"Tersenyumlah, duniamu tidak selalu menyakitkan"
🌿🌿🌿
Pelajaran pak Budi hanya diisi keheningan. Semua murid sibuk mengerjakan LKS. Termasuk Resha. Gadis itu nampak berfikir mengerjakan soal fisikanya.
Namun seketika, kepala gadis itu terasa pening, dan tak lama setetes darah berhasil menetes dari hidungnya. Beruntung darah itu tak mengenai LKS nya.
Resha segera menghapus darahnya, lalu bersikap biasa saja. Tapi tak lama setelah itu, Resha tumbang.
"Resha!"
Teriakan Venus membuat semua pandangan melirik kearahnya. Pak Budi yang panik juga langsung memerintah beberapa anak mengangkat Resha ke UKS.
⚫⚫⚫
Dimas terduduk di bangku dekat jendela kelas. Pikirannya kacau. Hatinya sakit. Semua kenangan Resha membekas begitu saja. Ternyata ini yang dikatakan hukum alam atau Karma.
Dimas terdiam dalam kesakit hatiannya. Tak peduli seberapa ramai kelasnya saat ini, yang di fikirkannya hanyalah satu, Resha.
"Dim"
Dimas menoleh. Dahinya mengeryit melihat raut panik di wajah Vero.
"Kenapa?"
"Lo ke Rumah Sakit Bunda Harapan sekarang, Resha masuk UGD"
Ucapan Vero membuat Dimas terkejut setengah mati. Tanpa membahas banyak hal, Dimas langsung mengambil jaketnya dan ponselnya lalu berlari keluar kelas dengan cepat.
Dimas mengendarai motornya dengan kebut-kebutan. Tak peduli beberapa pengendara yang sudah mengklesoni bahkan meneriakinya. Dimas khawatir saat itu. Harapannya hanyalah ia bisa melihat wajah Resha.
Akhirnya Dimas sampai di Rumah Sakit yang dia tuju. Setelah menemukan ruangan UGD, Dimas langsung masuk. Terlihat Resha yang tengah berbaring dengan mata yang terpejam dan Venus yang menangis terisak di samping Resha.
Perlahan, Dimas mendekat kearah Resha. Mata pria itu memanas. Venus yang menyadari hal itu memilih bangkit berdiri. Venus harus sadar satu hal. Jika ia ingin Resha tetap bertahan, maka Dimas harus ada di samping Resha.
"Resha punya penyakit leukimia"
Perkataan Venus membuat air tumpah dari mata Dimas. Pria itu menyesal kini. Dimas menggenggam tangan Resha dan menciuminya."Resha gak mau kasih tau lo, karna dia gak mau lo cinta sama dia hanya karna kasihan" ujar Venus.
"Itu sebabnya gue benci ketika lo hanya buat Resha sakit hati. Lo gak tau beban dia tapi lo menambah beban dia makin besar" lanjut Venus.
"Maaf" hanya sepatah kata yang bisa dikatakan Dimas saat itu.
"Lo gak bisa hanya minta maaf Dim. Tapi lo harus berubah. Sebelum semuanya terlambat" ujar Venus yang lalu meninggalkan Dimas sendiri.
Dimas membelai rambut Resha lalu mencium kening gadis itu. Air matanya belum berhenti mengalir saat itu.
"Sha"
"Bangun Sha. Lo gadis yang kuat. Lo gadis yang tangguh. Lo pasti bisa buat lewatin semuanya. Maafin gue Sha"
"Gue nyesel udah bersikap jahat sama lo. Sekarang gue butuh lo bangun Sha. Gue masih di sini, gue akan selalu untuk lo. Bangun Sha"
Dimas tak lagi melanjutkan kata-katanya. Bibirnya terlalu kelu untuk berbicara tentang hal yang justru membuatnya makin bersedih.
Dimas mengusap pipi Resha.
"Aku cinta kamu Sha"Perlahan, jari jemari Resha bergerak. Mata gadis itupun terbuka perlahan. Dimas senang bukan main.
"Sha?"
Bukannya tersenyum, Resha justru menepis tangan Dimas yang berada di pipinya. Hal itu membuat Dimas terdiam seribu bahasa.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Resha dengan suara serak dan ketus.
Dimas tersenyum getir. "Gue--"
"Udah tau gue punya penyakit? Lalu lo kesini buat apa? Buat ikut mengasihani gue?" potong Resha dengan nada dingin.
"Gue gak pernah berfikiran seperti itu Sha. Gue hanya ingin menjenguk lo. Gue gak peduli akan penyakit lo, karna gue yakin, wanita kuat mampu menghadapi semuanya" ujar Dimas.
"Sekuat apa sih gue dimata lo Dim? Gue lemah Dim! Lemah!" bentak Resha.
Baru saja Dimas ingin menyentuh Resha, namun lagi-lagi tangan Resha menepisnya.
"Gue mau istirahat. Tolong keluar" ujar Resha tajam. Dimas tak punya pilihan lain.
"Baik kalau itu mau lo Sha. Tapi lo harus tau, kalau gue akan selalu memperjuangkan lo Sha. Selalu" ujar Dimas yang secara perlahan mulai meninggalkan Resha.
"Dimas"
Suara Resha membuat Dimas memberhentikan langkahnya. Dimas tersenyum, lalu memutar tubuhnya. Dimas yakin, Resha masih sangat menyayanginya.
"Orang yang terlihat kuat, bisa jadi dia orang yang lemah."
Ucapan Resha membuat senyuman Dimas memudar.
"Satu lagi, jangan pernah temui gue lagi mulai detik ini"
Hati Dimas bagaikan hancur detik itu juga. "Tap--"
"Silahkan keluar, gue mau istirahat" potong Resha cepat.
Dimas memandang Resha dengan senyuman getir.
"Sha, gue tau mungkin lo trauma dengan sikap gue. Mungkin juga lo benci akan perlakuan gue," ujar Dimas.
"Tapi satu hal Sha. Hati orang bisa brubah. Dan itu terjadi sama gue. Gue udah benar mencintai lo dan lo benar sudah membenci gue. Kita sama sama mencinta namun juga membenci. Gue yang membenci diri gue sendiri dan lo yang membenci gue. Dan juga gue dan lo yang saling mencintai" lanjut Dimas.
"Maaf akan kesalahan gue Sha. Gue tau, kata maaf gak akan merubah semuanya. Tapi kesempatan, itu akan membuatnya lebih baik Sha" ujar Dimas.
Resha memalingkan wajahnya.
"Sayangnya kesempatan lo udah habis Dim. Dan gue bukanlah gadis bodoh yang terus memberi kesempatan""Jika lo sudah menghancurkan kesempatan, itu sama artinya lo sudah menolak hadiah indah yang harusnya lo terima saat itu" ujar Resha.
"Dan hadiah yang indah tidak akan selalu datang berulang kali pada orang yang pernah menolak diberi" lanjut Resha.
"Itu kata hati gue Dim. Hati gue yang menyuruh gue mengatakan hal itu. Mungkin hati gue udah terlalu lelah untuk memendam"
Dimas terpaku. Perlahan, Dimas berjalan mundur, lalu meninggalkan Resha begitu saja tanla sepatah kata apapun.
Resha tersenyum miris. Menahan air matanya agar tidak tumpah.
"Terkadang mengeluarkan kata hati lebih susah dari pada harus selalu memendamnya"
♣♣♣♣
Vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away [Completed]
Teen Fiction[Sequel INTO YOU] Akan ada saat dimana orang berhenti berjuang. Berhenti berharap. Meski sulit, tapi itu yang terbaik. Sama hal-nya dengan Bintang Aresha Valensia, yang harus slalu mengorbankan perasaanya untuk Alexius Dimas Wijaya, seorang laki-lak...