XI. Harapan Mati

276 8 2
                                    

                                      ********

Senja kali ini tidak seperti senja waktu itu. Dulu begitu indah, membuat mataku termenung akan pesonanya, dan sekarang ia berubah menjadi hitam pekat, bagai isyarat bahwa akan ada sesuatu yang menyayat.  

Waktu itu kau menemaniku, bukan sebagai kekasih, bukan juga sebagai teman terpilih. Namun, sebagai orang yang mengagumi, dan kamu orang yang seringkali mematahkan hatiku tanpa permisi.

Aku tak menyadari, jika perjuanganku yang di awali dengan sepenuh hati, perjuangan yang dibangun dengan percaya diri, harus berakhir dengan cara yang tak manusiawi. Aku benci jika harus menahan luka seorang diri. Aku benci jika kau pergi tanpa permisi. Padahal waktu itu, kau beri aku harapan yang kian hari kian tumbuh dan meninggi.

********

Flashback on

"Nax jaman bgt ya maenannya mall haha" Katanya.

"Ih apasi nggak juga haha" jawabku.

"Aku liat liat foto kamu kaya nya kamu gaul gaul gitu ya wkwk" katanya yang mulai menggodaku.

"Emang foto yang mana?." Tanyaku, karena setahuku aku jarang sekali memakai foto profil di WA.

"Dp BBM kamu yg skrng, kaya nax tumblr2 gitu wkwk" jawabnya.

"Idiiih kok bisa tahu? Jangan2 penguntit ya?????" tanyaku asal-asalan.

"Ngga kok." jawabnya singkat.

"Terus apa dong?" tanyaku yang mulai penasaran.

"Febri sering kasih tau aku setiap kamu ganti Dp dan Pm" Jawabnya kemudian.

"Anjir biar apa wkwk" kataku sedikit tak percaya.

"Lupain deh lupain" jawabnya mengalihkan pembicaraan.

Flashback off

Diluar dugaanku, nyatanya kau seringkali mencari tahu apapun tentangku. Dimulai dengan genre novel kesukaanku, hingga DP BBM sampai PM kau cari tahu.
Ternyata benar, kala itu kau mem-bom like sosmed ku, aku heran dengan sikapmu kala itu. Akhirnya, lagi-lagi Febri sasaran tempatku bercerita.

"Feb, Juna like status sama foto-foto aku di sosmed" Kataku memulai pembicaraan.

"Coba Ny SS." Perintahnya.

Dengan segera aku mengirimkan bukti pict SS pada Febri, dan berkata.
"Tuh Feb, banyak bgt kan." Kataku lagi.

Lama aku menunggu balasan darinya, yang membuatku sungguh sangat penasaran.

"Itu aku Ny yang like hehe. Waktu itu aku buka akun sosmed dia. Dan di beranda tanpa sengaja muncul postingan kamu, ya jadi aku buka deh profil kamu terus aku like in, wkwkwk." Jawabnya panjang lebar.
Sepertinya ia mengirimkan pesan itu sepaket dengan muka dan senyum jahilnya.

"Yaelah, aku udah melting Juna lirik sosmed aku sampe bom like ternyata kamu pelakunya-_- hmm." Jawabku sedikit kesal.

"Maaf ya Ny, aku gak niat macem2 kok, sumpah deh." Jawabnya sepertinya ia sedang memohon agar aku memahaminya.

"Iya gapapa kok Feb wkwk, selaw" jawabku mencoba mencairkan suasana.

"Tapi Ny, aku berani sumpah. Waktu itu aku pinjem HP Juna, gak sengaja aku liat sosmednya. Dan aku jail buka riwayat pencariannya. Ternyata, kamu orang teratas yang Juna stalk. Disana ada dua orang, yakni kamu sama aku. Aku coba tanya dia, dan katanya diem2 dia sering stalk sosmed kamu, meskipun dia gak pernah like/ comment tapi dia selalu cari tau apa yang kamu share." Ceritanya panjang lebar.

"Ah gak usah boong deh Feb, ngapain juga si Juna stalk sosmed aku? Gak ada istimewa2 nya." Kataku seperti tak percaya akan cerita Febri.

"Asli Ny, aku berani sumpah. Kamu harus percaya." Katanya lagi.

"Hmm, tapi ngapain dia stalk sosmed aku?" tanyaku yang mulai penasaran.

"Mungkin Ny, dia pgn tau kamu lebih banyak sebelum kamu sama Juna resmi wkwk. Dia mah gitu Ny, gengsian orangnya, apalagi kalo udh berurusan sama perempuan. Kamu beruntung, karena kamu satu-satunya perempuan dan perempuan pertama yang ada dalam hidup Juna setelah ibu sama aku." Katanya meyakinkanku.

"Ah jadi melting anjir wkwk. Doain aja Feb semoga semua perjuangan aku berbuah manis." Tuturku.

Ya, benar aku bercerita padanya saat Juna sibuk dengan sekolah penerbangannya. Hampir 2 minggu kita tidak berbalas pesan, hingga sukses membuatku dihantam rindu tanpa ampun.
Senja terasa hambar bila kau tak ada disisiku.

Singkat cerita, hari raya telah lalu, dan kamu kembali padaku. Hingga saat dimana aku mengikuti pra MPLS-MPLS.

"Ribet bgt dah harus bawa alat makan buat table manner segala, pake nama lagi. Coba warna yang sepaket gak ada, anju." cerocosku padanya.

"Wkwkwk emang disuruh satu warna? Kamu punya warna apa?" tanyanya.

"Hanny punya tempat makan sama sendok, garpu pink, tapi gak ada cangkir warna pink. Mana udah malem. Toko pasti tutup semua. Aaaa kena hukum ini mah gak salah:(" Kataku tampak seperti mencurahkan isi hatiku.

"Insyaallah gak akan kena hukum Hanny:) kalau aja disini gak hujan, aku kirim sepaket alat makan punya aku buat kamu. Kebetulan ada yang pink, hadiah ultah dari Febri haha. Tapi, sayangnya disini hujan Hanny, jadi gak bisa aku paket ke JNE. Kadang hujan jadi penenang bagi orang yang terduduk pilu, tapi hujan bisa jahat seakan tak sudi akan seseorang yang sedang dimabuk tawa dalam candu." Katamu panjang lebar.

Aku tersenyum menerima pesan darinya. Ia care ternyata, aku sangat suka jika ia mulai menuliskan kalimat-kalimat puitis penyejuk hati. Akupun menjawabnya.

"Hmm iya kak, gapapa kok hehe gak usah repot-repot:) " kataku.

Seminggu berturut-turut aku mendapat pesan yang membuatku melting dibuatnya. Senang rasanya, Juna kian dekat denganku. Tak sabar rasanya untuk bertemu langsung dan berbincang bersama ditemani secangkir coklat hangat favorit kami. Aku merasa jika perjuanganku kian membuahkan hasil, melihat sikap Juna padaku kali ini.

Hingga keesokan harinya, duniaku seperti di jungkir balikkan. Aku bagai di paksa untuk bisa menerima kenyataan.

Aku cek profil WA nya, sungguh aku terkejut dibuatnya, hingga perlahan bulir air membasahi pipiku.
Sebuah nama terpampang jelas dalam statusnya. Hatiku tertohok, bagai ditusuk ribuan jarum tanpa ampun. Mati, harapanmu kian mati.



Tbc....


Author come back😄😄😄 *exo kali ah come back wkwk* penasaran apa yang terjadi dengan Hanny? Staytune yaa wkwk. Jangan lupa tinggalkan jejak biar author semangat nulisnya😊 tapi gaapapa deng gak maksa wkwk

Perempuan Pejuang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang