Bagian 3 : Dicegat

3.9K 89 0
                                    

🌙🌙🌙
Do not copy it
Written by Moon🌑
August 11th, 2017
🌙🌙🌙

"Dia bilang bahwa kau mengingatkannya pada seseorang?" Lucy terpekik lalu kemudian menyeringai lebar. "Wah, Ana. Tidak kusangka kau laku juga akhirnya."

"Sialan!" Ana mendengus. "Kan, hanya mengingatkannya pada seseorang bukan berarti dia suka padaku. Kau ini semakin hari semakin tidak jelas saja." Lalu Ana kembali menyuap daging gulingnya tanpa menatap Lucy yang masih memandangnya penuh goda.

"Mungkin dia teringat seseorang yang membuatnya patah hati. Bukankah kenangan pahit akan sangat susah dilupakan?" Lucy memajukan duduknya sedikit merapat ke meja. "lagi pula desas-desus yang kudengar, Alex tidak pernah sekali pun menggandeng perempuan. Mungkin pernah, tapi kau tahu, kan, bagaimana orang kaya? Mereka hanya 'jalan bersama' tanpa terikat hubungan sama sekali." Lucy menguarkan pendapatnya dan memainkan jari tengah dan telunjuknya ketika menyebut kata 'jalan bersama'.

Ana mendesah. "Sudahlah, Lucy. Pernah atau tidaknya Alex menggandeng atau berhubungan dengan wanita, itu bukanlah urusanku."

Kali ini Lucy memberengut. "Oke baiklah, terserahmu." Dan mereka pun menghabiskan makan siangnya.

Setelah selesai, Lucy sedikit mengernyit ketika melihat Ana. "Ana?"

Ana yang sedang meminum teh hangatnya mendongak dengan kening yang seolah berkata 'apa?'.

"Apa kau pernah bertemu dengan kakaknya Alex?"

Kakak Alex kadang memang mendatangi kantor untuk menjadi pengawas langsung perusahaan adiknya yang ia bangun bersama. Tapi setahun terakhir, ia tidak pernah muncul ke kantor lagi. Kakaknya yang berusia akhir dua puluh itu kabarnya melarikan diri setelah perdebatan sengit bersama sang ayah ketika Alex masih berada di Inggris. Dari berita yang beredar, ia memilih melarikan diri ke negeri orang tanpa sedikit pun memutuskan hubungannya dengan Alex untuk tetap mengurus perusahaan.

Ana yang memang baru setahun terakhir bergabung di perusahaan ini tentu belum pernah melihatnya secara langsung. Berbeda dengan Lucy yang sudah hampir dua tahun bergabung di perusahaan ini.

"Tidak. Kenapa?"

Mata Lucy sedikit menyipit lalu berucap hingga membuat Ana tertohok seketika.

"Aku baru sadar bahwa... matamu mirip dengannya."

🌙🌙🌙

Di negeri yang sama meski kota yang berbeda, William berdiri di depan kaca kamar mandi apartemennya yang sudah setahun ini ia tinggali. Di tangannya terdapat sebuah foto usang yang menampilkan sosok anak perempuan yang sedang tertawa lebar di sebuah taman. Foto yang ia dapat setahun lalu di meja kerja ayahnya. Foto yang membuat harinya seketika berubah.

William mendesah nyaring. Selama setahun ini ia mengasingkan diri, meninggalkan perusahaan hanya demi mencari anak perempuan di foto ini yang tak kunjung membuahkan hasil. Dan rasanya ia nyaris gila!

Janggutnya tumbuh tak terurus hingga menimbulkan kesan brewokan. Tapi itu tidak menutupi ketampanan yang sudah dimilikinya warisan sang ayah. Dan untuk kali ini, ia akan kembali ke kenyataan. Kembali menjalankan hari-harinya tanpa memikirkan anak perempuan itu. Melupakan gadis yang memiliki ayah sama dengannya.

🌙🌙🌙

Kantor sudah sepi, tapi Ana tetap berkutat di depan komputernya sambil sesekali mengecek ulang map biru di tangannya. Hari sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam dan itu membuat mata Ana terasa berat. Jika saja berkas ini tidak dikumpul besok, mungkin ia tidak akan berada di sini sekarang.

A Thousand KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang