Malam Natal dan Ciuman Pertama

10.9K 684 14
                                    

Aku tersenyum puas melihat penampilanku saat di kaca. Kemarin, aku menelusuri Grand Indonesia sendirian untuk mencari baju bernuansa merah dan hijau untuk natal kali ini. Aku juga membelikan baju secara khusus untuk Pak Chris dan akan menggunakan segala cara untuk memaksanya memakai baju tersebut.

Charon: Pak, kalo bisa datang lebih awal ya. Saya punya sesuatu untuk bapak.

Besok natal akan tiba dan kami sudah berencana untuk pergi ke gereja di sore hari sebelum mendekorasi dan melakukan count down natal bersama. Bi Yu bilang, papa sedang pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis hingga aku berani mengajak Pak Chris untuk masuk ke dalam.

Pak Chris: Oke, saya on the way.

Aku keluar dari kamar dan memutuskan untuk menunggu Pak Chris di ruang tamu. Setelah kurang lebih 30 menit, aku mendengar mesin mobilnya dan segera keluar untuk menyambutnya.

"I'm ready for Christmas!", teriakku antusias begitu Pak Chris turun dari mobilnya. Sedetik, hanya detik saja, aku menemukan sarat kekaguman di matanya saat melihatku. Entah, mungkin hanya imajinasiku saja. Aku menarik tangannya untuk segera masuk. Ah, ini hanya pengalihan kegugupanku saja sejak pelukan kami di pertemuan terakhir. Aku berusaha bersikap biasa saja, begitu pula dengan Pak Chris. Namun tidak bisa dipungkiri ada yang berubah dalam hubungan kami. Pak Chris menjadi lebih hangat dan terbuka, bahkan kerap mengirimiku pesan hanya untuk mengingatkan makan dan tidur. Aku juga semakin nyaman dan tergantung padanya. Dia seperti sosok ayah, kakak, dosen, dan sahabat sekaligus bagiku.

"Apa papamu ada di dalam?" tanyanya saat kami sudah berada di ruang tamu. Aku menggeleng dan menuntunnya ke atas menuju kamarku. Begitu aku masuk ke dalam kamar, ia terpaku di depan pintu.

"Pak, kenapa? Ayo masuk!" ajakku.

"Charon, kamu yakin?"

Aku memberinya tatapan bertanya. Yakin akan apa?

"Aku pria dan kamu perempuan."

"Saya belum lupa pak," kataku sedikit kesal. Dia mendesah pelan dan mengusap wajahnya.

"Kamu ga takut saya apa-apain di dalam?"

Seolah tersadar, aku merona malu. Aku tidak memiliki pandangan buruk tentangnya sama sekali. Tidak mungkin dia melakukan tindakan yang melanggar asusila (meskipun dalam hati mungkin aku menginginkannya, mungkin). Mendengar pertanyaannya membuatku meringis menyadari bahwa pria dan wanita di dalam satu kamar bukan ide yang normal.

"Nggak. Bapak ga akan nafsu juga sama saya," jawabku asal pada akhirnya. Dia menghembuskan nafas kasar.

"Fine!" desahnya seraya masuk ke kamarku. Aku mulai gugup saat menyadari tatapan tajamnya menyapu ke seluruh penjuru kamarku. Ada perasaan senang dan intens saat menyadari dialah pria pertama yang aku bawa masuk ke dalam kamar. Kamar merupakan daerah yang sangat pribadi, bukan?

"Kamarmu sangat rapi," komentarnya saat selesai melihat keseluruhan kamarku. Aku membasahi bibir bawahku karena kegugupanku, namun dia malah melihatku dengan tatapan yang aku rasa menggelap. Dia menghampiriku dan membawa pipiku ke dalam tangan besarnya nan hangat. Dengan jemarinya dia mengusap bibirku yang tadi aku basahi. Aku ingin memutuskan kontak mata dengannya, namun sesuatu menahanku. Wajahnya semakin mendekat ke arahku.

Dekat sekali. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya di seluruh wajahku.

"Jadi, kenapa kamu membawa saya ke kamarmu?" tanyanya. Aku begitu gugup dan ingin menjawab, namun takut gerakan dari bibirku membuat bibir kami bersentuhan. Demi kebaikan jantungku, aku mendorong dadanya untuk menjauh dariku dan segera berdeham.

Love You Dangerously (completed☑)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang