% DIA SENYUM?

33 3 0
                                    

Keringat mulai melewati pipi Kira. Pukul 10.00 a.m, matahari sudah mulai diatas. Sejajar dengan kepala Kira yang kini telah basah oleh keringat. Baginya, lima putaran itu seperti lari marathon di Mesir.
Capek, jauh, dan panas.

Ardo yang sesekali melihat Kira berlari di belakangnya, hanya mencuri senyum setiap saat.

"Aaah, gue capek! Gue istirahat dulu ya do, lo lanjut aja sendiri." Kira berjalan pelan ke pinggir lapang sambil berkacak pinggang, rambut blondenya kini sudah basah. Lututnya serasa akan menonjol keluar. Padahal, ini baru tiga putaran. Masih ada dua putaran lagi menunggunya.

Ia meneguk minuman di sampingnya, meluruskan kakinya, lalu mengedarkan pandangan ke lapangan. Mencari sosok Ardo yang dari tadi tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Dan didapatinya, cowok alis tebal dengan iris mata abu. Sedang berlari dengan seragamnya yang kini sudah basah. Kira senyum-senyum sendiri dibuatnya.

'Pantes aja lo dijulukin sejuta pesona do' tanpa sadar Kira mengucapkan kata-kata itu dari mulutnya.

"Aishh! Sadar, sadar!" setelah terbangun dari bayangannya, Kira menghela napas.

Ia pun beranjak, berniat melanjutkan hukuman larinya. Namun, Ardo telah berdiri di hadapannya, membuat Kira kembali duduk.

"Lo udah selesai? Gue masih ada 2 puteran," kata Kira setengah gugup.

"Tuntas,"

"Hm?"

"Gue lari 7 puteran," singkat Ardo lalu pergi begitu saja.

"Kebiasaan ya ini orang, Ardooo!"

Kira berlari mengejar Ardo, tepat dibelakangnya.

"Ardoo! Bentar napa!"

Setelah berjalan cukup jauh, Ardo menghentikkan langkahnya tiba-tiba, membuat Kira tidak bisa mengontrol laju larinya.

DUG.
Dahi Kira menyentuh punggung Ardo yang tegap. Keduanya menelan ludah kasar, mata mereka membola.

"Ekhem," Ardo berdehem sebelum membalikkan badannya. Kira pun langsung membenarkan posisi,menjauhkan dahinya dari punggung atletis itu.

Ardo berbalik, dan mengedikkan dagunya seraya berkata, "apa?"

"Ta-tadi lo bilang lo lari 7 puteran? Sekalian yang punya gue 'kan tuh?"

Satu detik.

Dua detik.

Tiga, empat, lima.

Ardo mengangguk, lalu melempar senyumnya, cukup lama, pada Kira.

Jantung Kira bertalu-talu.
Badannya mulai terasa panas, 5° lebih panas dari sebelumnya.

Setelah membikin Kira mati berdiri, Ardo pun berlalu. Meninggalkan pipi Kira yang merona.

※※※

Tanpa ada yang mengetahui, dari balik jendela lantai dua, seseorang memperhatikan Ardo dan Kira. Mengikuti setiap momen yang mereka tunjukan.

Ya, Zio. Siapa lagi. Cowok yang sekarang sedang merenungkan dirinya sendiri. Keputusannya untuk memilih Kira hanya sebagai teman, tidak lebih. Meski hatinya terlonjak ingin tempat yang lebih spesial di hati Kira.

Dia merasa cukup sekali saja ia melalui perasaan jatuh cinta yang begitu sakit jatuhnya. Bian. Perempuan yang berhasil mengoyak hatinya.
Ia kehilangan sosok Bian dua kali. Ketika Bian pergi untuk Aldi, dan sekarang, ketika Bian pergi untuk selamanya.

FIFTY FIFTY (50%)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang