Half the shit you think i don't know, i found out a long time ago.
Once i catch you in one lie, it makes me question everything you said.
I prentended that it was okay, but the truth is not.
I'm not upset that you lied to me, i'm upset that from now on i can't believe you. You made me cry, you told me lies, but i can't stand to say goodbye.
Jinyoung P.O.V
Seperti biasa aku menyipakan makan malam untukku dan jaebum hyung, suami tercintaku. Walaupun aku tahu makananku akan berakhir di tong sampah karena ia yang tidak pulang atau dia yang pulang dalam keadaan kenyang.
Tidak masalah bagiku, aku sudah terbiasa duduk di lantai dingin dapur, memeluk kakiku dan menangis, setelah membuang masakan yang aku sediakan penuh cinta untuknya.
Aku merapikan meja makan, kembali ke kamar membersihkan diri, kemudian memakai piyama tidur terbaikku. Aku selalu menjaga penampilanku walau aku sudah menikah. Jaebum hyung tidak suka jika aku memakai pakaian lusuh, berlubang ataupun lecek. Dia suka ketika aku tampil mempesona di depannya dan cantik. Jaebum hyung selalu memujiku cantik, awalnya aku tidak suka pujian itu, karena aku ini pria namun sekarang aku merindukan pujian itu. Pujian yang sekarang hanya akan terdengar di bayang semuku.
Ceklek
Aku segera bergegas keluar ketika mendengar suara pintu yang terbuka, senyum manis langsung menggembang di wajahku. Akhirnya jaebum hyung pulang, setelah seminggu lebih ia lebih banyak tidur di luar, dan aku tahu alasanya hanya saja aku tidak berani mengatakanya keluar.
"Jaebum hyung kau sudah pulang." Aku menyapanya dengan senyum terbaik, aku membantunya melepaskan jas kerja dan mengambil tas kerja dari tanganya. Dia hanya membalasku dengan gumaman kecil, wajahnya tampak letih, sepertinya kurang tidur. Tapi aroma tubuhnya telah bercampur dengan aroma parfum lain yang aku pastikan bukan miliknya.
Aku meraih tubuhnya, mencoba memeluk tubuh suami yang sangat aku rindukan. Tetapi jaebum hyung mengelak, ia menahan pergerakan tubuhku. "Aku bau jie, biarkan aku mandi dulu." ujarnya lembut, ya dia masih berbicara lembut padaku. Jaebum hyung tidak pernah berteriak atau menaikkan suaranya jika berbicara denganku. Setiap kali kami bertengkar hanya akan ada suaraku yang berteriak, sedangkan dia akan diam dan pergi meninggalkanku.
Aku tersenyum tipis seakan mengerti tetapi hatiku terluka, sejak kapan aku mempermasalahkan bau badannya. Bahkan aku tidak masalah dengan bau parfum orang lain di tubuhnya.
"Aku siapkan air hangat hyung."
"Thanks jie, kau yang terbaik." Dia mengelus kepalaku sebentar sebelum aku berlalu menyiapkan air hangat untuknya mandi.
Aku mencoba sekuat tenaga untuk tidak menjatuhkan air mataku, walau rasanya begitu sulit. Dadaku terlalu sesak, rasa sakit itu menjalar sampai meremukkan setiap tulangku.
Aku menarik nafasku dalam dan membuangnya perlahan, mencoba memasang senyum palsu di bibirku. "Kau pasti bisa jinyoung-ah, bukankah aktingmu selalu yang terbaik." aku hanya bisa menyemangati diriku sendiri.
Aku keluar dari kamar untuk memanggil jaebum hyung, samar-samar aku mendengarnya sedang berbicara dengan seseorang di telepon.
"Aku baru sampai rumah, cepatlah tidur dan jangan lupa makan obatmu hem..."
"Iya..iya aku tahu..."
"Aku akan mandi dan langsung tidur."
"Tidak, tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun, aku akan langsung beristirahat."
"Aku juga..see you tomorrow."
Aku mencengkram kuat handuk kecil yang aku bawa, tidak mungkin client meneleponnya jam segini dan berbicara begitu intim tentang kegiatan apa yang akan dia lakukan. Apa maksud kalimat terakhirnya, apa artinya dia akan kembali memberiku punggung dingin malam ini.
"Jaebum hyung, air hangatnya sudah siap." Jaebum cepat-cepat memutuskan sambungan teleponya, ia bersikap santai dan berjalan langsung ke arahku.
"Siapa yang meneleponmu hyung?" rasa penasaran tetaplah ada, aku ingin dengar jawabanya.
"Ha? oh, jackson." jawab jaebum hyung singkat.
Aku menaikkan satu alisku menatapnya bertanya, "Jackson?"
"Ya jackson, kau tahu dia temanku kan jie dan sekarang kita terlibat bisnis penting, selama seminggu ini juga aku bersamanya membahas bisnis."
Aku mengangguk kecil mengerti. "Selesai mandi kita makan malam bersama ya."
"Ah...jie, maaf..aku sudah makan tadi. Kau makan sendiri saja ya, aku akan langsung tidur."
"Tapi hyung, bisakah kau menemaniku makan."
Jaebum menangkup kedua pipiku dengan jarak tubuh yang tidak terlalu dekat, ia memberiku senyum bersalah. "Jie baby, maafkan hyung, hari ini hyung sangat letih. Kau makan sendiri ya?"
Cup
Jaebum hyung mengecup keningku sekilas dan berlalu, ciumannya terasa hambar dan dingin.
Aku duduk di meja makan, menatap kosong makanan yang aku masak. Nafsu makanku lenyap seketika, bahkan aku tidak merasakan lapar sama sekali walau aku belum memasukan makanan apapun keperutku dari tadi pagi.
Aku membiarkan airmataku jatuh berlinang dengan isakan kecil. Aku menutup mulutku untuk mereda suara isakanku. Aku tidak ingin jaebum hyung mendengarnya dan menganggapku kekanak-kanakan menangis karena ia tidak bisa menemaniku makan. Walau sebenarnya alasanku menangis lebih dari itu.
Setiap kata yang ia ucapkan adalah kebohongan dan kebohongan. Yang meneleponya bukan jackson tetapi asisten jalang itu. Seminggu ini mereka menghabiskan waktu berdua di apartemen si jalang karena dia sakit. Bahkan seminggu ini jaebum hyung tidak masuk kantor dan menyuruh Seungjin, wakil direktur yang mengambil alih pekerjaanya.
Jackson berada di cina dengan bambam tunanganya, bambam yang notabenya adalah temanku, baru dua hari yang lalu bambam meneleponku dan mengatakan dia di cina untuk menemui keluarga jackson.
Jackson memang teman jaebum hyung tapi jaebum hyung lupa kalau tunangan jackson adalah temanku.
"Mau sampai kapan kau menganggapku orang bodoh hyung?"
"Apakah aku harus menyerah dengan pernikahan kita?"
"Aku membencimu mark tuan!!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Love (COMPLETED)
Nouvelles⚠️Warning⚠️ Boy Love Mature 🔞 Aku tahu ini menyakitkan tetapi aku tidak bisa melepaskanmu. Bagiku dengan melihatmu berada di sampingku itu sudah lebih dari cukup walau rasanya sangat menyesakkan. - P.JY Aku tahu aku selalu menyakitinya, aku tidak...