🌙🌙🌙
Do not copy it❌
Written by Moon🌑
2017, 9th September
🌙🌙🌙
Ana membereskan barang-barangnya, bersiap pulang. Ruangannya kosong. Tania dan pegawai lain sudah pulang duluan beberapa menit yang lalu. Hanya tinggal ia sendiri.
Masih pukul lima sore. Ia akan ke toko buku hari ini. Ada buku yang ingin ia cari.
Ketika sampai di toko buku itu, Ana tersenyum lebar. Toko buku ini selalu bisa memperbaiki suasana hatinya. Toko buku ini adalah tempat favoritnya.
"Hai."
Ana berbalik dan senyumnya semakin merekah lebar.
"Ray!" Hal lain yang ia senangi dari toko buku ini adalah, karena ia bisa bertemu dengan Ray, seseorang yang berarti baginya. Ray bekerja di toko buku ini. Dan kebetulan hari ini ia datang tepat saat shift-nya Ray.
"Sedang mencari buku atau mencariku?" gurau Ray.
"Aku mencari buku, Ray. Untuk apa aku mencarimu sampai ke sini jika kau saja sudah terlalu sering mengunjungiku."
Ray tertawa dan mengacak puncak rambut Ana dengan gemas. "Mengunjungimu adalah daftar wajib dari kegiatanku, Ana. Aku tidak akan pernah melupakan daftar itu."
Demi mendengar kata-kata yang membuatnya hangat, Ana tersenyum bahagia. "Terima kasih, Ray."
"Untuk?"
"Untuk semuanya."
Ray hanya tersenyum menanggapinya.
"Kembalilah ke pekerjaanmu, Ray. Jangan buat pemilik toko buku meneriakimu seperti dulu karena kau hanya sibuk melayaniku." Kali ini Ray tertawa. Dan sekali lagi ia mengacak lembut pangkal rambut Ana.
"Baiklah, Nyonya Ana. Bila butuh bantuan, panggil saja saya." Setelah itu Ray pergi sambil tertawa kecil, sesekali melayani pelanggan yang bertanya padanya.
Ana berkeliling di antara rak-rak tinggi untuk mencari buku. Sesekali berhenti di bagian novel dan membaca beberapa sinopsisnya. Hampir setengah jam ia berkeliling mencari buku yang ia inginkan tapi ternyata tidak ada. ia pun sudah bertanya pada Ray.
"Sepertinya buku yang kau cari sedang kosong. Bukankah itu buku keluaran lama? Sedikit sulit mencari buku dengan tahun terbit yang sudah lama di sini. Apalagi dari yang kutahu buku itu sudah tidak cetak ulang lagi."
Bahu Ana merendah. "Padahal ada sesuatu yang harus kupastikan di buku itu," kata Ana pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
"Sesuatu apa?" Ray bertanya penasaran.
"Ah?" Ana mengerjap dan menatap Ray dengan cengirannya. "Tidak. Bukan sesuatu yang penting, kok."
Ray tersenyum maklum. "Pulanglah, Ana. Sebentar lagi malam akan datang. Andai saja aku bisa pulang sekarang, aku pasti akan mengantarmu pulang."
"Tidak apa-apa, Ray. Aku bisa pulang sendiri. Apa kau akan ke rumahku malam ini? Jika iya, aku akan memasakkan sesuatu untukmu."
Ray melihat jam tangannya. "Aku tidak tahu akan bisa ke rumahmu malam ini atau tidak. Aku akan mengabarimu nanti, oke?"
Ana menganggu. "Baiklah. Aku pulang dulu. Kabari aku juga kalau buku yang kucari sudah ada."
Setelah Ray mengiyakan permintaan Ana, wanita itu beranjak pergi dari toko buku.
🌙🌙🌙
Ketika malam, hujan ternyata turun tanpa ampun. Dingin dan membekukan. Ana baru saja selesai keramas ketika pintu rumah diketuk nyaring.
Apakah itu Ray? Pikir Ana.
Sambil menggosok rambutnya dengan handuk, ia membuka pintu. Ternyata bukan Ray, tapi seseorang dengan jas basah kuyuplah yang berdiri di depan pintunya. Seseorang bermata hitam legam yang langsung menatapnya tepat di manik mata. Ketika menyadari siapa orang tersebut, Ana berjingkat mundur akibat terkejut.
Orang itu tidak repot-repot menunggu Ana menyuruhnya masuk karena orang itu langsung melangkah masuk.
"A, Alex?"
Lelaki itu masih mengenakan jas yang ia pakai tadi di kantor. Tapi bedanya kini semua pakaian yang melekat di tubuh lelaki itu basah kuyup. Membuat tetesan air membasahi lantai.
"Maaf mengejutkanmu. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain pergi ke rumahmu." Alex menyibak rambutnya yang basah dengan gerakan menawan hingga membuat Ana menelan ludah. Bukan karena terpesona, tapi karena masih tidak menyangka bahwa orang yang ada di depannya ini adalah Alex.
"Ana?"
Ana mengerjap ketika menyadari ia tadi melamun. "Ng?"
"Kau pasti tidak mendengarku." Lelaki itu berdeham sekali. "Ini mungkin memalukan. Tapi apa kau punya pakaian laki-laki yang bisa kupinjam? Handuk, dan beberapa peralatan mandi. Kurasa aku akan mati kedinginan sebentar lagi."
🌙🌙🌙
Ana mengusap wajahnya. Apa ini nyata? Alex? Lelaki bermata hitam legam yang selalu membuatnya ketakutan kini sedang mandi di kamar mandinya! Oh astaga, mimpi apa ia semalam?!
Saat masih memikirkan kemungkinan bahwa semua ini hanya ilusi, saat itulah lelaki itu berdeham nyaring hingga membuat lamunan Ana buyar.
"Apa baju ini cocok denganku?"
Ana tertegun otomatis ketika melihat lelaki –tidak, dewa itu berdiri sambil memandangi baju yang ia berikan tadi. Lihatlah ia, dengan balutan sweeter maroon yang terlihat sangat pas dan celana jogger abu-abu itu Alex terlihat sangat mempesona. Sangat seksi! Ditambah dengan rambut basah yang acakan membuatnya terlihat tidak seperti pemimpin sebuah perusahaan, melainkan terlihat seperti pemuda zaman sekarang.
"Kau pasti tidak mendengarku lagi."
Ana mengerjap dan menyadari bahwa lelaki itu sudah berdiri di hadapannya. "Eh, cocok. Terlihat, eh, pas sekali denganmu," jawab Ana yang pada akhirnya berhasil mencegah untuk mengeluarkan kata 'seksi' dan 'tampan'.
Alis Alex naik sebelah. Terlihat ragu mendengar jawaban Ana. Tapi akhirnya lelaki itu berjalan menarik kursi untuk duduk di meja makan. "Apa kau selalu makan sebanyak ini setiap malam? Sendirian?"
Ah, itu sebenarnya untuk Ray. Ana memasaknya tadi sebelum mandi dan sebelum hujan turun tanpa ampun. Tapi tampaknya malam ini Ray tidak akan datang.
"Tadinya akan ada temanku yang datang. Tapi hujan menentangnya."
Tanpa diduga Alex justru tersenyum lebar. "Baiklah. Aku yakin kau tidak akan keberatan jika aku menggantikan temanmu itu untuk menghabiskan makanan ini. Aku lapar."
Lalu kemudian lelaki itu membalik piring dan mulai mengambil beberapa lauk ke piring tersebut. Ana tidak melarangnya. Benar kata Alex, ia tidak mungkin habis memakan makanan sebanyak ini.
Ggrrrgg... ups! Ana memegang perutnya yang seketika berbunyi.
Alex menoleh dan kembali mengangkat alisnya. "Apa yang kau tunggu? Sini makan bersamaku."
🌙🌙🌙
TO BE CONTINUED
🌙🌙🌙Haloooo. I'm back! How's your day? Hehe
Jangan lupa kasih kritik dan saran yaa. See ya later🌙🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Kisses
Romance[15+] Dia hanyalah Ana si pekerja keras. Ia rela tidak tinggal di asrama lagi demi hidup mandiri. Hidupnya damai di rumah pribadi hasil jerih payahnya menjadi karyawan kantoran. Dan karena kerjanya yang bagus, dalam waktu setahun ia bahkan sudah nai...