Sebaiknya kalian baca ff ini dengan musik instrumental yang sedih atau ost drama yang various artist gitu. Di jamin nyesek brooo!!! Selamat membaca
.
.
.
.
.Tidak akan ada yang sama setelah itu semua. Dua minggu berlalu, tidak ada perubahan apapun. Jaebum di sampingku, tidur di ranjang yang sama, ia menggendongku setiap pagi, memberiku kecupan sebelum ke kantor atau sebelum tidur, ia selalu menyempatkan membeli bunga setelah pulang kantor untuk di berikan padaku.
Sarapan dan makan malam bersama. Tapi hatiku terap terasa kosong. Semua yang kami lakukan bersama tidak ada maknanya sama sekali. Jaebum melakukannya semata-mata untuk mengabulkan peemintaanku.
Penyakitku semakin hari semakin parah. Untuk menutupinya, aku harus meminum obat pain killers. Yugyeom hampir setiap hari memarahiku dan mendesakku agar segera melakukan operasi juga kemo. Sejak dua hari yang lalu, aku mulai mengabaikan pesan dan telepon dari Yugyeom.
Aku bersyukur ada Ten menemaniku. Setiap hari ia mendandaniku agar wajahku tidak terlihat terlalu pucat. Aku sama sekali tidak ingin Jaebum tahu tentang penyakitku atau siapapun. Aku tidak butuh belas kasihan, sungguh.
Aku bahkan sudah ikhlas jika aku pergi sebelum hari ke-30. Aku sudah menyiapkan segalanya. Surat cerai itu sudah aku tanda tanganin, namun masih aku simpan dengan baik.
Diam-diam, aku juga menemui Sungjin, pengacara keluargaku, orang kepercayaanku juga orang tuaku selama ini.
Aku memberitahunya tentang kondisiku, tentang rencana perceraianku dengan Jaebum. Aku meminta Sungjin menyiapkan surat wasiat dan mengurus pembagian sahamku.
Sungjin tidak setuju dengan keinginanku, ia menentang keras setelah ia tahu apa yang terjadi dengan rumah tanggaku.
"Aku ingin kau memikirkannya lagi Jinyoung. Aku tidak akan memproses surat wasiat itu!"
"Sungjin Hyung, bagaimanapun juga perusahaan ini maju pesat berkat kerja keras Jaebum."
"Park Jinyoung. Kau tidak perlu melakukan ini semua. Aku akan mencarikan dokter terbaik untuk mengobatimu. Setelah kau sembuh, kau bisa memimpin sendiri perusahaanmu. Ini perusahaan keluargamu, Jinyoung. Ayahmu membangunnya dengan susah payah dan kau akan memberikannya begitu saja pada si bajingan itu!!"
"Hyung, aku tidak memberikannya. Aku hanya ingin, ia tetap memegang saham yang ia punya dan duduk di kursi direktur seperti saat ini.—"
"Pikirkan lagi baru datang lagi padaku. Sungguh Jinyoung, kau akan menyerah begitu saja? Kau masih punya masa depan Jinyoung. Jangan hanya karna dia kau menyerah—"
Air mataku sudah tidak terbendung. "Masa depan yang seperti apa hyung?? Penyakitku sudah stadium tiga? Kemungkinanku hidup hanya 30% setelah operasi....masa depan yang seperti apa? Semua masa depanku sudah hancur setelah ia melemparkan surat cerai di wajahku...ak-aku..." aku terisak, sungguh memalukan menangis di depan Sungjin.
"Aku mohon hyung...anggap saja ini permintaanku yang terakhir...jangan ambil apapun darinya, dan hartaku yang lain, aku ingin di sumbangkan ke orang-orang penderita kangker yang tidak sanggup membayar perobatan mereka....Dan...sisa sahamku untuk Yugyeom, aku mau Yugyeom menjadi wakil direktur. Setidaknya dengan begitu aku akan tenang..."
Sungjin merengkuh tubuhku. "Jinyoung jangan berkata seperti itu, seolah aku tidak akan pernah melihatmu lagi esok! Aku tidak mengerti kenapa Im Jaebum tega menyakiti malaikat sebaik dirimu..."
Hatiku sesak, sungguh. Aku tidak bisa memendung air mataku. Rasa sakit dan ketakutan itu menggerogotiku. Bukan mauku seperti ini. Aku juga ingin berjuang, aku ingin memiliki masa depan seperti yang Sungjin dan Yugyeom katakan. Tapi rasanya begitu mengerikan. Aku tidak berani berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Love (COMPLETED)
Nouvelles⚠️Warning⚠️ Boy Love Mature 🔞 Aku tahu ini menyakitkan tetapi aku tidak bisa melepaskanmu. Bagiku dengan melihatmu berada di sampingku itu sudah lebih dari cukup walau rasanya sangat menyesakkan. - P.JY Aku tahu aku selalu menyakitinya, aku tidak...