Part VII

17.8K 1.5K 43
                                    

Sudah tiga hari Hanna menikmati kebebasannya, dia juga sudah mendapatkan apartemen yang di sewanya. Apartemen itu ada di gedung yang sama dengan Whitney. Whitney, karyawannya itu sudah menawarkan bantuan pada Hanna untuk tinggal bersama namun Hanna menolaknya. Dia tidak ingin merepotkan karywannya itu karena selama ini Hanna sudah sangat berterima kasih pada Whitney yang sudah menjaga toko kuenya dengan baik.

Kehamilan Hanna yang berkembang dengan baik membuatnya selalu bersemangat. Namun rasa mual di pagi hari dan rasa malas yang melandanya membuatnya tidak bisa berlama-lama di toko kuenya. Bau harum dari kuenya selalu membuatnya mual. Padahal Hanna suka sekali dengan hal-hal yang manis terutama kue-kue buatannya. Sekarang selama kehamilannya dia tidak pernah memakan kuenya lagi sejak dia kembali ke toko miliknya.

Hari ini jam masih menunjuk di angka dua, Hanna sudah tidak betah berada di toko kuenya karena bau harum dari kue yang karyawannya buat membuat dirinya mual. Padahal sebelum hamil, dia sangat suka memakan kue yang di buatnya. Whitney dan karyawan lainnya yang sudah mengetahui kehamilan Hanna memaklumi itu. Hanna menceritakan pada mereka soal menghilangnya dirinya. Semua bersimpati atas apa yang terjadi pada dirinya.

Dari toko kuenya ke apartemen, Hanna hanya perlu berjalan kaki sekitar beberapa blok. Mengeluarkan kunci apartemen dari tasnya, Hanna masuk ke dalam. Dia langsung merebahkan tubuhnya ke sofa lalu menghidupkan televisi.

Bunyi bel di apartemennya membuat Hanna merasa terganggu dari aktifitas bersantainya. Dengan malas dia beranjak dari sofa dan membuka pintu apartemennya. Mata Hanna terbelalak, tubuhnya tiba-tiba kaku melihat seseorang di depannya. Sudut bibir orang itu terangkat memperlihatkan senyum sadisnya.

Hanna mengerjapkan matanya, tersadar dari keterkejutannya. "Pergi kau! Aku tidak mau melihatmu lagi." teriak Hanna, dia buru-buru menutup pintu namun pria itu dengan cepat menghalaunya. Hanna melangkah mundur membuat pria itu mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam apartemen Hanna dan menutup pintunya dengan bantingan keras membuat Hanna terjengit.

Pria itu melangkah pelan dengan mata tajamnya terus terarah pada Hanna. Hanna melangkah mundur, ada ketakutan tersendiri pada dirinya melihat wajah Dario yang terlihat bengis.

"Pergi dari apartemenku!" seru Hanna.

"Pergi." Dario mendengus. "Aku tidak akan pergi sebelum membawamu kembali ke rumahku." Dario terus berjalan mendekat ke arah Hanna.

"Aku tidak akan pernah sudi kembali ke rumahmu. Aku bukan tawananmu, aku bukan seorang penjahat. Kau tidak berhak menghukumku. Sudah cukup aku menjadi budak nafsumu. Aku akan melaporkanmu pada polisi kalau kau sampai macam-macam denganku." Hanna memperlihatkan kemarahannya.

"Melaporkanku pada polisi." cibir Dario. "Coba saja kalau kau bisa. Sebelum kau melaporkanku pada polisi aku akan membuatmu menjerit di atas ranjang dan setelah itu aku akan menyeretmu ke klinik untuk mengaborsimu."

Sontak Hanna langsung memegangi perutnya, wajahnya terlihat pucat. Dario mengetahui kehamilannya. Hanna terdiam kaku di tempatnya berdiri.

"Bagaimana dia tahu tentang kehamilanku, pasti dari Larry." batin Hanna.

"Kau... kau tahu aku hamil?"

Dario berjalan mendekati Hanna, dia menarik pinggang wanita itu. "Tentu saja aku tahu. Nyalimu besar juga, kau berani kabur dariku saat aku tidak ada di rumah. Tapi tindakanmu itu membuat orang lain menderita."

Hanna mendongak. "Apa maksudmu?" Hanna bingung, dia belum bisa mencerna perkataan Dario karena masih tergiang dengan perkataan pria itu yang akan mengaborsi janinnya.

"Apa kau melukai pengawalmu dan Mrs. Janet?" Ujar Hanna kemudian setelah dapat menangkap maksud perkataan Dario.

"Kau benar. Aku memberi pelajaran pada mereka karena berani membantumu melarikan diri."

I'm Not Sex Machine For You ( RE-POST )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang