saat chandra dan gladys ke gallery

382 56 22
                                    

Dulu gue pernah ga sengaja membaca sebuah kalimat entah berseliweran di halaman timeline twitter gue atau di pinterest bisa jadi mungkin di tumblr. Waktu dulu gue baca kalimat itu, langsung gue ketawain lah, alay banget sumpah, dan kayanya sekarang gue bener-bener ga masalah dikatain alay sama seluruh penduduk dunia, karena gue juga mengalaminya.

"In a room full of art, i'd still stare at you."

Iya itu kalimat yang dulu pernah gue katain alay, tapi justru gue ngalamin, bener-bener ngalamin sesuai dengan fakta bahwa kalimat kutipan di atas sangatlah benar. Di ruangan serba putih ini hanya ada gue, Gladys, dan segerombolan mbak-mbak yang lagi ributin spot buat foto, eh dan tidak lupa bentuk-bentuk persegi panjang dan persegi tertempel dengan rapi di dinding-dinding putih itu, bentuk-bentuk yang ada disana tertuang sebuah gambar yang acak, tidak terukur, mencengangkan, dan tidak gue pahami namun gue yakin itu tersirat, kaya akan makna yang dalam.

Gladys sering gue culik ke acara konser atau sekedar kafe yang punya performing music yang enak. Kalau Gladys suka nyulik gue ke acara pameran, atau acara seminar yang menghadirkan seniman kesukaan dia. Gladys suka banget sama yang namanya pameran, seni, lukisan, performing art, ya hal-hal kayak gitu. Gue suka musik dan bisa main musik, dan Gladys suka pameran seni dan bisa gambar. Apa gak keren coba perpanduan dari kita berdua? Bayangin punya anak sama Gladys yang jago musik sama gambar bikin gue merinding. Eh kenapa gue bayanginnya kejauhan gini ya?

Kebiasaan Gladys ke pameran itu dia bakalan bawa kamera filmnya dia sendiri, dan buku panduan pameran yang menjelaskan karya apa aja yang ada disana, kalau disediaan sama pihak penyelenggaranya. Untuk satu karya seni dia membutuhkan waktu 15-20 menitan untuk menatap, membaca dan memahami makna karya tersebut yang biasanya udah ditempel kertas di sudut bawah atau di samping karya tersebut bersamaan dengan judul dari seni dan siapa pembuatnya. Kalau dia masih gak paham, dia bakalan nanya sama panitia yang ada disana buat dijelasin lagi.

Terus setelah itu dia bakalan nanya ke gue "Kamu tau gak ini maksudnya apa?" dan gue jawab dengan kesoktauan gue lalu setelah itu dia bakalan jelasin maksud karya tersebut ke gue, hehe my favourite gallery tour guide. Lalu selepas itu, dia bakalan mengabdikan karya tersebut, melalui kamera filmnya atau mungkin kamera hpnya untuk kenang-kenangan katanya.

Saking cintanya sama pameran, kalau pamerannya hanya diselenggarakan sebulan doang, dia bakalan datang ke pemaren lebih dari sekali, biasanya di minggu pertama opening gallery, dia bakalan mengaspresiasi karya yang ada di pamerannya dulu, dan dikemudian harinya dia bakalan balik lagi kesini entah buat ketemu sama seniman atau ikutan tour guide yang disedian sama penyelenggaraan.

Selama gue nemenin Gladys ke pameran, gue menggolongkan Gladys beda sama tipe pengunjung lain, kalau pengunjung lain biasanya setelah mengaspresiasi seni bakalan ribut nyari spot foto terbaik buat difoto sama karya yang terpasang disana, tapi kalau Gladys dia cukup mengabdikan karyanya doang tanpa keterlibatan dia didalamnya. Waktu pertama kali gue nemenin dia ke pameran pernah gue tawarin buat ngefoto dia sama sebuah karya, tapi dia gak mau katanya "aku sungkan sama karyanya.", gue cuma melongo mendengar jawaban dia kala itu dan balik gue tanya lagi "kenapa sungkan?" ya aneh aja masa sungkan sama karya seni gitu, padahal benda mati gitu terus Gladys bilang "Karyanya terlalu sempurna, dan aku gak terlalu bagus buat disandingin sebelahan sama karyanya."

Padahal menurut gue Gladys juga karya seni paling-paling indah di kehidupan gue.

"Kok bisa ya, dua pemikir yang berbeda, dua ego yang berbeda, dua seniman yang punya latar belakang yang berbeda, yang satunya pelukis dan yang satunya sastrawan bisa senyambung ini dan bikin karya yang sekeren ini. I mean that line, shape, color bisa nyatu sama kata-kata dan hidup berdampingan dan serasi bersama di atas bidang kertas ataupun kanvas." ujar Gladys yang ada di sebelah gue, matanya masih menatap lukisan yang ada di depannya dengan tatapan kagumnya, tatapan kagum Gladys ke arah seni, adalah tatapan yang sama dengan tatapan gue ketika melihat Glayds, because Gladys is art.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

our journal -Chandra and Gladys-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang