UKS

22 1 0
                                    

"Pemikiran kamu itu harus diputer! Salah kalau aku bilang gitu jika kenyataannya fakta?"
~Adinda~

Pukul 06.45 Bara terbangun mendengar ponselnya yang berdering melalui telinganya. Dicarinya benda pipih itu dengan meraba-rabakan tangannya diatas badnya dan, dapat. Matanya yang masih remang-remang itu terbuka lebar setelah melihat siapa yang menelponnya pagi-pagi buta. 'Luna'. Sahabat Bara sejak mereka lahir hingga Bara merasa hatinya saat ini untuk Luna.

"Hallo Lun, ada apa?"

"Luna nanti bisa bareng Bara berangkat sekolah nggak? Supir Luna lagi nganter barang ke kantor papa soalnya."

"Bisa Lun, tunggu ya."

"Iya Bara makasih. Oh ya, jangan telat."

"Iya Luna bawel."

Sambungan telpon mereka pun terputus, Bara bergegas masuk kamar mandi yang bersiap berangkat sekolah. Selesai berdandan rapi dengan membawa tas di bahu kanannya, dia berjalan keluar kamar dan menemui saudara sedarahnya. Arga dan mama Bara sudah menunggunya sarapan bersama sebelum mereka menjalani kesibukan masing-masing yang tak pernah bisa meluangkan waktu untuk keluarga kecilnya.

"Bara Bara... jam segini mau jemput cewek tapi nggak mau telat... ckck." Arga mengoles roti dengan selai kacangnya dan melontarkan sapaan resek Arga setiap pagi kepada Bara.

"Dari mana lo tau?" tanya bara sambil menggeser satu kursi meja makan untuk didudukinnya.

"Kasi tau nggak ya... haha." Ledek Arga memunculkan muka yang kecut.

"Nguping mulu kerjaan lo. Gue potong telingga lo tau rasa!!" ancam Bara kejam.

Memang entah saudara atau orang terdekatnya harus selau tahan dengan omongan kasar dan mengerikan yang tidak jarang keluar dari mulut Bara ketika dia murka.

"Sudah-sudah, berantem mulu kerjaannya. Mama mau berangkat dulu ya, Bara kamu jangan ninggal Arga! Masak adeknya disuruh naik angkot." Ucap Ranti kepada Bara dengan terburu-buru.

"Seharusnya mama yang anter Arga kalo nggak mau dia naik angkot!" Bara menatap kosong kedepan dengan wajah sedikit memerah.

"Lain kali pasti mama anter kamu sama Arga. Udah mama buru-buru."

"BULLSHIT!!"

Bara kehilangan selera makannya, dia mengambil tas hitamnya kembali dan berjalan menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya.

"Bara omongan lo!!"

"Bar tunggu gue!!"

Arga mengejar Bara yang sudah menstater mobilnya. Terlihat Arga mengetuk-ngetuk keca mobil tapi tidak digubris sekalipun, malah bara menancap pedal gas nya dan melaju kencang. Entah apa yang ada dipikiran seorang Aldebara, adiknya saja tidak diberi kesempatan nebeng dengannya.

Kecepatan mobil Bara memelan, terlihat seorang perempuan berpakaian rapi dengan rambut panjang terurai dan kedua tangannya memegangi tas ranselnya. Terlihat cantik memang, tapi buat apa kalau dia tak pernah memberi hatinya kepada Bara, jika cinta Bara bertepuk sebelah tangan tapi toh juga Bara yang selalu perhatian dengan Luna.

"Masuk Lun." Bara keluar dari mobilnya dan berjalan mengikuti Luna didepannya dan membukakan pintu untuk luna.

"Thanks Bar."

Shawn Mendes – 'Aftertaste'

"Masih suka dengerin ini?" tanya luna mendengar lagu yang diputar oleh Bara.

"Menurutmu."

Turns out that no one can replace me

I'm permanent you can't erase me

His EmotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang