-Gladys-
Pukul satu pagi dan mata saya belum bisa diajak untuk terlelap. Saya masih menatapi lemari putih saya yang penuh dengan tempelan polaroid-polaroid dari waktu saya kecil hingga sedewasa sekarang, memilah-milah baju yang akan saya pakai besok di pesta pernikahan seniornya Chandra. Chandra, si makhluk sialan itu lagi-lagi bikin saya kaget, bagaimana tidak, selepas mengantarkan saya pulang tadi malam, dia baru bilang kepada saya untuk menemaninya ke kondangan seniornya.
"Gi, aku lupa mau ngabarin kamu kemarin-kemarin. Terus baru inget sekarang."
Saat itu saya tidak langsung mengiyakan ajakannya. Pikiran saya tiba-tiba mengarah ke kotak make up saya yang ketinggalan di kost teman saya. Saya kepikiran lemari saya dan mencoba mengingat-ingat apakah dilemari saya ada baju yang pantas untuk dipakai ke pesta pernikahan besok. Pikiran saya lalu beralih ke rak sepatu, apakah high heels hitam milik saya yang biasanya hanya saya gunakan setahun minimal 3 atau 4 kali itu apakah berdebu atau tidak. Lalu memikirkan bagaimana saya menata rambut saya untuk besok.
"Gi, please mau ya. Masak iya besok aku dateng sama Argin. Nanti kalo aku digombalin sama diminta idline sama cewek-cewek disana gimana coba?"
"Halah.. palingan kamu yang gombalin."
"Makanya mau ya. Jagain aku biar gak digenetin sama cewek-cewek disana."
Tau ga, apa yang paling saya benci dari Chandra, selain sisi kepedean dan kejahilannya yang menurut saya sudah melampaui batas dan sejujurnya saya juga sudah menyerah bagaimana menghadapinya jika sisi kepedeannya dan kejailannya kambuh. Saya paling benci, sewaktu Chandra melakukan hal seperti itu, bagaimana ya saya menjabarkannya, ketika Chandra sedang merajuk, merajuk kepada saya seperti bocah kecil yang menginginkan sebuah mainan. Jujur saya gak sampai hati kalau harus menolak apalagi dengan melihat Chandra sudah merajuk dengan saya.
"Iya deh iya." Saya mengiyakan ajakannya. Chandra kegirangan sampai dia tidak berhenti untuk tersenyum.
"Hehe.. Makasih ya. Udah sana kamu masuk, besok aku jemput jam 9 pagi loo."
"Yakin, kamu bisa bangun? Hari minggu, kamu biasanya bangun paginya kan habis dhuhur."
"Besok aku setelah sholat shubuh gak bakalan tidur lagi kok. Mau pemanasan biar gak pingsan waktu ngeliat kamu dandan cantik."
Kalau kalian bilang kalau saya sudah terbiasa dengan gombalan ala Chandra dan gak bikin saya deg-degkan atau gimana, kalian salah. Saya masih belum bisa mengatur detak jantung saya sendiri setiap Chandra memuji saya secara berlebihan.
Dan sepertinya mengingat pertemuan tadi sebelum saya dan Chandra berpisah di mobil, membuat saya menemukan pakaian yang cocok untuk saya kenakan besok. Semoga Chandra suka dan saya bisa tidur dengan nyenyak.
Tapi mau gimana tidur dengan nyenyak, kalau baru saja saya mendapatkan dua pesan dari si menyebalkan itu.
"Gi, jangan dandan cantik-cantik ya."
"Aku belum siap kalo ntar kamu diliatin sama cowok-cowok yang kegatelan."
---------
Chandra
Bisa dikatakan kalo ini adalah pertama kalinya gue ke kondangan bareng Gladys. Excited sih, siapa sih yang gak excited ke kondangan sama cewek yang disuka dengan alih-alih berdoa dan berharap bahwa suatu hari gue bakalan duduk dipelaminan bersama cewek yang sekarang ini nemenin gue ke kondangan kakak senior gue.
Terus... Gak tau deh, emang harus gitu ya cewek kalo datang ke pelaminan harus cantik banget kek gini. Padahal kemarin gue udah bilang ke Gladys buat gak dandan cantik-cantik, tapi kenapa jadinya dia jadi se-cantik ini. Gue gak berlebihan ya memuji dia, tapi Gladys dengan meninggalkan kesan jutek dan tomboy, dan ini bukan pertama kalinya gue ngeliat dia berpakaian se-anggun ini tapi tetep aja bikin gue terpana. Make up naturalnya yang gak keliatan kayak dikasih make up, rambutnya yang di gerai yang rasanya pengen gue berantakin biar dandannya berantakan dan berakhir gak ada cowok yang menatap dia, terus dress batik selutut berwarna coklat. Gladys yang meninggalkan sepatu converse buluknya yang selalu menjadi kebanggaan serta fashion andalannya dan kini kakinya dihiasi dengan high heels setinggi 6-8 cm yang membuat tinggi badannya setara sama dagu gue dan gue bertaruh itu high heels juga dipakai olehnya palingan dipakai 2-4 kali lah dalam setahun, dan tas kecil yang muat buat dompet dan hp yang berwarna coklat muda senada dengan dressnya, dan tentu saja senyuman gugupnya karena gue melihatnya secara detail dari atas sampai ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
our journal -Chandra and Gladys-
Fanfictionketika aku bilang ke temanku kalau aku mau serius pacaran sama kamu, mereka ketawa ngeremehin aku nganggap kalau hubungan aku sama kamu bakalan bubar kayak hubunganku sama mantanku yang lain. tapi kali ini aku yakin, aku maunya serius sama kamu dan...