[1] She is Tara

560 63 7
                                    

💥MATAHARI senja mulai tenggelam diufuk barat. Awan putih terlihat kapas yang sekarang terlihat kemerah-merahan. Membungkus langit. Burung-burung layang-layang melenguh. Menggoda pasangannya.

Terlihat seorang gadis di balkon kamarnya sedang menikmati hembusan angin yang lolos lewat celah rambut hitamnya. Matanya terpejam sembari tersenyum ia menghirupkan napas dalam-dalam, menikmati kesegeran terpaan angin. Tangannya mulai terangkat pelan sehingga membentang di udara, rambut hitam panjangnya menjadi kacau balau, tapi ia biarkan saja. Ketenangannya tampak tak terusik meski bunyi angin mendesau-desau dirumpun telinga. Perlahan matanya terbuka.

Remang cahaya senja membiaskan keindahan tepat didepan matanya. Terlukis lagi senyuman diwajah cantiknya. Ini adalah kegiatannya diwaktu sore. Memandang langit yang jingga. Menununggu matahari tenggelam diufuk barat.
Sendirian...
Rasanya pemandangan ini mampu melupakan kejadian dimasa lalunya. Kini matahari tenggelam sempurna, diganti dengan langit yang menjadi hitam tak tersaput awan, bintang gemintang tumpah membentuk formasi yang indah..

Senyum yang terukir diwajanya kini mulai redup diganti dengan tatapan kosong, beberapa sela detik kemudian tetesan hangat pun mendarat dipipi mulusnya. Kini masa lalunya melintas dipikirannya. Rasanya sulit untuk melupakan, tapi dengan ia menatap pemandangan senja, mampu melupakan itu semua. Dia menyeka air matanya dengan kasar, menghirup napas dalam-dalam. Toh itu masa lalu yang menyedihkan, kenapa harus dingat-ingat.

=Flash back=

Seorang gadis kecil duduk sendirian ditepi ranjangnya. Menangis tersedu-sedu Kedua bahunya bergetar. lihatlah kesedihan yang memancar dimata sayu gadis berumur enam tahun itu. Namanya park chorong. Gadis kecil malang yang sudah menyaksikan pertengkaran hebat kedua orang tuanya. Bukan kali pertamanya ia menyaksikan ini Setiap hari malahan. Saat itu ia tidak tahu apa itu bahagia. Ia tidak mengerti ketika teman-teman ramai bercerita tantang liburan bersama kedua orangtuanya.

Bukankah masa kecil adalah masa-masa (yang harusnya) indah itu.

Tapi tidak untuk gadis kecil park chorong masa-masa kecilnya masa yang mengharukan.

Gadis itu menoleh kearah pintu kamarnya yang tertutup. Mendengar suara teriakan ibunya diluar dan disusul suara pecahan kaca yang jatuh dengan bunyi memilukan. Gadis kecil itu mengigit bibir bawahnya yang dingin Menelan ludah Mencengkram seprai kasurnya Menahan tangis.

Dia sungguh ketakutan, dia tidak berani untuk membuka pintu kamarnya. Atau sekedar melihat kondisi ibunya diluar sana.

Dia harus melawan ketakutannya. Kini ia mulai berdiri, berjalan pelan kearah pintu. Menelan ludah, mencengkram ujung bajunya.

Tiba ia di depan pintu, perlahan tangan getarnya memegang knop pintu dan memutarnya ..
Clekk!!

Dia mengintip, tak berani keluar. Lagi dia menelan ludah pahitnya. Ruangan tamunya sudah berantakan.

Pecahan kaca vas bunga sana sini.

Pertengkaran itu mereda.

Mata beningnya menatap nanar pada sebuah bingkai foto yang tergeletak dibawah lantai dingin. Foto keluarga yang terlihat bahagia.
Seorang wanita muda dengan senyuman manis memangku seorang gadis kecil, dan seorang lelaki setengah berjongkok merangkul bahu istrinya. Terpancar kebahagiaan diwajah mereka. Sungguh bahagia..
Tapi itu sebuah gambar yang tak terpakai lagi.

Brakk!! Suara pintu dibuka dengan kasar. Perhatian gadis itu teralih kearah suara itu. Ia melihat ibunya membawa tas besar dan keluar dari rumah besarnya itu.

Park chorong menangis lagi. Malam ini sangat menyedihkan. Ia ingin ayah dan ibunya akur dan saling mencintai seperti dulu.

Ia mendesah benci dengan semua ini. Bukankah seorang anak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dan menjanjikan kebahagiaan di masa kecilnya. Tapi apa? Ah~ semua ini omong kosong. Hei..bukan ini yang dia inginkan ..
-

-

-
Kembali lagi ingatan itu melintas. Membasahi luka yang sudah lama mengering.

Ahh~ bukankah dia besok mulai pindah ke seoul . Dan memulai hidup baru disana.

Rasanya tak percaya dengan semua tindakan ayahnya yang menjual rumah ibunya.

Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita disana. Yang katanya sudah memiliki seorang putri seumuran dengannya. dan hasil pernikahan dengan wanita itu lahirlah park dou nggu..umurnya 5 tahun. ayahnya menikah setelah umurnya 12 tahun dan memutuskan tinggal di seoul. di busan dia tinggal bersama ajhumma yang merawatnya sejak kecil..
ayahnya? Dia hanya pulang mingguan sekedar mengontrol anaknya. Ayahnya selalu membujuknya untuk pindah dan tinggal bersama dengan ibu tirinya dan kakak tirinya diseoul ..tapi hasilnya sia-sia saja. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menjual rumah ini..

Sebenarnya dia tak ingin pindah, dan berusaha mencari ibunya tanpa bantuan dari siapapun..
sial..bukankah ibunya yang meninggalkan mereka. Tidak. Itu tidak benar, ayahnya lah yang membuat ibunya bertindak seperti itu. Dan tidak mencegah ibunya pergi. Lihat, ayahnya saja sudah menikah dengan wanita jalang di seoul itu.. sekian lama ia menatap langit malam di bingkai jendela kacanya dia menoleh kearah koper diatas ranjangnya. Dia bingung, Apa dia harus menuruti ayahnya pindah ke seoul.?

Clekk!! Suara knop pintu diputar diluar, membuatnya menatap kearah pintu.

"Kau harus bersiap-siap besok, kita akan ke seoul."

Cihh~ dia mendesis kebencian setelah ayahnya keluar dari kamarnya..

TBC..
.akhirnya cerita di post juga. ini ff pertamaku .

maaf ceritanya gak menarik dan seru (sembari membungkuk😑). maklum baru terjun jadi author..😁

jangan lupa vote and comentnya ya😄✌ .(juseyo😯).

Salam author amatiran dan abal-abalan...😂

TOMORROWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang