Satia Kim

4.3K 449 140
                                    

Dulu, waktu gue SMP

Gue udah dua kali pacaran

Yang satu kecelakaan, yang satu emang karena gue suka.

Tapi kenapa bagi gue....

Yang kali ini terasa asing?

Maksudnya, perasaan... disaat gue ada di deket si hantu singkong.... rasanya gue ga pernah ngerasain yang semacam ini sama mantan gue.

Entah apa...

Gue ga tau

Kenapa gue ga tau?

Ya karena gue ga tau. Banyak tanya amat sih?!

"Tia, woy!"

"A?" panggilan Mingyu bikin lamunan gue buyar.

"Lo tuh kenapaaa?? Pasti ga denger apa yang gue omongin tadi.."

"Hah? Emang lu ngomong?" Mingyu ga ngomong apa-apa lagi, Cuma senderan di sofa sambil belongin mata. Gue yang emang ga tau Cuma diem aja sambil nonton biri-biri di tv.

"Jadi tadi gue ngomong, hari Minggu kita dapet undangan dari Pangkostrad buat ngadirin nikahan anaknya, lu ga ada kegiatan kan?"

"Nggak ada sih..."

"Bagus deh..." kata Mingyu yang ga gue respon. Gue lihat undangan berwarna hijau botol di atas meja, undangan pernikahan yang barusan Mingyu omongin. Tangan gue meraih undangan yang bentukannya bagus itu. Di bagan depan terdapat tulisan nama kedua mempelai dan tulisan :


Untuk

Yth. Bpk Mingyu & Istri


Gue beralih untuk membuka undangan itu lebih jauh. Di dalemnya ga ada yang aneh, Cuma deretan ayat-ayat tentang pernikahan,nama lengkap kedua mempelai, dan tata acara. Di halaman berikutnya, gue nemuin foto pre-weeding kedua mempelai dimana pengantin pria mengenakan seragam hijau dan pengantin wanita mengenakan gaun bewarna serupa.

"Wah, pengantinnya masih Letda, Gyu..." kata gue waktu liat garis di pundaknya. Mungkin pengantinnya kisaran 22-23 tahun, masih muda.

"Iya, yang perempuan umurnya masih 20 tahun."

"Buset, 20 tahun?!" Gila, muda banget. Gue umur segini masih asik-asiknya nyari duit.

"Jodohnya cepet dateng..." gumam Mingyu.

"Ih, kenapa ga nunda pernikahan dulu... maksudnya, kenapa mereka ga nunggu satu atau dua tahun lagi? Kita nikah umur segini aja masih suka tubir apalagi yang masih labil gini..."

"Ya itu kan tergantung orangnya masing-masing. Kalo mereka emang cinta, pasti mereka saling ngerti dan ga banyak tubir kayak kita..."

Gue diem. Natap Mingyu yang berbicara tanpa natap gue.

Kalo mereka cinta dan ga kayak kita katanya....

"Euhm... Sat- eh... Tia..." gue yang baru aja nunduk langsung natap dia lagi.

"Iya?"

"Hm... kita... jalan yuk..."

"Hah? Tumben ngajak jalan?" ya heran aja, raja molor kayak Mingyu tiba-tiba ngajak gue jalan.

"Sumpek aja di apartemen terus..." kata dia sambil garuk tengkuk. Sekedar info aja nih, gue sama suami gue ini lebih memilih untuk tinggal di Apartemen daripada beli rumah atau tinggal di tempat yang sudah disediakan oleh negara dengan alasan Apartemen ini lokasinya dekat dengan kantor dan Istana tempat Joshua tinggal.

Pak Gubernur - Kim MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang