Bagian 13 : Apakah itu nyata?

2.8K 68 5
                                    

🌙🌙🌙
Do not copy it❌
Written by Moon🌑
2018, 09th July
🌙🌙🌙

Keesokkannya Ana terbangun dengan kepala pusing. Matanya membengkak dan hidung sedikit tersumbat. Ketika melirik jam, jarum sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Beruntung hari ini adalah hari libur bekerja.

Ana duduk di ranjang sambil memijiti kepala dan pangkal hidung, sesekali mengulang apa yang terjadi padanya kemarin. Ingatannya terlempar ketika ia melihat Ray dan Lucy berciuman. Hatinya tiba-tiba terasa sakit lagi. Tapi kemudian ingatan lain menerobos masuk ke kepalanya.

'Ya Tuhan!' Langsung saja Ana melihat pakaiannya yang ternyata masih utuh. Ia berpikir sejenak. 'Apakah itu nyata? Tapi bagaimana mungkin lelaki itu berada di rumahku?' Ana menggeleng kuat. 'Tidak, tidak. Itu tidak mungkin nyata.'

Beberapa saat Ana terdiam dengan kepalanya yang serasa mau pecah. 'Tapi kenapa terasa sangat nyata?' Ia menyentuh bibirnya yang terasa panas. 'Kalau itu nyata....'

Lalu tiba-tiba ponselnya berbunyi nyaring. Ada nama Alex tertera di sana. Dengan perasaan campur aduk akibat ingatan erotis yang tidak diyakininya, ia mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Kenapa kau belum juga kembali ke Rumah Sakit sampai sekarang?!" Alex berseru nyaring di seberang sana.

Ana terdiam. 'Alex masih di Rumah Sakit dan berarti itu semua tidak nyata?'

Setelah menghela napas panjang, Ana berucap pelan, "Aku akan ke sana sebelum jam makan siang, Alex. Dan maaf karena tidak bisa kembali kemarin. Maaf." Langsung dimatikannya panggilan itu sepihak.

Ana kembali merebahkan diri di kasur. Dalam hati ia merasakan sebuah kekecewaan. Tapi ia bingung kecewa akan hal apa. Kecewa karena telah melihat Ray mencium Lucy semalam, atau... kecewa karena mengetahui fakta bahwa Alex menciumnya di kening dan mengatakan ucapan hangat itu ternyata tidak nyata.

🌙🌙🌙

Alex menatap ponselnya yang mati. Suara wanita itu masih sangau. Pasti baru bangun tidur.

"Argh!" Alex mengerang kesal karena kembali teringat kejadian semalam ketika ia gagal menaklukkan Ana. Ia merasa kesal pada diri sendiri karena hanya dirinya yang menderita. Ia kesal pada diri sendiri karena hanya dirinya yang menginginkan Ana.

Tubuh Alex terasa panas. Meski lelaki itu menginginkan Ana, tapi ia tidak mau melakukan hal itu tanpa persetujuan dari Ana. Ia tidak mau melakukan itu jika hanya ia yang menginginkannya. Ia mau Ana juga menginginkannya.

Pusing memikirkan itu, akhirnya Alex memutuskan untuk tidur lagi. Semalam ia kembali ke Rumah Sakit terlalu larut. Dan semalaman ia memikirkan penyesalan serta kekesalan pada diri sendiri hingga tidurnya terganggu total. Ia akan tidur sejenak sambil menunggu Ana datang.

Tapi serasa baru saja memejamkan mata, Alex merasa sedikit terganggu dengan suara-suara berisik di ruangannya.

"Bagus, kau sudah bangun."

Alex mengerjap mata merahnya ketika suara Ana terdengar. "Ana?" ucapnya sangau.

"Ya, ini aku."

Sambil mengusap wajah dengan gusar, Alex bangkit dari baringnya. "Sejak kapan kau di sini?" ia lalu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. "Sial. Ternyata aku tertidur cukup lama."

Tanpa Alex sadari Ana yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kau sudah makan?" kata Ana sambil membawa semangkuk sup dan segelas air putih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Thousand KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang