Bad News

1.2K 173 56
                                    

Jinyoung

Setelah pertengkaran itu, Jaebum tidak pulang ke rumah. Seminggu sudah berlalu. Seharusnya aku yang marah bukan dirinya kan?

Hatiku sesak setiap kali memikirkan itu. Apa pernikahan kami sungguh tidak memiliki titik terang? Apa mempertahankan janji suci kami adalah kesalahan? Kenapa sulit sekali?

Dengan berpikir bahwa Jaebum bosan, Jaebum lelah dan butuh hiburan di luar membuatku kembali memaafkannya. Mungkin aku tidak cukup baik. Mungkin aku sudah tidak secantik dulu...

Aku berjalan ke arah lemari pakaian dimana ada kaca besar disana. Aku menatap sendu pantulan diriku, meraba lembut pipiku yang sepertinya telah berubah menjadi tirus. Aku rasa, aku kehilangan banyak berat badan. Belakangan aku sukit menelan makanan dan perutku selalu mual. Aku bukan menyiksa diri dengan tidak makan, tapi memang aku tidak bisa makan apapun. Apapun yang aku masukan selalu aku keluarkan lagi dengan muntah. Badanku juga cepat lelah.

Mungkin aku hanya stress.

Aku menghela nafas lelah, wajahku tidak bercahaya seperti dulu. Mataku juga sedikit berkerut dengan lingkaran hitam menggerikan disana. Wajar saja Jaebum mencari yang lain di luar sana, penampilanku begitu menggenaskan.

Sakit, aku merasa sakit...

Aku terduduk lemas, kembali terisak pilu. Hidupku begitu menyedihkan, aku seakan tidak memiliki semangat dan tujuan hidup.

Aku kehilangan pilar hidupku. Sejak aku jatuh cinta pada Jaebum, hanya Jaebum yang menjadi tujuan hidupku. Menjadi istri sempurna untuk Jaebum adalah impianku. Tetapi aku gagal, aku...aku bukan istri yang Jaebum inginkan lagi.

Sampai detik terakhir aku masih ingin mempertahankan pernikahan kami. Aku mencintainya, sangat mencintainya.

Entah sudah berapa banyak air mata yang tumpah, sudah tak terhitungkan lagi luka yang ia torehkan.

****
"Yugyeom-ah, apa kau sibuk?"

"Tidak hyung, ada apa? Kenapa suaramu lemas begitu?"

"Gyeom-ah, perutku sakit sekali. Sampai aku tidak bisa berjalan...bisakah kau datang?"

"Jinyoung hyung apa kau salah makan?"

"Tidak tahu Gyeom-ah, sudah beberapa hari perutku mual..akh...sakit."

"Aku segera kesana hyung."

"Yugyeom datang ke rumah tapi jangan beritahu Jaebum hyung. Aku tidak mau membuatnya khawatir."

Aku memutuskan sambungan telepon dan tertawa miris. Jaebum khawatir? Aku hanya tidak ingi Jaebum semakin jijik denganku.

Baru saja aku merasa mual lalu berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutku, yang membuatku terkejut adalah darah. Aku muntah darah dan juga salad yang aku makan tadi pagi.

Aku merangkak lemah mencari handphoneku untuk segera menghubungi Yugyeom. Kakiku lemas sampai tidak sanggup berdiri.

Mendengar Yugyeom yang akan segera kesini membuatku lega. Selain Yugeom, aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi.

Youngjae? Tidak, aku tidak ingin mengganggu Youngjae, dia juga terlalu sensitif dan panik-an. Kalau dia datang dan melihat darah di bajuku juga lantai kamar mandi sampai kamar, Youngjae pasti menangis dan berteriak histeris.

Seandainya saja aku bisa menghubungi Jaebum. Aku ingin dia berada disini dan memelukku. Tubuhku terasa dingin dan menggigil.

"Jaebum hyung...."

Aku melihat sendu kearah foto pernikahan kami yang tergantung tepat di atas kepala ranjang. Jaebum memeluk pinggangku, kepalaku bersandar manja ke dada bidangnya dan senyum kami berdua begitu merka dan indah.

"Akkhhz." Aku menekan bagian perutku yang sangat sakit. Sakit sampai ke ulu hati dan membuat kepalaku pening. Pandangan mataku kabur, entah karna air mata atau memang kepalaku yang pusing berkunang.

"Jinyoung hyung?"

"Jinyoung hyung, sadarlah!"

"Kita ke rumah sakit sekarang!"

"J-jaebum hyung...kau datang?"

***

Author pov.

Yugyeom berjalan mondar-mandir di emergency room City Hospital. Hatinya terus merapalkan doa supaya Jinyoung baik-baik saja. Ketika ia sampai di rumah Jinyoung, Jinyoung memuntahkan darah lalu pingsan.

"Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi pada Jinyoung hyung?"

Yugyeom sangat khawatir, Jinyoung memang terlihat jauh lebih pucat dari biasanya terakhir mereka bertemu. Ia juga jauh lebih kurus tetapi tidak ada gelagat aneh sebelumnya kan?

"Dokter, bagaimana keadaan Jinyoung hyung?" Yugyeom langsung menyerbu dokter yang menangani Jinyoung keluar dari ruang emergency.

"Kami harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tolong urus administrasinya untuk CT SCAN dan MRI Ucap sang dokter.

"Dokter tolong lakukan yang terbaik."

***
Jinyoung pov

"Dokter sebenarnya apa yang terjadi dengan Jinyoung hyung?"

"Kim Yugyeom-ssi, Jinyoung-ssi menderita kangker usus stadium 3. Dia harus segera di operasi setelah itu lakukan perawatan intensive. Jika tidak nyawanya..."

"Dokter, berapa persen kemungkinan Dia sembuh setelah operasi?"

"40 persen, setelah operasi dia juga harus menjalankan kemoterapi."

"Dokter izinkan aku yang memberitahunya tentang ini dan membujuknya melakukan operasi."

Air mataku sudah tumpah, mengalir deras berdesakan. Aku mendengar pembicaraan Yugyeom dengan dokter dari baliktirai yang menutupi ranjang wat. Aku tahu aku di rumah sakit, aku tahu ada yang salah denganku tetapi bukankah kangker terlalu berlebihan untukku?

Bahkan takdir tidak berpihak padaku, takdir ikut menyakitiku. Apa tidak cukup hatiku saja yang sakit? Kenapa tubuhku juga harus sakit? Apa ini artinya Tuhan juga ingin aku menyerah dan melepaskan Jaebum dengan kematianku?

Aku terduduk, memeluk kedua lututku dan menangis pilu disana.

"J-jinyoung hyung?" Yugyeom kaget melihatku yang menangis. Ia mendekat dan memeluk tubuhku erat. Aku tahu dia juga menangis bersamaku.

"Aku mendengarnya Yugyeom-ah... apa aku akan segera mati?"

"Tidak hyung, aku tidak akan membiarkannya." Yugyeom merengkuhku semakin erat, mengelus kepalaku lembut. Pelukan Yugyeom membuatku semakin rapuh, membuatku semakin terisak.

"Aku tidak mau di operasi Yugyeom-ah, aku tidak mau kemo...nanti rambutku gugur...hiks. J-jaebum hyung bilang ia sangat menyukai rambutku...hiks..j-jika aku juga kehilangan rambutku, Jaebum hyung akan pergi semakin jauh..."

"Jinyoung hyung—"

"Hiksss...aku tidak mau..."

"Tapi kau harus hidup hyung, jika Jaebum hyung tidak menginginkanmu, kau masih ada aku. Jika kau kehilangan rambutmu, aku akan memberikn rambutku. Aku—aku ingin kau hidup hyung... jebal."

Aku semakin terisak, ucapan tulus Yugyeom membuatku semakin tidak bisa berhenti menangis.

"Jangan beritahu siapapun tentang ini Yugyeom-ah. Aku...aku akan memikirkan tentang operasi itu."

Tbc

Foolish Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang