True Colors

8K 642 16
                                    

You with the sad eyes, don't be discouraged.

Oh I realize it's hard to take courage in a world full of people

You can lose sight of it all the darkness inside you can make you feel so small

Show me a smile then, don't be unhappy

Can't remember whenI last saw you laughing

This world makes you crazy and you've taken all you can bear

Just, call me up cause I will always be there

And I see your true colors shining through

I see your true colors and that's why I love you

So don't be afraid to let them show, your true colors are so beautiful

- True Colors by Justin Timberlake ft. Anna Kendrick

Aku sedikit terkejut dari ujung tangga saat menemukan papa sedang menyantap sarapannya di meja makan. Setelah pulih dari keterkejutanku, aku berjalan santai dan menyeduh teh seperti kebiasaanku setiap pagi.

"Pagi pa," kataku pelan. Papa hanya mengangguk sedikit. Aku pun duduk di meja makan di posisi terjauh darinya. Meja makan kami memang cukup panjang karena papa seringkali menjamu rekan bisnisnya di rumah kami.

"Kuliah kamu gimana?"

Tanganku yang sedang mengangkat cangkir teh terhenti, dahiku berkerut dalam. Sejak kapan papa peduli? Dia saja tidak pernah mempertanyakan nilai raporku sebelumnya. Mengetahui aku sudah lulus sekolah saja sudah untung. Aku bahkan ragu papa tau aku selalu menempati juara kelas dan mengikuti banyak perlombaan semasa sekolah.

"Baik," kataku seraya menyesap tehku perlahan. Aku menyukai sensasi meminum teh. Aku memiliki cukup banyak jenis teh dari berbagai daerah, baik teh hitam maupun the hijau, bubuk maupun bentuk kantung. Teh yang mengandung banyak katekin, kafein, teofilin juga sedikit teobromin membantuku membangun moodku tiap hari. Biasanya, aku meminum teh tanpa gula. Aku akan mencium aromanya terlebih dahulu sebelum akhirnya menyesapnya, menikmati saat cairannya mengalir melalui lidah menuju kerongkonganku.

"Malam ini ada acara?"

Kali ini, aku memutuskan menaruh cangkir tehku dan menatap papa yang tidak menatapku. Ada yang aneh. Perasaanku sedikit tidak enak.

"Tidak. Kenapa pa?"

"Nanti teman saya mau datang. Kamu stay di rumah, ikut makan malam," katanya santai. Aku membelalak. Haruskah aku merasa senang? Entah sudah berapa lama aku tidak melihat papa, tampaknya ia baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya. Melihat keadaannya yang baik-baik saja sudah membuatku bersyukur, dan tiba-tiba dia mengajakku makan malam bersama? Bolehkah aku berharap dia berniat memperbaiki hubungan kami? Aku akan segera memaafkannya tanpa banyak tanya, aku janji.

"Oke," kataku, tanpa bisa mencegah seulas senyum tipis tercetak di wajahku.

"Baju rapi, kalo bisa dress."

"Oke."

"Siap pukul 6."

"Oke." Sesudah itu, papa berdiri dan memasuki kamarnya, meninggalkanku sendiri di meja makan.

Charon: Pak, sepertinya hari ini ditunda dulu perginya. Tiba-tiba papa ajak makan malem.

Tadinya aku dan Pak Chris memang sudah memiliki janji untuk makan malam bersama. Menikmati malam minggu, kata Pak Chris.

Pak Chris: Tumben? Oke Charon, kalo tiba-tiba ingin pergi, beritahu saya. Saya available pukul berapa saja.

Aku mendengus. Kadang aku merasa dia bisa menjadi sangat manja jika dia mau. Dia selalu memaksa bertemu denganku setiap hari, bahkan jika hanya beberapa menit. Asalkan melihat wajahku. Aku sampai kewalahan tiap kali ada rapat maupun tugas kelompok, karena dia bersikeras untuk tetap menjemput.

Love You Dangerously (completed☑)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang