saat gladys berkunjung ke rumah chandra

787 103 10
                                    


"Bundaaaaa, abang bawa cewek nih." Teriak Sofia, adek dari Chandra Alvaro Lazuardi, ketika ia menemukan abangnya sedang bersama teman ceweknya duduk di ruang tamu keluarga Lazuardi yang khas berwarna biru langit.

"Weeeeekkk, bunda udah tau kalik gue bawa cewek ke rumah." Ejek Chandra dengan menjulurkan lidahnya ke arah adiknya yang kini sudah duduk di ruang tamu, berhadapan dengan abangnya dan teman ceweknya yang kini sedang tersenyum ramah.

"Jadi ini cewek yang ketemu di perpustakaan yang nyebelin dan rese tapi cantik itu ya?"

Cewek yang disebelah Chandra memutar bola matanya ke arah Chandra, dengan tatapan yang ingin membunuh, bukan membunuh lagi tapi tatapan ingin menenggelamkan Chandra hingga ke kerak bumi atau paling tidak melemparnya hingga ke samudra hindia. Sedangkan Chandra hanya garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu dengan matanya yang tidak berani menerima tatapan mata dari cewek yang ada disampingnya.

Sofia justru tertawa terpingkal-pingkal melihat polah ke dua umat manusia yang ada di depannya saat ini.

"Oh jadi ini kakak yang namanya Kak Gladys ya?"

Chandra sangat bersyukur dan sangat berterima kasih kepadanya adeknya, karena sudah menyelamatkan dirinya dari cengkeraman tatapan jahat dari Gladys. Karena toh saat ini, Gladys sedang tersenyum ramah ke arah adiknya dan melupakan semua ucapan adiknya mengenai pertemuan pertama antara Gladys dengan Chanrda.

"Hehe iya aku Gladys, kamu pasti Sofia ya, abang kamu cerita banyak lho tentang kamu."

Entah mengapa Chandra hanya terdiam dan menatap lekat cewek yang ada disebelahnya yang kini sedang tersenyum ke arah adiknya dan yeah her voice, suara lembut yang keluar dari mulut Gladys ketika ia menjawab pertanyaan dari adeknya mampu membuat hidupnya nyaris gila dan nyaris membuat jantungnya keluar dari organ tubuhnya.

Chandra bersyukur, ia tidak begitu sering mendengar Gladys bersuara lembut seperti itu setiap harinya. Bisa-bisa ia meninggal dengan riwayat penyakit yang tidak banget, meninggal hanya karena mendengar suara lembut nan manis dari cewek yang disayanginya.

"Ah pasti ngomongin yang jelek-jelek tentang aku ya kak?"

"Iya, gue ngomong kalo lo gak pernah mandi sore. Jijik banget."

"Kak Gladys, si abang tuh suka ngupil terus upilnya dibikin mainan, dibulet-bulet gitu"

Gladys tertawa melihat polah dua bersaudara Lazuardi yang saat ini sedang menyebarkan aib masing-masing tanpa ada yang mau mengalah.

"Lo apaan kelas 5 sd masih suka ngompol."

"Lebih parah abang kalik, kalau mau ngentut, tangannya ditaruh dipantat lalu pas udah bunyi kentut, nyium tangan yang sudah terkontimasi bau kentut."

Gladys masih saja tertawa, ia tidak tau melihat Sofia dan Chandra saat ini menjadi hiburan yang menarik bagi dirinya. Berbeda dengan Chandra yang nyolot, enggan mengalah dari adeknya sendiri dari permainan adu aib ini yang entah tidak tau apa faedahnya permainan ini.

"Gi, adek gue ini ya saking demennya dan udah dicecokin film harry potter dari kecil sama bokap, waktu dia sd, dia ditanyain tuh sama gurunya mau jadi apa pas gede nanti, wajar dong anak lain pada mau jadi dokter, guru dll tapi adek gue bilang kalau dia mau jadi penyihir dan mau kerja di kementerian sihir sampai ngaku-ngaku ke temennya kalau dia ini penyihir. Hahaha ngimpinya tuh tingga amat."

"Ah kata bunda ya, lo waktu kecil cita-citanya jadi internasional playboy."

Chandra buru-buru menutup kedua telinga Gladys agar tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Sofia, namun sayangnya Gladys sudah mendengarkan itu semua.

our journal -Chandra and Gladys-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang