31 : Perih

102K 7.4K 750
                                    

'Apakah sebuah sakit akan cepat terlupakan ketika sudah membekas?'

🌿🌿🌿🌿

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi mulus Devina. Gadis itu tetap berdiam diri, sembari menahan rasa sakit yang dia rasakan.

"BUAT MALU KELUARGA! DENGAN MUDAH KAMU BILANG BAHWA KAMU HAMIL DI HADAPAN PAPA?!" bentak Rahardian sambil mengepalkan tangannya.

Tasha menangis terisak, lalu memeluk Devina. "Sudah Pa, sudah. Ini bukan salah anak kita. Keluarga Dimas yang harus tanggung jawab"

Rahardian menggelengkan kepalanya. "Gak mungkin Tasha! Saya kenal baik dengan Kevin, dan dia bukan pria sebajingan itu! Pasti ada laki-laki lain yang melakukan hal itu terhadap Devina!"

Devina menggeleng. "Tapi nyatanya, Kevin yang melakukan itu Pa! Kevin! Kenapa papa masih gak yakin?" isak Devina.

Rahardian duduk di kursi sambil memijat pangkal hidungnya.
"Ini sulit untuk papa percaya Dev. Kevin tidak sejahat itu. Papa tau itu"

Devina melepaskan pelukan Tasha, lalu berdiri dan berjalan ke arah Rahardian.

"Papa mau apa? Mau supaya Devina gugurin bayi ini? Baik, Devina lakukan itu" ujar Devina sambil melangkah pergi ke dapur.

Rahardian langsung bangkit berdiri dan menahan putrinya itu, dan menamparnya lagi entah untuk keberapa kalinya.

"JANGAN BODOH DEVINA!"

Devina tersenyum, "Bodoh apa Pa? Memang aku ga pantes kan? Lebih baik mati bersama anak ini!" ujar Devina memberontak.

"CUKUP DEVINA!" bentak Rahardian.

Pria setengah baya itu melepaskan cengkramannya. Lalu memalingkan wajahnya. "Papa malu Devina, malu"

"Papa nikahin aja Devina sama Dimas. Dimas udah mau bertanggung jawab kok"

Rahardian menoleh. "Bagaimana bisa Devina? Itu anak Kevin, mengapa harus Dimas yang bertanggung jawab?"

"Karna Dimas yang mau pa" ujar Devina.

Tasha menghembuskan nafasnya. "Sudah Pah, mungkin Dimas memang ingin menebus kesalahan Kevin. Kita atur saja pernikahan mereka nantinya" ujar Tasha.

Rahardian menghembuskan nafasnya. "Baiklah"

Dan dibalik itu semua, hati Devina sangatlah bahagia. Sangat bahagia mendapatkan apa yang dia mau.

✴✴✴✴

Dimas terkejut bukan main ketika melihat kedatangan Rahardian dan Tasha. Dimas mempersilahkan mereka masuk, lalu memanggil Angkasa. Audy masih di rumah sakit, berjaga untuk Kevin.

Angkasa duduk dan berhadapan dengan  Rahardian.

"Sepertinya anda sudah tau yang sebenarnya terjadi Tuan Angkasa" ujar Rahardian, yang adalah seorang asisten manager di kantor besar Angkasa.

Angkasa tersenyum. "Jadi itu semua benar?"

Dengan lambat, Rahardian mengangguk.

Angkasa menghela nafasnya. "Baiklah, setelah Kevin siuman dari koma, kita nikahkan mereka"

"Loh? Bukannya Dimas sudah berjanji yang akan menikahi Devina sebagai tanggung jawab perbuatan Kevin?" tanya Tasha yang sukses membuat Dimas membelalakan matanya.

"Hah? Saya tidak pernah bicara seperti itu tante." elak Dimas.

"Loh? Tapi disini keadaannya perut Devina akan membesar. Mau tidak mau, kamu harus menikahi Devina. Menunggu Kevin siuman akan memakan waktu cukup lama" jelas Tasha.

Angkasa menoleh kearah Dimas. "Dim, kamu suka kan dengan Devina?"

"Tapi yah ga-"

"Baiklah, biar Dimas yang bertanggung jawab" ujar Angkasa dengan senyumannya.

Dimas membelalakan matanya tak percaya.

Lalu, setelah itu Rahardian dan Tasha pamit pulang, menyisakan Angkasa dan Dimas.

"Yah? Kenapa gini?" tanya Dimas lesu.

"Aku tau aku salah udah buat Kevin koma, cuma aku udah gak cinta sama Devina yah. Aku udah gak sayang sama Devina. Kenapa harus aku Yah?" tanya Dimas.

Angkasa tersenyum, lalu menepuk pundak Dimas.

"Semua itu tidak benar Dimas. Ayah tau anak Rahardian hanya bermain drama" ujar Angkasa. Dimas tertegun lalu menatap Angakasa, meminta penjelasan lebih lanjut.

"Ayah kenal anak ayah baik-baik. Kevin tidak sebrengsek itu. Ayah paham itu. Hanya, untuk membuat semuanya terbongkar, hanya ada satu cara" ujar Angkasa.

"Apa Yah?"

"Kita ikuti permainan Devina"

🌱🌱🌱

P

agi ini Devina tampak dengan senyumannya yang manis duduk di sebelah Dimas.

"Dim, kamu beneran mau tanggung jawab atas anak ini kan?" tanya Devina dengan nada manjanya, yang justru membuat Dimas ingin menamparnya saat ini juga. Namun karna rencana yang sudah Dimas susun, dengan terpaksa Dimas tersenyum.

"Iya"

Devina langsung memeluk Dimas. Dan Dimas hanya bisa diam tanpa membalas pelukan itu.

"Anjing!" pekik seorang gadis yang membuat Dimas melepaskan pelukannya.

Dimas melihat Venus yang menatapnya dengan Resha yang berada di sampingnya.

"JADI LO HAMILIN ANAK ORANG?" ketus Venus. Dimas baru saja ingin menjelaskan, sebelum Devina menarik Dimas mendekat dan langsung mencium pipi Dimas.

"Iya Venus dan Resha. Gue hamil anak Kevin, tapi Dimas mau bertanggung jawab kok, maka nya kita mau nikah" ujar Devina dengan senyumannya.

Bukan hanya Resha yang terluka, namun juga Venus.

"Apa itu benar Dim?" tanya Resha dengan suara bergetar.

Dimas ingin menjawab 'enggak' namun ingatannya memutar akan perkataan Angkasa.

Kita ikuti permainan Devina.

Dimas mengepalkan tangannya, menahan segala amarahnya, dan menghembuskan nafas pelan, sebelum menjawab, "Iya Sha"

Dunia Resha seakan berhenti untuk beberapa saat. Venus langsung maju dan menampar Dimas.

"Gini ya cara lo membalas orang yang tulus sama lo! Tega ya lo Dim! Bajingan!" umpat Venus.

"Maafin gue Sha, maaf" batin Dimas.

Resha menatap nanar Dimas dengan mata memanas.

"Kita putus aja ya Dim?"

🌷🌷🌷🌷

Jangan lupa vote and commentnya!

Go Away [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang