Marry Me?

18.2K 863 35
                                    

"Charon?"

Suara yang dirindukan Charon selama setahun lebih ini merasuki indera pendengarannya dengan teramat sangat baik, bahkan meresap ke dalam otaknya yang tiba-tiba berjalan secara lambat. Dia tau suara ini, dia mengenal suara ini dengan baik. Suara yang tiap malam diputarnya di otaknya agar tidak pernah terlupa, suara yang membuatnya menangis karena sesak menahan rindu. Namun, alih-alih bereaksi, Charon hanya bisa terdiam mematung seraya mengamati Chris yang menatapnya dari bawah hingga atas.

Jika boleh berharap, Charon seolah melihat tatapan kerinduan pekat dari kedua manik mata Chris, namun kerinduan itu sirna berganti tatapan penuh kesakitan dan kekecewaan.

Berpikir, Charon, pintanya pada otaknya. Namun otaknya semakin lumpuh saat melihat senyuman miris milik Chris. Pria itu kemudian menurunkan kembali pandangannya pada pinggang Charon, membuat Charon mengikuti arah pandang Chris dan menyadari fokus pria itu. Sepasang tangan milik Vanno masih terlingkar di pinggangnya, dan dengan bodohnya pria itu ikut mengamati Chris.

Mungkinkah Chris cemburu?

"Sorry, saya pikir..." Charon terdiam menunggu kelanjutan kalimat Chris yang terpotong. Pria itu mengusap wajahnya kasar dan helaan nafasnya bahkan bisa terdengar dari tempat Charon berdiri.

"Lupakan saja," katanya lagi seraya memberi senyum terpaksa pada Charon, untuk kemudian membalikkan badannya dan menjauh dari pintu rumahnya. Otak Charon menyuruhnya untuk mengejar pria itu, namun kakinya tidak bisa digerakkan. Mungkin efek lumpuhnya otaknya karena melihat sosok yang begitu dirindukannya hingga sakit.

Saat melihat sosok Chris sudah hampir berada di persimpangan jalan, Charon segera menyentakkan tangan Vanno dan berlari mengejar Chris. Dipeluknya punggung kokoh yang sedari tadi ingin disentuhnya dengan erat, dan dirasakannya pria yang dipeluknya ini menegang. Charon tidak peduli, dia hanya ingin memeluk pria itu telebih dahulu. Menikmati rasa yang sudah lama tidak Charon rasakan. Rasanya masih sama. Mendebarkan, namun nyaman. Sesuatu yang mengganjal di diri Charon selama ini seolah hilang tak berbekas. Segalanya terasa benar saat dia kembali menyentuh pria ini langsung dengan kedua tangannya, bukan hanya dengan pikirannya.

Bukankah kedatangan pria ini kemari merupakan suatu pertanda? Tidak mungkin dia mencari jika pria ini sudah melupakannya bukan?

Tanpa sadar, air mata mulai turun dari kedua mata Charon, membasahi kemeja dari pria yang masih sangat dicintainya. Tubuh pria itu mulai rileks, kemudian berbalik dan membawa Charon dalam pelukannya. Tangannya mengelus kepala Charon, seperti yang dulu seringkali ia lakukan. Kemudian, tangan kanannya terarah pada pipi Charon. Dihapuskannya air mata yang senantiasa turun, pertanda pria itu masih tidak suka melihat dia menangis.

"Sepertinya saya terlambat," kata pria itu dengan suara serak. Charon menangis dan menganggukan kepalanya.

"Kenapa kamu begitu lama?" kata Charon di sela isak tangisnya. Chris menghela nafas.

"Maaf, saya memang bodoh."

Bukannya mereda, tangisan Charon semakin deras. Bahkan tangan gadis itu sudah terangkat, memukuli dada Chris.

"Jahat!" teriak Charon. Chris hanya mengelus kepala Charon.

"Iya, saya jahat. Jangan menangis, Charon. Orang jahat ini tidak suka melihat kamu menangis," kata pria itu lagi.

"Lagipula, kamu tampak bahagia dengan pria barumu. Dia bisa membahagiakanmu lebih daripada aku," lirih Chris di telinga gadis itu. Charon menegang mendengar perkataan Chris. Pria baru? Siapa? Bahagia? Apa Chris sudah gila?

Kemudian Charon mengikuti arah pandangan Chris yangt tertuju pada pintu rumahnya, dan menemukan Vanno berdiri dengan berkacak pinggang disana. Charon tidak tau harus tertawa atau menangis saat menyadari pikiran Chris.

Love You Dangerously (completed☑)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang