bagian 9

666 122 8
                                    

Pagi ini, tidak ada klakson mobil milik Jihoon. Tidak apa-apa. Tidak masalah untuk Yoeun. Toh ia masih sedikit terkejut. Kenapa Jihoon harus berlakon seakan-akan ia tidak mengetahui siapa si penggemar rahasia itu?

Yoeun berjalan memasuki area sekolah. Di saat yang bersamaan, ia juga melihat Jihoon yang baru saja keluar dari mobilnya.

"Ji—" Yoeun mengurungkan niatnya untuk menyapa Jihoon. Ia sadar Jihoon melihat dirinya. Tapi Jihoon sendiri melesat begitu saja tanpa ada ekspresi selain datar.

Jihoon tidak salah. Yoeun hanya tidak menyangka.

"Sohee!!!!!" teriak Yoeun ketika ia sudah memasuki ruangan kelas. "Aku sudah tahu siapa pangeranku!!"

"Pangeran??"

"Ma-maksudku penggemar rahasia," jelas Yoeun sambil tekekeh.

"Jadi sudah menganggapnya seorang pangeran?" goda Sohee.

Yoeun terlihat salah tingkah yang membuat perkataannya terbata-bata. "Ti-tidak. E-eh maksudku ti-tidak juga," katanya. "Kau pasti tidak akan menyangka siapa orang itu."

Sohee menunjukan wajah seriusnya. "Memangnya siapa?"

"Jihoon."

"Hah? Jangan asal bicara, Yoeun."

"Aku tidak asal bicara! Aku melihat foto-foto polaroid di ponselnya! Dan dia mengaku bahwa.... dia menyukaiku."

Sohee hanya mengangguk mengerti. Tapi itu bukanlah jawaban yang diinginkan Yoeun. "Tidak terkejut kalau dia menyukaiku?" tanya Yoeun.

Sohee menggeleng kemudian ia berkata, "Tidak. Tidak sama sekali," katanya. "Sudah terlihat dengan jelas kalau dia menyukaimu. Kau saja yang tidak menyadarinya."

***

Park Jihoon baru saja menaruh tasnya dan sekarang ia sedang berada di jalan menuju toilet. Kejadian waktu itu membuat Jihoon sulit untuk terlelap. Di perjalanan, ia berpapasan dengan Guanlin.

"Guanlin!" Yang dipanggil menoleh ke sumber suara. Jihoon lari mendekati Guanlin.

"Kenapa?"

"A-aku butuh bantuanmu. Mau bantu aku?" tanya Jihoon dengan sedikit terbata. Di posisi saat ini adalah Hwang Yoeun 'mungkin' masih memiliki perasaan pada Guanlin. Oh, Jihoon hampir lupa. Guanlinkan tidak mengetahui perasaan Yoeun.

Guanlin menautkan alisnya, kemudian ia sedikit tertawa. "Tentu saja aku akan membantumu," katanya. "Memangnya apa yang kau butuhkan, sepupu?"

***

Setelah meminta bantuan pada Guanlin, Jihoon memutuskan untuk memberi tahu Guanlin tentang semuanya. Keduanya sedang duduk di kursi kantin dengan dua kaleng minuman soda.

"Jadi, semua foto-foto itu darimu?" tanya Guanlin yang dibalas dengan amggukan. "Termasuk foto yang terselip di handukku?"

Jihoon menampakan giginya, lalu menggaruk tengkuknya. "Yaa, semuanya dariku," balas Jihoon. "Sekarang Yoeun sudah mengetahui perasaanku. Bagaimana menurutmu? Apa dia menyukaiku juga? Atau mungkin dia akan menjauh?"

Guanlin menaikan bahunya. "Aku sudah jarang bermain bersama Sohee ataupun Yoeun karena jadwal basketku yang padat," jelas Guanlin. "Aku tidak tahu bagaimana perasaan Yoeun tapi opsimu yang kedua bukan Yoeun sekali."

Jihoon mengangguk. "Kau... bisa bantu aku agar dekat dengan Yoeun? Maksudku lebih de—"

"Heyyyy!!!!" Sohee menghampiri meja Jihoon dan Guanlin dengan mengejutkan mereka berdua. "Wah kalian saling mengenal toh?"

"Bodoh," kata Guanlin. "Kenapa harus berteriak sih?"

"Aku ingin mengejutkan kalian," jawab Sohee.

Jihoon yang mendengar itu terkekeh. "Kau berhasil mengejutkan kami," ucapnya.

Sohee hanya tersenyum. "Kalian belum menjawab pertanyaanku. Kalian saling kenal?"

"Tentu saja," kata Guanlin. "Kami ini sepupu. Benarkan?" tanya Guanlin pada Jihoon yang hanya membalas dengan anggukan.

"Whoa!! Aku tidak menyangkanya!" ujar Sohee. "Kenapa tidak pernah bermain bersama Guanlin? Maksudku tidak berbaur dengan kelompok Guanlin."

"Ceritanya panjang," jawab Jihoon. "Ngomong-ngomong, di mana Yoeun?"

"Dia masih ada urusan dengan Guru Park," jawab Sohee. "Hey, aku sudah dengar semuanya dari Yoeun!" ucap Sohee sedikit berbisik. "Semangat ya! Aku akan mendukungmu!" lanjut Sohee.

"Yoeun datang," kata Guanlin dengan pelan. "Baiklah Jihoon. Sekarang adalah waktunya untuk membantumu," lanjut Guanlin sembari menatap Jihoon lalu Sohee. Karena mengerti, Sohee mengangguk dan berdiri. Diikuti oleh Guanlin.

"He— loh kalian mau ke mana?" tanya Yoeun begitu ia sampai di meja mereka.

"Hey Yoeun," sapa Guanlin. "Aku harus berkumpul dengan tim basket. Aku pergi ya. Dah!"

"Kalau kau?"

"Tidak ingat ya? Aku kan akan makan siang dengan Jinyoung," balas Sohee.

Raut wajah Yoeun terlihat sedih. "Ah benar. Kalau begitu, cepat pergi. Jangan buat Jinyoung menunggu!"

Setelah itu Sohee pergi dan meninggalkan Yoeun bersama Jihoon. Keduanya merasa canggung untuk duduk berdua seperti ini.

"Aku belum bisa menjadi pacarmu."

polaroid || park jihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang