Chapter 4 - Paladin

350 37 26
                                    

Berlari mengikuti kakek tua dan ibu, aku melihat beberapa penjaga sedang bertarung melawan orang-orang berpakaian hitam itu. Tidak tanggung-tanggung korban banyak berjatuhan dari pihak penjaga dari pada orang-orang berpakaian hitam itu.

Ini sudah seperti perang saja. Kalau ingin mengincar satu orang saja bukankah cukup dengan membunuhnya secara diam-diam, tidak perlu membuat keributan seperti ini.

Ibu bilang targetnya adalah Alice, tapi aku rasa bukan itu tujuan mereka yang sebenarnya.

Berlari melewati lorong, kami sampai di tangga pintu masuk utama dimana tempat itu langsung menuju acara pesta berlangsung. Di perjalanan, kami melihat beberapa bangsawan sudah terluka parah bahkan ada yang tergeletak mati.

Ini bukanlah pembuhan... ini adalah pembantaian besar-besaran.

Sesampainya, dengan segera kami membuka tirai tempat pesta berlangsung.

Menurut perhitunganku, hampir separuh dari orang-orang berpakaian hitam itu berada di tempat ini dan benar saja, mereka membuat formasi melingkar untuk mengepung. Di tengah-tengahnya, beberapa orang yang mengenakan zirah besi, mengelilingi Alice untuk melindunginya.

Kakek dan Ibuku yang menyadari kalau mereka dalam situasi yang tidak menguntungkan, langsung menerobos masuk dan membantu pihak Alice.

"Kazikiri jangan sampai terpisah dari ibu."

"Ba-baik bu."

Berdiri di depan kami, kakek tua itu sudah mengayunkan pedangnya secara brutal. Kekuatan yang ia miliki sangat luar biasa, walaupun gerakannya sangat mudah di baca dan di tangkis, ia dapat mementalkan musuh-musuhnya sejauh mungkin.

"Alice-chan apa kau baik-baik saja?"

"Austin oji-sama? Deliana-san? apa yang kalian lakukan disini?"

"Kesampingkan dulu soal itu, sekarang kami akan membawamu ke tempat yang aman."

"Ba-baiik"

"Yosh... Para pengawal ikuti aku... Huaaaa!!"

Suara tubrukan bergema di sekitar ruangan. Aku tidak tau kekuatan seperti apa yang di miliki oleh kakek tua ini, tapi dengan sekali hantaman tubuhnya ia bisa menciptakan sebuah lubang besar di dinding.

"Lewat sini."

Mengikuti kakek tua itu, para penjaga mulai menggiring Alice untuk mengikutinya. Di bagian belakang, ada ibuku yang berjaga-jaga dan aku di suruh bersembunyi di kerumunan pengawal Alice.

Saat Alice menyadari kehadiranku, ia bertanya khawatir kepadaku.

"Heh... Kazakiri-kun?! Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Bersembunyi, mungkin?"

"Bukan itu maksudku, kenapa kau masih berada di tempat ini? Kupikir kau sudah mengungsikan diri."

"Kau tau kan, aku di sini karena aku ingin membantu ibuku untuk mengantar pesanan roti tapi aku tidak tau kalau hal seperti ini akan terjadi."

"Jadi begitu, maaf Kazakiri-kun kau jadi terlibat dengan masalah ini."

"Ahh... tidak. Tenang saja, aku baik-baik saja. Yang lebih penting aku harus melindungi ibuku."

"Heh?! Bukan untuk melindungiku?"

"Hm. Kenapa aku harus melindungimu?"

"Eeh ? Ahh... tidak... tidak apa-apa. Aku tidak berharap sama sekali kok, tidak sama sekali."

"Hah?"

Mengalihkan wajahnya dariku, Alice membuat wajah yang sedikit kesal. Aku tidak tau kenapa ia menjadi seperti itu tapi akan ku kesampingkan dulu soal itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Knight BakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang