Part VIII

18.2K 1.4K 40
                                    

Keesokan paginya saat Hanna sedang membuat sarapan, bel apartemen berbunyi. Hanna tahu siapa yang datang. Dia mematikan kompor, meninggalkan dapur__berjalan ke pintu bermaksud membukanya untuk siapapun yang datang meskipun dia tahu kalau yang menekan bel apartemennya adalah Dario Blanco.

Pintu terbuka, Hanna menepi memberi jalan untuk pria itu masuk ke dalam. Dia kemudian menutup pintunya. Dario menepati ucapannya, Hanna tentunya merasa sangat senang.

"Aku baru saja membuat sarapan, kau mau." Hanna menawari Dario.

"Tentu saja aku mau asal kau tidak meracuni makanan itu." sahut Dario.

Hanna memanyunkan bibirnya, dia berjalan mendahului Dario menuju dapur. Pria itu mengikuti Hanna. Tanpa menunggu Hanna mempersilahkannya duduk, Dario sudah lebih dulu duduk di depan meja makan. Hanna hanya bisa menghela napas melihat kelakuan pria itu. Toh, itulah yang dia inginkan. Hidup satu atap dengan pria kasar seperti Dario Blanco membuat Hanna harus lebih bersabar menghadapi kekasaran pria itu, baik kelakuan maupun mulutnya.

Hanna menyiapkan piring lalu menaruh scrambled egg dan crusty bread yang di buatnya. "Aku hanya membuat makanan sederhana yang aku bisa." Hanna menaruh piring yang telah berisi makanan ke depan Dario.

Dario tidak menjawab, dia mencicipi makanan yang di buat Hanna. Hanna yang duduk di samping Dario melirik ke arah pria itu saat menyuapkan scrambled egg dan potongan crusty bread ke mulutnya. Pria itu tidak berkomentar setelah memasukkan makanan itu ke mulutnya. Hanna merasa lega, dia kemudian mulai memakan sarapannya.

•💕•💕•💕•💕•💕•💕•

Hanna sedang membereskan pakaiannya dan memasukannya ke koper. Tidak banyak pakaian yang dia beli karena Hanna tahu sebentar lagi pakaian-pakain yang di belinya saat ini pasti tidak akan muat jika kandungannya semakin besar. Dia menyeret kopernya keluar kamar. Dario tengah duduk di sofa ruang tamu dengan perhatian yang terpusat pada ponselnya.

"Aku sudah siap." ucapan Hanna mengalihkan Dario dari ponsel ke dirinya.

Dario menyimpan ponsel di saku celana panjangnya, dia beranjak dari kursi berjalan ke pintu. Hanna berdecak melihat ketidakpekaan pria itu.

"Dario." panggil Hanna pada pria itu yang akan membuka pintu.

Dario menoleh ke belakang. "Ada apa?"

"Bisakah kau membawakan koperku. Kau tahu 'kan aku sedang hamil."

Dario berdecak. "Merepotkan saja. Kalau kau tidak mau membawanya kau bisa meninggalkan koper itu di sini atau kau buang saja. Aku akan membelikanmu banyak baju nanti."

Wajah Hanna cemberut, dia memilih duduk di sofa. "Kau pergi saja, aku tidak akan ikut denganmu." Hanna tiba-tiba saja menangis.

Dario berjalan mendekati Hanna. "Hentikan tangismu, aku akan membawa kopermu. Kau puas!" Dario menyeret koper Hanna, berjalan kembali keluar apartemen. Hanna mengusap airmatanya, dia beranjak dari sofa dan mengikuti pria itu.

Hanna sudah berada di dalam mobil mewah milik Dario, pria itu sedang konsentrasi dengan kemudinya. Hanna tidak berani mengajak Dario bicara karena melihat wajah pria itu yang begitu menyeramkan.

Duduk diam di sebelah Dario membuat Hanna jenuh juga, apalagi dirinya merasa ingin buang air kecil. Semenjak kehamilannya ini, kandung kemihnya sering kali membuatnya ingin buang air kecil. Hanna menggigit bibir bawahnya, dia memberanikan diri membuka suaranya.

I'm Not Sex Machine For You ( RE-POST )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang