"Kau berangkat pagi hari ini, sayang?"
Pria itu, Park Jimin menghentikan kegiatanya memasukkan map-map ke dalam tas kerjanya. Ditatapnya punggung mungil dari seorang yang begitu di cintainya itu.
"Hmm," sahutnya singkat.
Pria itu mendekati sang istri, mengelus surai hitamnya kemudian mengenduskan hidungnya ke arah panci.
"Wanginya. Sedang masak apa, sayang?"
Wanita itu mengambil sedikit cairan yang meluap-luap di dalam panci, meniupnya sebentar kemudian menyendokkannya ke arah suaminya.
"Soup makaroni. Enak ?" Tanyanya kemudian.
Pria itu mengecap sebentar kemudian tersenyum hingga terlihat kedua matanya membentuk garis melengkung, "Masakan istriku memang selalu yang terbaik."
Diciumnya pipi yang sedikit tembam itu, hingga menimbulkan rona di sana. Jimin mencubit pipi Minsung kemudian meraih mangkok putih di rak dan memberikannya kepada sang istri dengan posisi menengadah.
"Berikan aku sedikit makanan, tuan putri."
Jimin mengedip-kedipkan mata kecilnya, membuat seseorang yang tengah memegang sendok besar itu menggeram gemas.
"Aish. Kau ini suamiku atau muridku di TK sih, oppa?" Minsung mencubit gemas hidung kecil Jimin kemudian menuangkan dua sendok besar soup makaroni yang beruap-uap itu.
Sang pemegang mangkok langsung memasang wajah cerianya, membuat sang penuang soup tersenyum.
"Gomawo~" sebuah kecupan manis mendarat di pipi Minsung.
Jimin membawa soupnya ke meja makan, duduk dengan nyaman kemudian mulai menyedokkan kuah soup kedalam mulutnya.
"Aaahhhh... Enaknya"
Dddrrtt..
Mata yang sedang menikmati nikmatnya makanan itu melirik ke arah benda persegi yang bergetar. Benda itu terus saja bergetar, seolah ingin diperhatikan. Mau tidak mau membuat tangan Jimin mengulur untuk mengambilnya.
Jari telunjuknya menggeser tombol hijau ke arah kanan tanpa melihat sang penelpon,
"Hallo, hyung?" terdengar suara setelah ia mengangkatnya, dan Jimin bisa mengetahui sang empu tanpa harus melihat kembali layar ponselnya.
"Jungkook-ah, wae geura?"
"Hmm. Hyung, apa akku bisa meminta tolong lagi?"
"Menjemput Hyojung sepulang sekolah?" Jimin menyela.
"Ne. Mianhae, hyung. Aku dan Jiseok terus saja merepotkanmu."
Jimin meraih kembali sendoknya, menyesap kuah soup sebentar kemudian mengangguk perlahan. Meski ia tahu Jungkook tak akan melihatnya.
"Gwaenchana. Hyojung juga bukan anak yang nakal, jadi tidak merepotkanku. Aku justru senang,"
"Terimakasih, hyung. Maaf, sekali lagi."
"Bukan masalah."
"Yasudah, aku tutup teleponnya, hyung. Hyojung pulang jam setengah dua belas nanti."
"Eoh! Pas dengan waktu makan siangku. Aku akan menjemputnya."
"Ne, hyung. Terimakasih banyak. Semoga harimu berjalan lancar."
"Eoh! kau juga. Semoga kuliahmu lancar."
"Ne, hyung."
Jimin meletakkan ponselnya kemudian kembali melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi..
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGTAN DADDY [COMPLETED]
Fanfictionwhen BANGTAN being a DADDY~ Mereka bertujuh berteman sejak anak-anak hingga mereka masing-masing memiliki anak. Bagaimana kisah Bangtan menjadi seorang ayah? Warning!! Bangtan isn't an idol here ^^ Seokjin as a Doctor Yoongi as a Pilot Hoseok as an...