2. Meet Evil

82 6 2
                                    


Sena mendongak. "Siapa kau?" seorang pria dihadapannya berdiri disaat ia berharap. pria itu datang seakan Sena memanggilnya.

Sena menatap pria misterius itu pasrah; wajahnya yang tidak seserius saat menatap orang-orang, keluarga kerajaan, dan juga tampak tanpa perasaan sedih anak-anak. Pria misterius itu datang seperti seorang penyelemat dari siksaan, dari sisi yang tak terduga, bersamaan dengan hal buruk yang memasuki hatinya, dan kehidupannya.

Wajahnya menyebabkan kekaguman yang ganjil untuk anak 10 tahun. Pria itu sama sekali tidak terlihat seperti bandit yang akan membunuhnya karena uang. Pria itu terlihat seperti bangsawan yang tersesat.

Mata sedih dan mata gagak yang bertabrakan. Itu tatapan gagak yang panjang dan sangat dewasa. Penampilannya berbeda dari bangsawan yang kaya, sangat menarik perhatian, disaat bersamaan ia terlihat seperti pangeran.

"Siapa kau?" semakin lama, manik gagak kelam pria itu menariknya.

"Apa kau melihatku menangis?"

Seperti sesuatu telah terjadi padanya, Sena kembali terisak, suara yg pelan.

"Kau memanggilku," Pria itu mendekat, masih dengan tatapan gagaknya, datar, bahkan sesekali ia menelan salivanya. Sena masih terisak, tapi matanya tak bisa lepas dari pria itu, seakan ia terhipnotis untuk menangis.

"Kau memanggilku, gadis kecil." Katanya datar dengan berjongkok didepan Sena, seperti seorang pesulap. Pria itu menghela nafas pelan dengan menyentuh wajah Sena, tapi itu seakan mantra hipnotis, yang mengerap inti kehidupannya, wajah Sena dibuat pucat, bibir kemerahan yang samar, Sena tidak terlihat seperti sakit tapi ia dibuat berwajah patung porselen retak.

Mata gagak yang datar semakin mendekat, dan tubuhnya serasa sangat ditarik keluar, Pria itu mempengaruhi perubahan pada dirinya. Sena merasakan tubuhnya kehilangan beberapa tulang belakangnya, kepalanya pusing dan ia serasa ingin muntah bersamaan. Tapi pria misterius itu, dia mendekatkan bibirnya didepan Sena, mengucapkan mantra yang tidak diketahui.

"Maka aku akan menjawab panggilanmu." Pria itu membuat Sena menutup matanya.


***


Ratu Elea tidak sanggup berdiri bahkan mengeluarkan suaranya. Ia baru saja keluar dari lingkungan istana dan beberapa jam berlangsung, ia tidak berkomunikasi dengan keluarga kerajaan, memberikan tanggung jawab istana sementara kepada orang kepercayaannya. Para pelayan yang dibawa, tidak cukup untuk membuat Ratu Elea berhenti meraung-raung, ratu mereka tidak pernah kesakitan, wanita tua tangguh yang sudah menyanggah hidup rakyatnya selama 40 tahun ini.

Para prajuit di luar tenda, menutup telinganya. Ratu Elea menangis dengan suara melengkingnya khas wanita.

Satu jam lalu, seorang prajurit menemukan Sena tertidur di batang pohon, melihat Sena sudah tidak bernapas, Sena telah mati, pelindung sebenarnya kerajaan mereka telah mati.

"Tidaaak... Dia masih hidup! Sena masih hidup!". Ratu mereka berteriak kesakitan, tubuh tuanya sekarang lemah, selayaknya seorang manula.

Semua orang didalam tenda menunduk, beberapa tabib, pelayan, pemandu perjalanan, dan seorang tetua kerajaan mereka, tidak pernah sekalipun Ratu Elea membungkukkan badan dan tergeletak dibawah, semua ini karena anak itu, gadis kecil yang menjadi pelindung sebenarnya mereka. Sena telah mati, sebentar lagi kerajaan mereka akan hancur, seperti ramalan raja agung Murrunder.

"Dia masih hidup! Upacara pergantian dimulai esok hari!"

Ratu Elea berteriak pada mereka. Entah kesalahan apa, Ratu Elea tidak pernah meludah ketanah. Ia memeluk mayat Sena, kulitnya sudah dingin dan kaku.

The Guardian : DEMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang