Awal

3.9K 205 17
                                    

14 Tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


14 Tahun kemudian

Deru suara mobil memasuki pekarangan rumah khas jawa yang dipadu dengan gaya modern. Seorang gadis dengan wajah masam keluar dari mobilnya dan berteriak kepada inang pengasuhnya. Sang sopir hanya tersenyum melihat tingkah laku sang majikan.

"Mbok Jum ...." teriaknya menaiki anak tangga.

"Mbok Jum ...." panggilnya lagi.

"Ono opo toh, Nduk? Ojo teriak. Ora sopan." Seorang wanita paruh baya menanyakan kepada cucunya dengan bahasa jawa. [Ada apa, Nduk? Jangan teriak. Tidak sopan ]

"Eyang Uti, di mana Mbok Jum?" tanyanya pelan karena ketahuan sama Eyangnya.

"Ing pawon, Nduk. Ono opo toh?" [ Di dapur, Nduk. Ada apa, sih? ]

"Aku lapar, Eyang Uti."

"Yo wes dahar." [ Ya, sudah makan ]

"Mbok Jum, buatin aku sambal pencit, ya," panggilnya di dapur.

Eyang Uti Rahma hanya geleng kepala melihat cucunya.

"Ada apa, Bu?" tanya sang menantu perempuan.

"Biasa toh, Nduk. Anakmu iku teriak-teriak. Kupinge ibu sakit," gerutu Eyang Uti kepada mantunya. [ Biasa anakmu itu teriak-teriak. Telinga ibu sakit]

"Maksud ibu si Ave?"

"Iyo sopo maneh toh?" [ Ya, siapa lagi?]

Sang menantu hanya tersenyum saja.

"Kok iso anak wadon tingkah lakune kayak anak lanang," kata Eyang Uti seraya melangkah menuju teras. [ Kok bisa anak perempuan tingkahnya seperti anak kecil ]

Anak yang dimaksud adalah cucu bungsunya. Sudah beranjak dewasa, tetapi tingkah lakunya seperti anak kecil.

"Tole, wes dahar?" tanya Eyang Uti kepada anak muda yang habis memarkirkan mobil tuannya. [ Kamu sudah makan? ]

"Belum Eyang Uti," jawabnya santun.

"Yo wes dahar sek. Resik-resik mung meko ae," ucapnya sambil memegang kipas di tangannya. [ Ya, makan dulu. Bersih-bersihnya nanti saja ]

"Inggih Eyang Uti," kata anak muda tersebut yang bernama Salim.

*****

"Ya Allah, Non. Kakinya jangan diangkat kalau makan. Nggak sopan, Non." Mbak Mira pengasuhnya dari kecil terkejut melihat kelakuan nonanya.

Mbak Mira lantas menurunkan kaki nonanya.

"Ih, Mbak Mira. Aku 'kan pakai celana bukan rok."

"Ya tetap saja toh, Non. Itu tidak sopan. Kalau ketahuan Eyang Yaya, kamu dimarahi."

Mendengar kata Eyang Yaya membuat nona yang bernama Ave tersebut bergidik takut. Eyang Yaya adalah orangtua dari ayahnya. Terkenal galak. Segera ia menurunkan kakinya.

Seorang pemuda datang dari luar dan duduk di sebelah Ave.

"Salim, jangan ambil sambal pencitku loh." Ave memberi peringatan kepada Salim.

"Iya Nona Ave."

Nona Ave makan dengan lahap. Sambal pencit dan ikan asin adalah kesukaannya.

"Salim makan dulu, Nak," kata Mbok Jum menyiapkan makan buat Salim.

"Terima kasih, Mbok Jum," jawabnya sopan.

"Aku sudah kenyang. Enaknya makanan di rumah." Ave selesai dalam sekejap menyantap makanannya.

"Mbok Jum, terima kasih, ya. Sambal pencitnya Mbok is the best." Ave mengacungkan jempolnya.

Mbok Jum, Mbak Mira dan Salim hanya bisa tersenyum melihat tingkah lakunya sang anak majikan.

Ave nama panggilannya. Ia bukan gadis manja walau dirinya anak dari keluarga ternama. Ia terkenal dengan gaya urakan. Sopan di luar rumah, akan tetapi di dalam rumah terkenal dengan anak yang tak bisa diam. Hal yang ditakuti bukan binatang, tetapi Eyang Yaya. Pernah sekali ia membawa ulat untuk kakak perempuannya. Kakaknya langsung menangis kencang. Eyang Yaya langsung memarahinya dan menghukumnya dengan tak memberinya uang jajan selama seminggu. Sejak saat itu ia kapok jika berurusan dengan Eyang Yaya.

*****

"Arep nang endi, Cah Ayu?" Langkah kaki Ave yang lebar membuatnya berhenti saat seseorang yang ia takuti dan segani menanyakannya. [ Mau ke mana, Nona Ayu ]

"Ave mau ke Pendopo, Eyang Yaya. Salim mau ajarin Ave belajar." Ave berbohong padahal niatnya mau menjahili Salim yang berada di Pendopo untuk belajar.

Eyang Yaya mengangguk. Ave tak bisa bicara Bahasa Jawa. Entah itu Krama Inggil atau semacamnya. Namun, ia tahu artinya. Keluarganya adalah orang Jawa tulen. Apalagi Eyang Yaya masih keturunan Raja. Nama Eyang Yaya adalah Gusti Raden Bayanaka Waskito Jayanatra. Entahlah hanya itu yang diingat Ave tentang Eyangnya.

"Salim ...." Ave memanggil nama Salim, tetapi orang yang dipanggilnya tak ada di Pendopo.

"Duh ... ke mana, sih, Salim Lim?" Memanggil nama orang seenaknya sendiri.

"Salim Lim ...." panggilnya lagi dengan volume suara yang keras.

"Ada apa, Non Ave?" tanya Mas Bowo keluar dari dapur yang dekat dengan Pendopo. Bowo adalah suami dari Mira.

"Mas Wowo, ke mana Salim?"Ave tak lagi berteriak mungkin suaranya tak bisa lagi keluar. Ia terbatuk-batuk.

"Salim mengantar Eyang Uti, Non," jawabnya sopan.

"Loh bukannya ada Pakde Malik." Ave memanggil ayah Salim dengan Pakde. Menurut Eyang Yaya jangan memanggil "Pak" kepada ayah Salim. Tidak sopan kata Eyang Yaya.

"Pakde Malik anterin ayahnya Non Ave ke perkebunan."

"Ya sudahlah." Ave pasrah.

"Emangnya ada apa toh, Non?"

"Aku mau mukulin Salim. Lihat saja nanti si Salim Lim itu, ya." Ave beranjak pergi dengan perasaan jengkel.

Mas Bowo yang ada di belakangnya ada termangu saja.

Sudah menjadi kebiasaan Ave sejak kecil. Jika ia kesal dengan seseorang maka sasaran empuknya adalah Salim yang siap menjadi bahan pukulan tubuhnya dengan pelan.

"Dek, kok wajahnya ditekuk seperti itu. Ada apa?" Mbakyu Raras, kakak pertamanya memandangi wajah sang adik yang masam.

"Bosan aku Mbakyu. Salim nggak ada."

"Ya sudah. Main saja sama Jaka," canda Mbakyu Raras.

Jaka yang dimaksud adalah anak dari Mira dan Bowo.

"Masa aku suruh main sama anak kecil? Ih, Mbakyu ini loh," sewotnya membuat wajahnya tambah masam.

"Mbakyu Raras mau ke mana? Sama Kangmas Bayu?" Ave melirik Raras yang berpakaian rapi.

"Mbakyu sama Kangmas Bayu mau ambil kebaya yang dipakai buat besok lusa," kata Raras dengan wajah sumringah.

Setelah ditinggal Mbakyu Raras, Ave berjalan masuk ke kamarnya. Ia sempat melihat sejenak Eyang Yaya mengajak binatang piaraannya bernyanyi.

Anak pertama keluarga Jaya adalah Raras Anindita Putri Jaya sedangkan anak kedua adalah Bagas Arnawama Putra Jaya. Hanya anak bungsunya yang tidak memakai nama Jawa. Biar berbeda kata ayahnya walau ditentang oleh Eyang Yaya. Karena orang yang dicarinya tidak datang. Ave mendengarkan musik melalui ponsel kesayangannya.

Tbc

Menurut kalian bagaimana dengan awal ceritanya?

Beri saran atau kritikannya ya?

Revisi 02 Agustus 2019

Nona Kecilku "You Are My Sunshine" ( Pindah Ke Noveltoon )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang