Bab 1

552 30 0
                                    


Pertemuan adalah Hadiah aggap saja yang paling Indah

Hari ini dikotaku hujan, bukan sesuatu hal yang mengherankan berhubung memang bulan ini sudah memasuki musim penghujan.

Aku mempererat genggaman tanganku pada jaket, rasanya jari-jariku mulai membiru karena kedinginan. Kuangkat pergelangan tangan kiriku 5.50 AM rasanya ini masih pagi sekali, tapi aku sudah berdiri di pinggir peron stasiun kereta menunggu hujannya reda, agar bisa cepat-cepat berjalan menuju sekolah.

Kakiku melangkah kesebuah toko roti yang letaknya di dalam stasiun. Kuhirup dalam-dalam aroma roti dan kopi yang menyeruak di hidung.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang barista kepadaku.

"Oh ya, bisakah aku pesan sepotong tuna cheese puff dan capucinno?" Ujarku

"Tentu, silahkan duduk"

Aku duduk di sebuah meja, mulai menyesuaikan suhu dengan toko roti yang hangat ini. Jari-jariku sudah normal kembali.

Seorang waitress membawa pesananku, lau mempersilahkanku untuk memakannya.

Capucinno itu begitu hangat, tubuhku ikut mengahangat. Aku menoleh kearah luar, hujannya sudah mereda.

'Langit apa kamu sudah lelah menangis?' aku tersenyum.

Setelah selesai dengan sarapan pagiku, aku kembali berjalan menuju kesekolah.. kutempelkan headsetku ditelinga, ku genggam cup capuccino itu dengan erat.

Masih mendung, aku ikut berduka atas semesta yang baru saja bercerita bagaimana keadaannya lewat hujan, rupanya dia tak baik karena tak secerah biasanya.

Dan sepertinya, sekarang aku menjadi agak tidak waras karena bukan hanya berbicara dengan diri sendiri tetapi juga dengan semesta yang bahkan tidak akan pernah menjawab dengan suara "Aku baik-baik saja Na, sungguh" Aku kembali tersenyum, betapa bodohnya aku ini.

tik..tik..

Rintik hujan kembali turun, aku sedang tidak berniat menghindari hujan. biarkan saja basah terguyur hujan, tepat seperti dugaanku hujannya kembali deras. Aku tetap berjalan menembus hujan, seragamku yang tadi tertutup jaket kini sudah basah.

Samar-samar terlihat bayangan dari belakangku, kepalaku tak lagi basah terkena hujan. Lho? Tapi masih hujan kok.

"Lain kali jangan hujan-hujanan, kamu tidak mau sakit kan?"

Deg.

Aku menolehkan kepalaku kesamping, seorang lelaki tersenyum manis sambil memegang hodienya hitamnya untuk menutupin kepalaku agar tidak terkena hujan.

"Ay,kamu itu pergi untuk sekolah kan? Bukan untuk cari penyakit, iyakan?" Ucapnya ringan.

Dia tetap berjalan disampingku dan aku masih terpaku. 'siapa dia?'

Akhirnya aku putuskan untuk menaiki angkutan umum saja daripada harus berjalan dengannya.

"Terima kasih" Ucapku

Dia hanya tersenyum lalu melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Yang aneh itu siapa? Aku yang hujan-hujanan atau dia yang menolong orang yang tidak butuh ditolong?

"ck, bisa-bisanya bertemu orang seperti itu ditengah hujan." Gumamku pelan.

Tak lama, aku meminta supir untuk menepi karena sudah sampai disekolahku.

Aku berjalan seperti biasa kedalam sekolah.

"Nala, kok kamu basah sih?" tanya Disa sambil menatapi nasibku

S E M E S T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang