Pagi yang cerah di akhir pekan, apartemen yang tak terlalu luas itu masih hening tanpa suara.
Seorang lelaki berbalut kaos putih yang tengah terlelap itu menggeliat perlahan, irisnya mengangkap punggung kecil yang tengah membelakanginya. Bibir tipisnya merekah, menampakkan dua gigi kelinci yang menggemaskan.
"Selamat pagi bidadariku~" Tangan kekarnya terulur ke arah surai panjang nan hitam seseorang yang ia sebut bidadariku tadi.
Perlahan ia mendudukkan tubuhnya secara hati-hati, takut akan menganggu seseorang yang ada di sebelahnya. Ia menjajakan kakinya ke lantai, merenggangkan badannya sebentar kemudian beranjak dari kamar itu.
Jeon Jungkook,
Lelaki muda dengan satu anak dan satu isteri.
Hey, kau kira berapa isterinya?
Ia hanya memiliki satu isteri, meski kadang meminta lebih sih.
Seorang mahasiswa super sibuk yang selalu dibutuhkan dosen, mahasiswa cerdas dengan prestasi yang tidak main-main. Ia berhasil mencetak juara Karya Tulis Ilmiah sampai -hampir- tingkat nasional. Ia benar-benar kebanggaan banyak orang.
Dahulu, ia adalah lelaki pemalas, sulit dibangunkan, dan juga sedikit nakal. Namun, semua berubah berkat seseorang disebelahnya yang selalu ia lihat setiap pagi hari saat ia bangun tidur.
Iya, dia anak perempuan kesayangannya, Jeon Hyojung, separuh kehidupannya.
...
Lelaki tampan itu berjalan ke arah dapur, disana ia bisa menemukan seorang perempuan dengan rambut dikuncir acak-acakan dengan pensil yang diselempitkan di telinganya. Perempuan itu tertidur dengan kepala yang menumpu pada keyboard laptopnya.
Jungkook menggeleng pelan, inilah pemandangan pagi yang selalu ia lihat setahun terakhir ini.
Jung, oh bukan! Jeon Jiseok, istrinya tertidur setelah semalaman penuh melembur mengerjakan skripsi.
Lengan kirinya ia selempitkan dilekukan kaki Jiseok, sedangkan lengan satunya ia gunakan untuk menumpu pundak dan kepala perempuan rambut sebahu itu. Jungkook menggendongnya dan menidurkannya di sofa, sembari menyelimutinya. Kemudian ia kembali untuk berpacaran dengan seperangkat alat-alat dapur beserta bahan-bahan makanan.
Jiseok terbangun setelah mencium aroma yang cukup menggoda indera penciumannya. Ia menegakkan badannya dan menemukan punggung besar yang membelakanginya, terdengar suara tengah memotong-motong sesuatu, mungkin wortel.
"Jungkook-ah~" Panggilnya yang kemudian duduk di salah satu kursi meja makan.
Sang empu menoleh dengan mata terkejutnya, "Oh. Kau sudah bangun?"
Sungguh itu lucu sekali namun, di mata Jiseok itu biasa-biasa saja.
"Hari ini kau libur 'kan? Ayo kita ajak Hyojung jalan-jalan. Kapan la—"
"Tidak bisa Kook. Skripsiku kurang beberapa hari lagi dan masih banyak hal yang belum ku revisi, aku akan semakin sibuk di perpustakaan Kook, maafkan aku." Sanggahan Jiseok benar-benar membuat Jungkook terdiam.
"Oh, begitu? Yasudah, kau yang semangat, ya?" katanya, sambil mengaduk-aduk masakannya.
"Appa.. Eomma.." Sapa si kecil Hyojung.
"Pagi, sayang.." Sahut sang ibu yang kemudian menarik badannya dan mendudukkannya di pangkuan.
Hyojung langsung bersikap manja, ia memeluk leher sang ibu erat dengan kepala yang bersandar di pundak kurus sang ibu, sejujurnya.. Hyojung sangat merindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGTAN DADDY [COMPLETED]
Fanfictionwhen BANGTAN being a DADDY~ Mereka bertujuh berteman sejak anak-anak hingga mereka masing-masing memiliki anak. Bagaimana kisah Bangtan menjadi seorang ayah? Warning!! Bangtan isn't an idol here ^^ Seokjin as a Doctor Yoongi as a Pilot Hoseok as an...