Gubernur

3.7K 469 38
                                    


Hari ini adalah hari-H

Dimana Mingyu dilantik sebagai seorang Gubernur dan Woozi sebagai wakilnya. Begitu banyak pejabat yang menghadiri acara pelantikan ini, termasuk Presiden dan Wakil Presiden yang melantik.

Senyum tidak pernah luntur di wajah Mingyu, pria itu sangat berbahagia. Satia yang melihat itupun mau tak mau ikut menarik lekuk bibirnya.

Delia yang berdiri di samping Satia pun tidak henti-hentinya mengungkapkan rasa bahagia karena mulai sekarang, ia akan makin sering bertemu dengan sahabatnya itu.

".... Sebelumnya, saya berterima kasih kepada hadirin semuanya yang sudah bersedia datang. Saya pribadi, mengucapkan terima kasih banyak untuk orang yang telah memilih saya untuk jabatan ini. Terima kasih kepada Rakyat yang sudah mendukung saya, terima kasih kepada semua sahabat, rekan dan kerabat saya. Dan untuk yang terpenting.... Terima kasih banyak untuk istri saya tercinta..." pidato Mingyu yang membuat seluruh tatapan tertuju pada Satia. Saat upacara itu selesai, Mingyu menemui Satia. Wanita itu sendiri hanya memperlebar senyumnya sebelum Mingyu memeluk erat tubuhnya. Tidak ada yang bisa Satia lakukan selain membalas pelukan Mingyu.

Tidak ada yang tidak tersenyum disana. Begitu pula Delia yang berdiri disamping pasangan itu.

"Sayang banget dulu kamu ga ada di sini..." suara Joshua membuat Delia menoleh. Sejak kapan pria ini pindah kesini?

"Ya... gapapa. Ngeliat Satia ngerasain hal itu, aku seneng. Aku sayang banget sama Satia..."

"Aku juga sayang kamu..." bisik Joshua

"Ih mas apaaan sih..." ucap Delia malu-malu seraya memukul pantat Joshua hingga pria itu menatap wanitanya dengan mata melebar.

"Mohon dampingi aku, istriku...." bisik Mingyu tepat diteling Satia, yang otomatis membuat air mata wanita itu menetes tanpa disadari. Pelukannya pada Mingyu semakin merapat.

"I'll be there, Gyu... always by your side..." Mingyu tersenyum, ikut mempererat pelukannya bahkan mengecup puncak kepala Satia.


.

.


Seperti apa yang Satia bayangkan tentang kehidupannya kedepan. Menjadi seorang istri pejabat yang sibuk akan pertemuan organisasi-organisasi yang wajib ia ikuti bersama istri-istri pejabat lainnya.


Satia tidak suka. Sangat.


Tapi apa daya, nama Mingyu dipertaruhkan disini.


"Tia." Bisik Delia setengah mendegur saat Satia menguap –entah untuk yang keberapa kalinya- saat istri Kapolda itu menyampaikan orasinya.

"Ga ngerti gue ibu itu ngoceh apaan..." Delia hanya menggeleng pelan. Mengingat bagaimana nekatnya Satia memanjat pagar sekolah saat dipaksa mengikuti rapat ekstrakulikuler.

"Ya, ini masih lama?" tanya Satia tidak sabar.

"Sebentar lagi selesai, kok."

"Lebih spesifik?"

"Hm.... sekitar setengah jam lagi."

"Setengah jam itu waktu yang cukup bikin gue jatuh ke alam bawah sadar dengan baik dan benar..." Delia mencebik dan menatap Satia galak.

"Gue tau lu kangen sama Mingyu, abis ini lu bisa kelonan sama Mingyu berjam-jam. Sabar, dong..." Mohon ingatkan Satia untuk menahan diri supaya jari tengahnya tak mengacung begitu saja untuk sang ibu negara.

Pak Gubernur - Kim MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang