"Sebentar ya."
Hwang Yoeun membuka lokernya, berniat mengambil buku untuk dikembalikan ke perpustakaan.
"Sudah," ucapnya yang kemudian menutup loker dan berbalik. "Ayo."
"Eh tunggu," kata Han Sohee. Ia berjongkok dan mengambil sebuah foto polaroid yang terjatuh. "Milikmu."
Yoeun mengerutkan alisnya. Sejak kapan ia punya kamera polaroid?
"Kau tahukan, papa tidak akan membelikanku kamera polaroid kalau aku tidak masuk perguruan tinggi," ucap Yoeun. "Kalau aku memang punya, untuk apa aku memotret diriku yang sedang tertidur?"
"Kapan kau tertidur di kelas?" tanya Sohee yang mulai berjalan, diikuti oleh Yoeun.
Yoeun bergumam sebentar. "Dua hari yang lalu? Itu ketika kau mengikuti rapat organisasi dan aku menunggumu di kelas," balasnya.
"Mengerikan sekali."
"Kenapa?"
"Kau ini pasti punya penggemar rahasia!" kata Sohee dengan semangat. "Tapi apa dia tidak berlebihan ya?" Sohee bertanya. Suaranya lebih kecil dari sebelumnya karena mereka sudah berada di perpustakaan.
Yoeun mengangkat bahunya. "Siapa yang peduli?"
Sohee berdiri diantara rak buku. Ia berputar menghadap Yoeun dan berkata, "Kau harus hati-hati ya. Siapa tahu orang itu mau berbuat jahat."
###
Yoeun membuka lokernya. Ia memasukan sebuah map merah bergliter.
"Ada lagi?" tanyanya pada diri sendiri. Kali ini ada foto dirinya yang sedang membaca buku di perpustakaan. Dan sekarang si penggemar menyelipkan sebuah kertas.
"Begitu aku melihatmu, aku langsung jatuh cinta padamu."
Yoeun merinding. Penggemar itu sangat mengerikan, pikirnya.
"Ayo pulang," ajak Sohee tiba-tiba. "Kenapa? Dapat foto lagi?"
Yoeun mengangguk lalu memberika foto itu ke Sohee. "Dan dia memberikan ini." Hani memberikan secarik kertas yang ia pegang dan Sohee membacanya.
"Fotonya bagus. Harus kau simpan."
"Apa?"
"Eum...." gumam Sohee. "Lihat deh, foto ini seperti diambil oleh seorang yang profesional. Orang ini seakan-akan berada di depanmu karena foto ini terlihat begitu sempurna."
Yoeun mengangguk mengerti. "Ya sudah. Ayo kita..."
"Yoeun!"
Yoeun dan Sohee pun menoleh ke sumber suara. Dilihatnya seorang laki-laki berdarah Tiongkok berlari dari tengah lorong.
"Kenapa?" tanya Yoeun dengan senyuman manisnya. Bagaimana tidak ingin tersenyum? Seseorang yang ia cintai ada di depannya.
"Mau pulang?" tanya Lai Guanlin. Yoeun mengangguk, masih dengan senyumnya. "Pulang bersamaku yuk!"
"Eh tidak-tidak!" sahut Sohee. "Yoeun akan pulang bersamaku. Iya kan?"
Yoeun ragu. Ia ingin mengangguk dan juga menggeleng. Dan pada akhirnya, ia memilih untuk mengangguk. Ia tidak akan meninggalkan sahabatnya sendiri. "Maaf ya, Guanlin. Lain kali saja," kata Yoeun. "Kalau begitu, kami duluan ya!"
Yoeun dan Sohee melambaikan tangannya kearah Guanlin. Mereka berdua berjalan halte sekolah dan menunggu bus yang akan lewat di pukul 4 lewat 37 menit ini.
"Apa menurutmu yang mengirim foto itu adalah anggota klub fotografi?" tanya Sohee.
Yoeun memandangi jalanan yang dilewati beberapa kendaraan. Ia terlihat seperti berpikir namun juga terlihat seperti tidak ingin menjawab. "Ini hanya asumsiku. Mereka yang ikut klub fotografi juga tampan kok. Kau harus melupakan Guanlin dan memulai lembaran baru," ucap Sohee yang dibalas dengan anggukan.
"Guanlin itu sudah mempunyai kekasih. Kau tahu itu kan?"
Yoeun mengangguk lagi. Ya, dia memang salah karena menyukai seseorang yang memiliki kekasih.
###
"Siapa orang itu?" "Apa orang itu kurang kerjaan sehingga ia memotretku?"
Pertanyaan itu selalu terpikirkan oleh Yoeun ketika melihat dua lembar foto yang hari ini ia temukan.
"Bagaimana bisa orang itu memotretku secara diam-diam?" Yoeun bertanya pada dirinya. Jarinya mengetuk-ngetuk meja belajarnya.
Tidak ada gunanya memikirkan itu semua, pikir Yoeun. Toh dia tidak akan tahu jika orang yang sebenarnya muncul. Semuanya hanya akan menjadi sebuah asumsi.
###
hai! aku kembali dengan cerita pendekku! yang sekarang karakternya park jihoon, si manis dari perut ibu :)
semoga suka❤️~
KAMU SEDANG MEMBACA
polaroid || park jihoon
Short StorySelalu ada polaroid dari seseorang untuk Hwang Yoeun. #wattys2018 [baku]