh bantuan. Kenapa kau begitu kebingungan dan panik?" tanya gadis kedua dengan lugu.
"Ya Tuhan! Bagaimana aku tidak panik?! Aku tidak tahu tempat ini. Kita tersesat! Dan bus sialan itu meninggalkan kita. Semua barang-barangku ada di sana bodoh! Dan aku hanya membawa benda sialan yang lebih bodoh darimu! Bagaimana mungkin di bumi ini masih ada tempat yang tidak bisa menangkap sinyal??"
Gadis pertama terus memaki. Dia menyalahkan apa saja yang bisa ia salahkan. Mulai dari kerikil, batu, tanah dan pepohonan yang tak tahu apa-apa. Suaranya sudah meninggi setengah berteriak. Tangannya yang tak sabaran mengacak dan menjambak rambutnya sendiri. "Sial! Dan aku buta arah!" makinya lagi. Merutuki dirinya sendiri yang tak tahu arah sama sekali.
"Tenanglah, a-"
"Bagaimana aku bisa tenang hah?!" potongnya yang semakin geram pada gadis sebelahnya. Matanya merah menyalak marah. Dia tidak tahu bagaimana perasaannya. Dan bagaimana gadis ini bisa setenang itu?
"Aku tak bisa menghubungi siapapun. Semua barang berhargaku ada di sana. Raka sialan! Kenapa dia memesankan aku bus? Bukan pesawat?!" Gadis pertama berjongkok mendekap lututnya sendiri. Sesekali ia meremas rambut panjangnya yang sudah tak beraturan.
Oh, tampilannya sudah cocok menggantikan peran orang gila di sinetron-sinetron layar kaca.
"Lihatlah! busnya semakin menjauh." katanya melembut karena terlalu frustasi sembari menunjukkan benda yang bernama posel pada gadis kedua.
Gadis kedua melongok, melihat benda yang disodorkan gadis pertama padanya. "Itu apa?" tanyanya sepolos pantat bayi.
"Aaaaaaargh!"
....
Love,
Sinnad
08092017
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana
General FictionSemua peristiwa naas ini berawal dari kesialannya saat berada di perjalanan, seorang gadis yang buta arah tersesat. Ditinggalkan bus yang ditumpanginya, sialnya lagi semua barang berharganya masih ada di sana. Ia ingin menangis, tapi malu. Teman sep...