Nasi padang

35 2 0
                                    

"Asal jangan supir hati orang lain aja"
~Dafa~

Adin terbangun dari tidurnya semalam, yang ia tau bahu Dafa sanggat nyaman tapi, terik matahari yang menyorot dibalik jendala kamarnya itu mengganggunya. Dipejamkan matanya lagi, seolah hari minggu hanya untuk tidur, tidur, dan tidur. Terdengan dari telingganya suara berisik yang menyambutnya di pagi hari. Yaitu bunyi alarm handphonenya, jemarinya berjalan menggikuti bunyi itu. Merasa tak menemukan barang yang dicarinya Adin terbelak melihat ke arah Sofa.

"bangun..." teriaknya dengan tangannya yang mengelus pipi itu lembut.

"hm". Bergerak dan menempatkan dirinya di sofa senyaman-nyamannya yang dia lakukan.

"Kak Al bangun!" Teriak Adin sekencang-kencangnya, seketika seperti klakson mobil.

"ke bawah Zar!" Tiba tiba didepan pintu Dafa datang, tanpa basa basi dan berbicara mengajaknya untuk turun.

"Bentar Daf, kak Alfath ngapain sih kesini. Tidur dikamar Zara lagi, Dafa kok gak bilang Zara sih!"

"Oh, kemarin Alfath dateng katanya kangen lo, terus pengen ketemu lo. Elo udah borem, cepetan gue tunggu di bawah".

Dalam hati Adin bertanya tanya tentang sesuatu 'terus yang bawa Adin ke kamar siapa ya? Kak alfath?'. Adin yang mempunyai sikap masabodo tak memperdulikan siapa yang membawanya atau menggendongnya toh Adin tetep tidur dengan nyenyak. Tanpa berpikir panjang, melayanglah sebuah bantal yang penuh dengan mimpi-mimpi Adin, liurnya dan lain-lain mendarat di tubuh Alfath, terbelalaknya dia selintas bau seperti bangkai dihirup oleh hidung tingginya itu.

"cewek apa lo Zar bantal bau iler semua". Ucapnya melemparkan bantal itu kelantai sambil dikebas-kebas hidunya.

"mangkanya bangun Kak! Yaudah roti coklat Dafa Zara aja yang makan!" Ancamnnya kepada Alfath sambil mengulurkan lidahnya seakan mengejek.

Alfath adalah keponakan Adin yang lebih tua dengannya, rumahnya lumayan jauh butuh 30 menit untuk sampai ke rumah sepi itu yang hanya dihuni 3 orang Adin, Dafa, dan pembantunya. Tak jarang Alfath datang ke rumah itu. Hanya untuk memastikan bahwa keponakan manjanya itu baik-baik saja. Sadar akan sifat dan kehidupan Adin, Alfath begitu menyayanginya. Baginya, marah Adin emosi Alfath, suka Adin kebahagiaanya, sakitnya Adin juga lukanya. Siapapun membuat masalah kepada Adin, akan berhadapan dengan Alfath.

^^^

"yumyyy..." Gumam Adin dari kejauhan.

Tercium dari kejauhan harum roti selai coklat yang telah dibakar setengah gosong yang disiapkan oleh Dafa. Disana Adin yang paling bersemangat memajukan bibirnya dan membuka lebar lebar mulutnya dan memasukkan roti khas buatan Dafa itu.

"Daf.." Adin memecah keheningan.

"hm". Sahutnya datar.

Seperti mengerti akan apa yang akan dikatakan Adin nanti bahwa 'Daf roti lo enak' Dafa yang biasa saja menjadi sok ke-ge-eran, membuang muka dan memperlihatkan garis senyum tipis diwajahnya.

"Roti lo... roti lo bau ketek mbok ijah haha". Tertawa geli yang Adin lakukan dan juga membuat Dafa tersedak dengan leluconnya tadi, alih-alih ke-ge-eran jadi mengerutkan dahinya.

Alfath yang sedari tadi tidak turun-turun dari kamar Adin pun akhirnya menyeret kursi meja makan yang bernuansa putih itu. Diambilnya satu roti berselai coklat, tak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya, tiba-tiba dia berbicara.

"Kalo Zara pindah sekolah lo ng---"

"Gue tetep jagain Zara". Kalimat Alfath terpotong dengan ungkapan datar yang keluar spontan dari mulut Dafa membuat Alfath diam dan tidak mempunyai niat untuk berbicara kembali.

His EmotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang