short epilog

574 109 10
                                    

Segerombol anak laki-laki sedang bermain basket di tengah lapangan. Ada Jihoon dan Guanlin di sana. Yoeun dan Sohee menonton permainan mereka dari bangku tribun. Ketika sudah selesai, Jihoon menghampiri Yoeun yang menggenggam sebuah botol minum. Kali ini keduanya sudah resmi.

"Nih," Yoeun memberi botol minuman—yang ia pegang—pada Jihoon. Dengan senang hati Jihoon nerimanya.

"Dont you dare," kata Yoeun.

Jihoon menghentikan aktivitasnya sembari menatap Yoeun bingung. Posisinya adalah tangan kanan Jihoon berada di kepalanya. "What?"

"Dont you dare to run your fingers through your hair."

"Like this?" Jihoon mengusak rambut hitamnya dan dapat ia ketahui bahwa semburat merah muncul di pipi Yoeun. Jihoon tau itu adalah kelemahan Yoeun dan itu pasti selalu membuat pipi Yoeun merona. "Apa aku setampan itu?" tanya Jihoon lalu duduk di sebelah Yoeun.

Dengan malu Yoeun mengangguk. "Mau pergi..."

"Cheese!"

Dan keluarlah sebuah foto dari kamera polaroid itu, sebuah potret Park Jihoon yang sedang menggenggam botol minuman.

Jihoon mengambil foto itu dan berkata, "Untukku saja." Ia merampas foto yang Yoeun pegang.

"Apa-apaan sih?"

"Kau kan sudah banyak foto polaroid. Asal kau tahu, aku menghabiskan 20 buah untuk memotretmu!"

"Siapa suruh memotretku terus?"

Jihoon tidak menjawab melainkan mengembalikan foto dirinya ke Yoeun. Dengan semangat Yoeun menerimanya.

"Ayo pergi! Akan ku traktir es krim!" Yoeun menarik tangan Jihoon meninggalkan lapangan.

Selalu ada kebahagiaan setiap harinya. Walaupun ketika badai datang, pelangi akan siap menampakkan dirinya. Kedua insan ini sangat bahagia. Dan mereka berharap, bahwa kalian juga merasa bahagia bersama orang yang disayang.

polaroid || park jihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang