"Kok baju lu basah? Kan naik mobil?" tanya Satia yang berbaring di ranjang dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki
"Jalanan macet, aku turun dari mobil trus lari ke sini" ujar Mingyu seraya mengganti pakaiannya. Kini mereka ada di kamar. Mingyu harus mengganti pakaiannya yang basah kuyup, tapi ia tidak mungkin meninggalkan Satia sendirian. Jadi inilah satu-satunya cara, ibarat menembak 2 burung dengan 1 panah. Sementara Satia masih berada di posisinya, di dalam selimut. Jujur, selama menikah mereka hanya melakukan itu sekali. Mingyu tidak pernah meminta, apalagi Satia.
"Sudah selesai belum! Susah napas akutuh!" tanya Satia yang sama sekali tidak bergerak selama lebih dari 3 menit
"Belum, sebentar lagi!"
"Aaaaahhh.... cepetaaan!"
"Sebentar!"
"Dari tadi lu bilang 'sebentar lagi' tau gak? 'sebentar lagi'-lu itu nggak ada titiknya!"
Hening.....
"Eoy! lu masih di situ?"
"Ya." jawab Mingyu singkat
"Berapa lama lagi?"
"Sebentar lagi!" Satia sudah sangat kesal duduk dan mengibaskan selimutnya. Saat ia membuka mata, wajah Mingyu berada tepat 5 cm di depan wajahnya.
"Aaaaa!"
"MAMAAA!" Pekik mereka sama-sama kaget. Mingyu turun dari ranjangnya sambil memegang dadanya karena ia benar-benar kaget, sedangkan Satia kembali lagi meringkuk di ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Nyesel gue astajim!" bisik Mingyu pada dirinya sendiri
Hening.....
Satia menelan salivanya. Sumpah ia benar-banar kaget akan kejadian tadi. Berapa lama? Sudah berapa lama pria itu ada di situ? Wah... dia benar-benar gila!
Satia bangkit dan duduk di ranjang. Pria itu tengah duduk di lantai dan menyender di kasur. Satia memutuskan untuk mendekat.
"Owg, tidur!" bisik Satia seraya bertekuk lutut di samping pria yang tengah memejamkan mata. Satia diam. Ia menatap wajah Mingyu yang matanya terpejam.
Entah mengapa Satia merasa nyaman saat berada di dekat Mingyu. Berada di dekat Mingyu membuat Satia mengingat sosok sang ayah, dimana dia merasa seperti terlindungi. Dan juga, wajah rupawan Mingyu yang selalu berhasil membuat Satia terpesona.
Hidung mancung, alis tebal, bibir yang merah, dan rambut hitam yang acak-acakan karena tidak di tata. Satia suka wajah itu.
Tapi ia mengingat akan perasaan Mingyu yang masih terdapat pada cinta pertamanya. Satia membuang pandanganya ke lantai.
Mingyu menaikkan sebelah alisnya dan membuka matanya. Ia melihat Satia terduduk di sampingnya dengan wajah sendu.
"Kenapa, Ya?" tanya pria itu, Satia terkejut dan menatap Mingyu dengan gugup.
"Ng-nggak... hehehe..." ujar Satia seraya menggaruk kepalanya.
"Udah puas ngeliatin muka gue? Gimana? Gue ganteng, kan?"
DEGG!!
SKAK MATT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Gubernur - Kim Mingyu
Fanfiction"Lucu ga sih? Kita nikah karena bayi kembar sialan." "Sekarang gue tau fungsi lain dari bayi..." Mingyu - Satia series from Pak Presiden