"Kamu kenapa nggak tidur?" Tanya Andra yang terganggu karena Lani terus bergerak gelisah di sampingnya.
Lani hanya menggelengkan kepalanya pelan tanpa menjawab.
Andra yang memang terlalu letih kembali menutup matanya tanpa mengatakan apa-apa lagi. Sementara Lani menatap wajah Andra dengan mata berkaca-kaca.
Sejujurnya ia ingin mengatakan sesuatu pada Andra. Tapi melihat wajah lelah laki-laki itu membuatnya tidak tega dan berusaha memendam keinginannya. Berharap hal itu akan hilang dengan sendirinya seperti yang pernah diceritakan beberapa temannya.
Namun nihil, bukannya menghilang Lani justru semakin menginginkannya. Bahkan air matanya sudah tak dapat ia tahan lagi. Tak ingin suara tangisnya terdengar dan mengganggu tidur Andra. Ia menyelinap turun dari ranjang dan keluar kamar.
Setengah berharap Lani melangkah ke dapur. Mencoba mencari di setiap sudut bahan yang mungkin bisa ia gunakan. Lagi, dewi keberuntungan tak berpihak padanya.
Frustasi dengan keinginannya yang semakin menjadi. Lani duduk bersandar di dekat kulkas. Tangisnya meledak, ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menghilangkan keinginannya yang begitu menggebu.
Beberapa kali isakan lolos dari bibirnya yang ia tutup rapat dengan kedua tangannya. Bahkan untuk bernapas pun ia merasa mulai kesulitan.
"Lan?"
Suara serak Andra terdengar, membuat Lani terkejut dan segera menghapus jejak air matanya.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Andra lagi yang bingung melihat Lani masih duduk diam sambil menutupi wajahnya dari tatapan Andra.
Masih tak ada jawaban, Andra jongkok di depan Lani. Setengah memaksa wanita itu untuk memperlihatkan wajahnya.
"Hei, kamu kenapa love? Kenapa nangis begini?" Tanya Andra kaget saat melihat mata Lani mulai membengkak dan beberapa jejak air mata masih membekas di pipi chubby-nya.
Bukannya menjawab pertanyaan Andra, Lani justru kembali menangis. Bahkan lebih parah dari sebelumnya.
Masih dengan kebingungan melihat Lani yang menangis tanpa sebab. Andra mengangkat tubuh Lani dan membawanya ke sofa biru yang ada di ruang keluarga.
Ia mendudukkan diri disana dengan Lani dipangkuannya. Tangannya bergerak mengusap lembut punggung wanita itu, berusaha menenangkan. Sementara Lani masih melanjutkan tangisnya dengan memeluk erat Andra.
Butuh waktu 10 menit sampai akhirnya tangis Lani mulai mereda. Andra masih diam dan tetap mengusap punggung Lani. Sesekali ia mengecup pelipis Lani.
"Kamu kenapa?"
Andra memutuskan untuk bertanya setelah ia rasa Lani mulai tenang di pelukannya.
"A..aku..mau mar..martabak telor," jawab Lani diantara isakan yang masih tersisa.
Kening Andra mengerut dalam mendengar jawaban Lani.
"Kamu nangis cuma karena martabak telor?" Tanya Andra setengah tak percaya dengan apa yang dilakukan wanita-nya itu.
Menangis meraung-raung karena martabak telor jam 3 pagi (?!)
"Bukan cuma!! Aku mau martabak telor! Aku mau makan itu dari dua jam yang lalu!!" Bantah Lani dengan nada meninggi.
Andra sampai terlonjak dari duduknya. Beruntung Lani masih duduk dipangkuannya, kalau tidak ia pasti akan langsung melompat berdiri.
"Oke, oke.. jangan teriak, Lan! Aku bisa jantungan kalau kamu begitu." Jawab Andra sambil mengelus dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Siska Damast
Historia CortaTerdiri dari kumpulan cerita pendek yang mungkin banyak sekali cerita-cerita abstrak nya. So.. you can just read my story, or you can add comment vote.. I'll be happy if you can say hello to me like a friend.. ^,^)/"