saat chandra menempati janji

571 99 15
                                    


"Bentar, tadi lo bilang apa?" tanya Gladys kepada seorang manusia yang ada didepannya yang sedang cengengesan karena melihat wajah Gladys yang terkejut dan bertanya untuk mengulang ucapan yang dikeluarkan dari mulut pria tersebut.

Ya siapa lagi kalau bukan Chandra Alvaro Lazuardi. Pria yang kini sedang menemani Gladys makan siang dikawasan dekat kampus.

"Dengerin baik-baik ya Gladys Luciana Gibson. Besok gue jemput lo, gue punya dua tiket lala fest. Lo mau kan pergi sama cowok ganteng kek gue?" tanya Chandra lagi kali ini ia mengungkapkan kata demi kata dengan pelan-pelan selayak guru yang sedang menerangkan pelajaran kepada muridnya.

"Ngaco lo ah."

Gladys memasukan sesuap roti yang ada di es campurnya ke dalam mulutnya dan mengabaikan apa yang diucapkan oleh Chandra. Karena toh lalala fest, merupakan acara musik super keren yang diadaain di hutan dengan kelap-kelip lampu dan nuansa alam yang kental sekali.

Gladys sendiri berencana untuk menghadiri acara yang selalu digelar satu tahun sekali itu, apalagi di tahun ini beberapa pengisi acara tersebut adalah kesukaannya tapi sayangnya ia harus kehabisan tiket dan sekarang ia mendengar ajakan lalala fest dari Chandra, yang menurutnya Chandra hanya menggodanya dan Gladys tidak akan tertipu dengan buyolan yang kerap yang dikeluarkan oleh Chandra.

"Ihhhhh gue serius, Gi. Demi Tuhan."

"Chandra stop deh. Gue gak akan kemakan sama tipu-tipu muslihat lo lagi deh."

Gladys teringat buyolan yang dilontarkan oleh Chandra beberapa waktu yang lalu waktu Chandra mengatakan bahwa es campur langganan Gladys yang terletak dikawasan kampus sudah pindah warungnya, dan Gladys mempercayai apa yang dikatakan oleh Chandra namun pada esok harinya saat Chandra justru mampir ke rumahnya dengan membawa dua bungkus es campur dari warung langganan Gladys. Dan itu justru membuat Chandra dihujani pukulan bantal berkali-kali.

"Terserah lo deh, Gi. Pokoknya besok sore gue jemput lo di rumah."

"Awas ya kalo besok lo jadinya malah ke kafe yang ada live musicnya, bakalan gue santet lo di primbon."

Chandra justru memakan roti yang ada di mangkok es campur milik Gladys, roti terakhir. Gladys memelotinya dengan tatapan yang dapat Chandra artikan sebagai awas-kalo-sampe-besok-lo-boong-gue-bener-bener-habisin-lo-malam-itu-juga.

"Alvaro."

Setiap Gladys sudah benar-benar muak dengan apa yang dilakukan oleh Chandra, atau hanya sekedar candaan, Gladys selalu memanggilnya dengan nama tengahnya dengan helaan nafas yang sangat panjang. Entah sejak itu, Chandra mulai menyukai nama tengahnya dan mulai menginginkan nama Alvaronya terucap dari mulut Gladys.

"Iya ada apa Luciana?" tanya Chandra dengan tangannya yang menopang dagu dan tersenyum ketika disisi lain Gladys sudah ingin menghabisinya mati-matian.

Setiap Gladys memanggilnya dengan nama tengahnya, Chandra juga akan memanggilnya dengan nama tengah Gladys. Entah mengapa, nama tengah mereka bagaikan nama panggilan sayang yang menurutnya lebih sweet dari panggilan "sayang" "baby" "honey". Mungkin hanya menurut Chandra, bagi Gladys itu adalah maksud lain

"if you're lying to me, i will find you and i will slap you then i will kill you."

"Are you really want to go lalala fest with me, right? Night, cold, natural, lamp, music, you and me. Sempurna bukan?"

"so you have to promise to me to take me there. And its must be perfect."

"i'm promise with full of my heart. So if i keep my promise, what will you do to me?"

"Anything. I will go anywhere with you. I will do anything."

Chandra tersenyum.

"Okay. Deal. Tomorrow 2 pm, i will pick you."

our journal -Chandra and Gladys-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang