Bagian 9 : It Works

3.4K 91 0
                                    

🌙🌙🌙
Do not copy it
Written by Moon🌑
2017, 17th November
🌙🌙🌙

"Ana apa kau sedang sibuk?"

Ana menengok ke arah suara. "Tidak terlalu. Ada apa, Tania?"

Tania mengangkat sebuah map, "Bisakah kau berikan berkas ini ke Tuan Alex? Aku harus ke bawah untuk mengambil berkas lain," pinta Tania dengan wajah penuh harap.

Meski ingin menolak, tapi Ana mengamini permintaan Tania. Ia mengambil map itu dan berjalan menuju ruangan Alex. Hari ini ia sebenarnya berharap bahwa ia tidak akan bertemu lelaki itu. Tapi tampaknya itu hal yang mustahil terlebih dengan posisinya saat ini.

Ketika Ana memasuki ruangan itu, tidak ada Alex di sana, melainkan William yang duduk di kursi tempat Alex biasa duduk.

"Hai, Ana. Ada perlu apa?" sapa William ramah.

Rasa gelisah yang tadi dirasa seketika hilang dari diri Ana. Senyumnya mengembang seraya mendekati William. "Hai juga, William. Aku kemari hendak memberi berkas Tania untuk Alex. Kukira ia ada di sini, tapi ternyata tidak." Lalu Ana meletakkan map itu di meja.

"Alex tidak bisa hadir hari ini. Tadi pagi aku diberitahu bahwa ia tidak bisa hadir karena merasa kurang fit. Kudengar ia bahkan tidak pulang semalam. Orang itu, semakin dewasa semakin susah dikontrol."

Ana terdiam mendengar penjelasan William tadi. Jelas saja Alex tidak pulang, lelaki itu berada di rumahnya sepanjang malam! Dan apa kata William tadi? Kurang fit? Apa lelaki itu sakit akibat hujan semalam? Ana menghela napas kecil. Ia jadi sedikit merasa bersalah.

"Apa kau baik-baik saja, Ana?"

Suara William menyadarkan Ana seketika. "Aku baik-baik saja William," katanya seraya tersenyum kecil lalu kemudian pamit keluar.

Ana kembali ke tempatnya dan bersandar dengan pikiran kosong. Alex tidak masuk hari ini. Kurang fit katanya. Bagaimana jika lelaki itu sakit karena dirinya yang membiarkannya tidur di sofa? Bagaimana jika Alex memecatnya karena telah bersikap kurang ajar pada atasan? Ana menggeleng pelan. Tidak, itu tidak mungkin.

Ana kembali melakukan pekerjaannya hingga tidak terasa jam makan siang datang. Awalnya William mengajaknya makan di restoran bersama beberapa karyawan lain, tapi ia menolak dan lebih memilih café di depan kantor.

Ia memesan secangkir susu coklat dan sepiring panekuk sebagai menu makan siangnya. Ia bisa saja memesan makanan berat, tapi ia sedang tidak berselera.

Ini hari kedua ia makan di sini tanpa Lucy. Terasa sepi. Jika kemarin ia ditemani oleh William, tapi kali ini ia benar-benar sendiri.

Hhhh~ Ana menghela napas berat lalu meminum susunya. Sendiri itu tidak enak.

"Jangan melamun sambil makan. Tidak baik kata orang tua."

Ana berjengit ketika menyadari Alex sudah duduk dengan santai di depannya. Lelaki itu mengenakan jaket motif tentara yang tebal, tidak terlihat sebagai atasan dari kantor yang berada di depan café ini.

"A, Alex?" Ana mencicit. Tiba-tiba kejadian semalam terngiang di benaknya. "sedang apa kau di sini? Bukankah kau sedang kurang fit?"

Alex mengernyit. "William yang memberitahumu?"

Ana mengangguk kecil. Bisa dilihat wajah lelaki itu sedikit pucat dengan hidung memerah yang tampak menyiksa. Suara lelaki itu juga terdengar sangau. "Kenapa berkeliaran jika sedang sakit?" akhirnya Ana memberanikan diri untuk mengucapkan itu.

Alex terdiam sesaat sebelum akhirnya menaikkan sudut bibirnya kecil. "Seperti inikah rasanya diperhatikan? Seperti ada yang bergemuruh di dadaku."

Balasan Alex itu membuat Ana mengerjap bingung. Tapi belum sempat Ana bereaksi, Alex kembali berucap. "Cepat habiskan makanmu. Temani aku ke suatu tempat."

A Thousand KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang