Chapter 3 - Pesanan Roti dan Masalah

262 30 35
                                    

Secara mendadak toko tempat ibuku menjual roti menjadi disibukkan dan terpaksa harus ditutup. Hal itu harus dilakukan untuk menghindari pelanggan yang datang secara tiba-tiba.

Ibuku yang sedang menggilas adonan roti menggunakan 'Rolling pin', membuat beberapa perintah untuk kami berdua lakukan.

"Kazakiri, adonan yang disana tolong dibentuk menjadi roti."

"Baik."

"Rein-san, tolong adonan roti yang sudah siap diletakkan diatas 'Loyang' dan masukkan ke dalam oven."

"Siap."

Saat ini, aku dan Rein sedang membantu ibuku untuk membuat pesanan roti. Biasanya, hanya ibuku sendirilah yang mempersiapkan pesanan tersebut karena kali ini pesanannya untuk acara spesial, ia meminta bantuanku dan Rein untuk membantunya.

Ini sedikit merepotkan, karena sebelumnya hal seperti ini tidak pernah terjadi sama sekali.

Ini terjadi ketika aku dan Rein sedang ingin meninggalkan kelas.

Berbeda dengan Akademi lain, Akademi tempatku dan Rein bersekolah tidak memiliki durasi pelajaran yang sangat lama. Biasanya, sekitar pukul satu atau dua siang hari, pembelajaran di Akademi Vatlheim sudah selesai dan murid-muridnya bisa pulang dengan cepat.

Aku benar-benar terbantu dengan sistem itu, setiap pembelajaran sudah selesai dan murid-murid lain sudah pulang, aku selalu mencoba berbagai sihir baru telah aku pelajari pasa saat belajar. Selain itu, aku juga merubahnya kedalam beberapa bentuk dan membuatnya menjadi lebih berguna dan efisien.

Seperti halnya sihir air dan angin. Menggunakan air yang dingin dengan bantuan angin yang bersuhu rendah, aku dapat melakukan sihir tingkat lanjut yang hanya beberapa orang saja yang bisa menguasainya, yaitu sihir es.

Hal ini dikarenakan teori-teori yang kuingat dari duniaku sebelumnya. Mungkin saat itu aku hanya murid yang baru saja menginjak bangku SMP, tapi sayangnya, pelajaran yang kupelajari saat itu sudah sampai pada pelajaran anak SMA. Jadi, aku bisa tau beberapa hal yang anak SMP tidak tau pada saat itu.

Terlebih di dunia ini, karena semuanya serta praktis dengan bantuan sihir, ilmu pengetahuan mengalami kemunduran yang pesat dan hanya ada sedikit saja yang menjelaskan bagian-bagian tersebut.

Seperti biasanya, di tempat pelatihan sihir hanya ada aku dan Rein yang sedang melakukan latihan di tempat ini. Namun, sebelum kami sempat melakukan latihan tersebut, sesosok perempuan berambut pirang dan perempuan berambut hitam keungungan datang menghampiri kami.

"Ano... apa kau adalah Kazakiri-kun, anak dari pembuat roti Deliana Focaccio-san?"

"Ah... iya dan kau adalah..."

Saat aku melihat wajahnya, aku sadar wajahnya tidak asing lagi untuk aku lihat, karena ia merupakan orang yang terkenal di Akademi ini. Selain itu, aku juga sering meliatnya latihan di pagi hari jadi aku pasti tidak salah orang. Ia adalah Alice Ruinsroad.

Di belakangnya, juga ada perempuan yang selalu menjadi lawan latihannya, dia adalah Yukina Edelfield. Ketika aku melihatnya, aku sadar kalau ia menatapku dengan mata tajam.

Aku ingin tau apa yang membuatnya melihatku seperti itu. Memikirkan hal itu, aku langsung sadar dan mencoba mengulang sapaanku untuk lebih menghormati mereka berdua. Tetapi, sebelum aku melakukan hal itu Rein sudah mengambil alih posisiku dan menunduk memberi hormat.

"Maafkan saya atas kelancangan teman saya ini, Alice-sama, Yukina-sama. Ia sejak kecil memang memiliki sifat yang acuh dan kurang ajar seperti sekarang ini. Jadi, tolong maafkan dia."

Knight BakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang