+5

588 95 3
                                    

Sehun mengerjapkan kedua matanya, melirik ke arah jam dinding yang menggantung di kamarnya dan langsung terkejut. Ini sudah jam sembilan empat puluh lima menit sedangkan dia ada jam kuliah pada jam sepuluh nanti.

Apalagi jam kuliahnya hari ini adalah jam dosen killer seperti Yang Dojin, yang hampir disetiap jam kuliahnya selalu emosi. Bisa tamat riwayat Sehun.

"Aduh mati deh apa gue bolos aja ya?" Sehun berpikiran untuk membolos, tapi sayang sekali hari ini adalah hari si pak tua--begitulah Sehun memanggil dosen Yang--mengumumkan siapa yang mendapat nilai tiga tertinggi untuk ujian minggu kemarin.

Walaupun ia mempunyai banyak teman dikelasnya, tapi semuanya enggan memberitahu soal itu seandainya ia tak masuk. Dosen Yang sendiri yang menyuruh anak-anak ajarannya tak memberitahu apapun kepada sesama teman mengenai mata kuliahnya dan hanya boleh bertanya kepadanya langsung.

Jika Sehun bertanya langsung kepada pak tua itu, pasti ia bertanya yang macam-macam kenapa sebelumnya Sehun tak menghadiri kelasnya dan pastinya merembet ke persoalan yang lain. Sehun paling malas begitu.

"Ah bodo ah telat telat deh" Sehun langsung loncat dari kasurnya dan berlari menuju kamar mandi, sikat gigi dan mencuci muka seperlunya lalu asal memilih baju dan berangkat ke kampus.

Empat puluh menit kemudian Sehun pun sampai di kampusnya. Seperti yang ia duga, kelasnya sudah mulai. Si pak tua itu terlihat sedang menulis di papan tulis, membelakangi teman-temannya. Sepintas ide nakal pun muncul dibenaknya.

Sehun membuka pelan-pelan pintu belakang ruang kelasnya, lalu masuk mengendap-endap tak bersuara dan sampai di kursinya dengan selamat. Untungnya si pak tua itu tak menoleh sama sekali.

"Lo darimana aja? Kok telat? Udah tau jam si pak tua, pake acara telat segala" bisik teman sebelahnya, Lee Gikwang sambil sesekali melirik ke arah dosen killer didepan kelas.

Sehun mengusap wajahnya dan menghela napas lega. "Kesiangan gue, dia baru masuk apa daritadi?"

"Daritadi lah, lo tau sendiri dia kan orangnya tepat waktu banget,"

"Sekarang coba kalian lihat contoh yang terdapat di halaman lima puluh tiga. Oh Sehun, baca dan jelaskan maksudnya." dosen Yang berbalik membuat mereka sama-sama diam, lalu berjalan membelah kelas dan menghampiri kursi Sehun.

Sehun yang baru datang pun bingung, ia langsung mengambil modul yang ada di dalam tasnya, tapi ternyata itu modul yang salah. Lalu ia beralih ke kolong mejanya dan untungnya modul itu ada.

Dengan cepat ia membolak balik halaman modul, mencari halaman lima puluh tiga yang disebutkan oleh pak tua itu. Setelah akhirnya menemukan apa yang dimaksud dosennya itu, ia pun mulai membaca.

Tapi baru satu kata, ia terhenti. Sehun sama sekali belum paham apa maksud dari contoh itu. Mereka belum pernah mempelajari itu di kelas sebelumnya.

"Kenapa lama sekali, Oh Sehun? Ada yang salah?"

Sehun terperanjat mendengar suara pak tua itu yang sangat dekat dengannya, ia menoleh ke samping kanan dan ternyata pak tua itu sudah ada disampingnya.

"Makanya, kalo kuliah tuh yang niat. Kan udah saya bilang jangan berani-beraninya telat di jam kuliah saya. Udah telat, gak minta maaf, nyelonong masuk kelas begitu aja pula. Berdiri kamu Oh Sehun!!!"

Dosen Yang memukul meja Sehun dengan penggaris besar yang ia bawa, mau tak mau Sehun pun berdiri dan menjadi perhatian satu kelasnya.

"Kamu niat belajar apa engga?" tanya dosen Yang.

"Niat, ssaem. Kalo gak niat ngapain juga saya masuk kelas ngendap-ngendap? Mendingan saya bolos,"

"Oh, begitu ya?"

Bittersweet - OshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang