"Aku tak habis pikir dengan perkataan ayah. Bagaimana mungkin aku dijodohkan dengan anak sopir ?"
~Aveliena Josephine Jayanatra
"Ah ... Bagaimana seorang anak sopir dijodohkan dengan Putri Tuannya?"
~Salim Tubagus Malik.
Dijodohkan karena permintaan...
Budayakan vote sebelum membaca Itu sudah menghargai karya saya. Di baca silakan. Tidak di baca, saya tak akan marah. Itu hak kalian.
Salam sayang
Mm
Kemarin ada yang tanya melalui pesan. Kenapa Ave selalu memakai baju yang panjang, rok atau longdress?
Oke akan saya jawab. Ave itu memang anak priyayi asal Solo. Keluarganya masih memegang adat istiadat kuno. Setiap anak gadis tidak boleh menunjukkan aurat mereka yang terlalu terbuka. Pakaian mereka terutama anak perempuan harus sopan walau tidak pakai kebaya.
Ya semacam inilah pakaian sehari-hari Ave.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akan saya jelaskan Priyayi itu apa?
Priyayi adalah sebuah kelas sosial yang diturunkan secara turun temurun biasanya bergelar Raden, Raden Mas, Putri. Golongan ini golongan tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga kerajaan.
Sekali lagi maafkan saya tidak bisa memberitahu siapa nama Ave dan Salim sebenarnya.
Di sini saya hanya menceritakan kisah kehidupan mereka sampai mereka menikah.
Cerita ini tidak ada sangkutpautnya dengan kerajaan Solo ya. Murni dari kisah nyata antara anak majikan dan seorang yang "biasa" yang berasal dari Solo.
Mengapa saya tak mengambil setting di Solo?
Bukannya tidak mau tetapi saya tidak bisa berbicara bahasa jawa halus di mana Eyang Yaya dan Eyang Uti berbicara dalam bahasa jawa halus. Daripada saya salah maka saya meminta ijin kepada mereka untuk mengemasnya berbeda. Saya diberi ijin.
Baiklah jika kalian penasaran dengan cerita mereka. Saksikan terus cerita ini. He...he.....
