jatuh cinta

187 25 5
                                    

lu han melepaskan earphone yang menempel ditelinganya sembari menghembuskan nafas berat kemudian mengacak rambut frustasi. tak habis pikir dengan yang dilihatnya tadi sore. bagaimana bisa gadis asing itu menyita pikirannya sekarang.

"akhh! phabo~ya" keluhnya menepuk jidat dengan pelan.

dia menoleh kearah jendela, tampak memikirkan sejenak. sela beberapa detik, lu han bangkit berdiri dan berjalan kearah jendela,menyibak horden gold' nya. terlihat kamar gadis misteri itu gelap.

"apa dia sudah tidur?" gumamnya pelan sembari melihat arlojinya.

"21:42 pm" lu han mengangguk pelan.
"ya, benar dia sudah tidur sekarang" ujarnya dengan nada sedikit kecewa. saat ingin membalikkan badan suara pagar diseberang bawah sana terdengar ditutup sedikit keras hingga membuatnya membalikkan badan dengan cepat.  matanya terbelalak, mendapati gadis yang tadi menyita pikirannya keluar tengah malam dengan-- tunggu.

"ada apa dengan wajahnya?"

-gadis itu menangis begitu dia keluar dari rumahnya. menyeka kasar air matanya.

chorong berjalan tak menentu arah. dia benci hidup di seoul. dia sangat muak tinggal bersama wanita iblis bertopeng manusia itu dan anaknya yang begitu ingin sekali menjabaknya kalo dia bisa.

lu han melihat itu. tanpa berpikir lama-lama dia meraih jaketnya dan berlari menuruni anak tangga.

"mau kemana?" tanya jae ra im

"NUNA!!!?"

"wae, aku tanya kau mau kemana?" ra im tampak tak memperdulikan kekagetan lu han.

"mmm apa urusanmu?" ketus lu han kemudian berlari menuju pintu
"YAAKK!!"
Lu han mengabaikan teriakan jae ra im.

"Aissh,, dia sama sekali tak rindu padaku"

####

Lu han melihat chorong sedang disudutkan beberapa laki-laki. ia segera menepi motornya kemudian melepaskan helm.

Kerutan di dahinya tergambar jelas diwajahnya.

Ia melebarkan mata

Baru beberapa langkah ia melihat pria yang sepertinya ia kenal. Dan tunggu, dia menajamkan penglihatannya dan ternyata pria itu--
"Kim jomyeon?" Gumamnya pelan.
Dia berdecih kemudian mulai melebarkan langkahnya. Langkahnya mendadak terhenti saat mendapatkan telpon di smartphone'nya.

Ia merutuki orang yang sedang menelponnya sekarang.
"Nuna?" Gumamnya pelan kemudian mengusap layar pada warna merah.
Ia tak ingin mengobrol dengan nunanya sekarang jika ia rindu ia bisa mengobrolnya ketika ia sampai dirumah nanti.

Ada yan lebih penting sekarang yang ia selamat'kan sekarang.

Luhan melebarkan matanya..ia semakin melebarkan langkahnya. Meski suho rivalnya sekarang bukan berarti ia membencinya dan memnyimpan dendam suho tetaplah teman'nya. Ya meski teman satu sekolah. Dan ia tidak bisa membiarkan suho mati di tangan preman disana..

Tinggal beberapa langkah lagi ia mendekat di TKP. Lagi. Nada nyaring dan bergetar di pahanya membuat ia menghentikan langkahnya..ia mengusap gusar layar hp'nya pada warna hijau..

"Aaa waee??" Hardiknya begitu ia menempelkan benda persegi itu ditelingannya.

"Aiishh..aaakkh nuna, bisakah kau tidak mengangguku.?"

"...."

"Akhh ..ne, aku sedang berkencan sekarang. Berhenti mengusik kencanku" ia menutup telponnya dengan wajah sebal..biarlah ia berbohong..jika ia mengatakan yang sebenarnya kalo ia akan berantem dengan preman jalanan bisa-bisa nunanya akan datang dan menanyakan dengan paksa tempatnya dan tentunya akan mengahmpirinya..atau nunanya akan melaporkan pada ibunya dan membuat ibunya khawatir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOMORROWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang