Budayakan vote dulu sebelum rea :3
.
.
.
.
.
Demian telah menikmati hidangan makanan bersama Sena saat raja Darren datang mengunjungi kediamannya. Ia tidak terkejut ataupun senang karena raja Darren mau repot-repot datang untuk membawa semangkuk manisan mangga.
Tidak begitu dengan Sena, dia mau menyambut dengan hormat bahkan membungkuk untuk mempersilahkan raja Darren duduk diantara mereka. Sena begitu merasa terhormat, hatinya berbuncah karena raja Darren membalas sambutannya.
Demian tidak ikut menyambut dan masih tetap tenang ditempatnya sambil memakan hidangan, tanpa menoleh pada Sena ataupun raja Darren
Sena menghirup aroma buah yang sangat manis saat raja Darren mulai membuka mangkuknya. "Hmmm... raja sudah repot-repot mau datang. Kami tidak makan banyak karena hasil tangkapan ikan tuan Demian hanya cukup untuk makan malam." Ia memperhatikan raja Darren menuangkan manisan itu kedalam mangkuk untuk tiga orang, dirinya, Sena dan Demian.
Saat bagian mangkuk Demian tiba, raja Darren bersuara. "Aku sudah membawakanmu makanan malam ini. Makanlah sebagai bentuk penghormatanmu padaku."
Tapi Demian tetap bergeming dengan makanannya, bahkan meraih piring ikan yang lain. Raja Darren tetap diam dan tidak merasa kesal, justru ia menanti Demian akan kesal padanya.
Kedatangan raja Darren bukan suatu kebetulan, malah Demian sudah tahu niat raja Darren menemuinya di jamuan makan malam dengan Sena. Dalam hatinya, Demian berusaha untuk tidak mengeluarkan suara atau pun melirik wajah raja Darren. Cukup hanya dengan duduk diantara mereka, bersikap tenang dan seolah tidak ada apa-apa.
Kali ini Sena mencoba memakan manisan mangga dipiring, mencecapi rasa manis dan asam yang menggiurkan dan membuat air liurnya keluar. "Makanan ini sungguh enak. Terimakasih atas kehadiran-Mu raja Darren."
Raja Darren merespon Sena dengan senyumnya. Bocah polos yang hanya mau menyambut dirinya datang. Sebagian dalam dirinya, raja Darren terpesona oleh kecantikan murni Sena dan sebagian berusaha memberontak. Sena tampaknya akan mudah akrab dengannya.
"Benarkah? bagaimana rasanya?" raja Darren tersenyum disela-sela pertanyaannya.
"Tentu saja." Sena menggigit bibirnya. "Aku suka rasa asamnya. Bagaimana pun juga, raja sudah mau menemui kami." Sekali lagi Sena menunduk hormat. Kemudian melanjutkan memakan hidangannya.
Raja Darren mulai memakan hidangannya sambil sesekali melirik Demian yang sama sekali tidak mau melihatnya. Ia tahu jika Demian kesal atau tidak senang. Tentu saja, Demian tidak akan terkejut dengan kedatangannya, karena pasti dia sudah tahu tentang niatannya.
Sena menoleh pada Demian, ia merasa tidak nyaman karena sedari tadi pria itu tidak mau bicara. Setelah kepulangan mereka selesai dari mengankap ikan, sikap Demian menjadi aneh, bahkan sekali pun tidak mau merespon ucapan Sena diawal jamuan makan malam yang membicarakan tentang orang asing yang mereka temui saat hendak pulang. Sampai sekarang, raja Darren hadir, Demian tidak mau menyambutnya.
"Demian, bagaimana kabarmu? Kenapa kita tidak membicarakan tentang petualanganmu sebelum kembali ke istana?" secara mengejutkan raja Darren menghentikkan makannya dan mulai bicara pada Demian. Tapi tetap saja, pria itu diam, tidak mau bicara.
"Maafkan aku raja Darren, Tuan Demian sedang tidak dalam kondisi baik." Raja Darren menoleh pada Sena yang menyahut dengan senyumannya.
"Sedang tidak dalam kondisi baik? Memangnya apa yang terjadi dengan pangeran?" raja Darren mulai bertanya secara sakarstik. Tapi Demian tetap melanjutkan makannya tanpa menoleh. "Tapi apapun yang terjadi, pasti sangat membuat Demian kesal."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardian : DEMIAN
FantasíaHidupnya selama 10 tahun ini, ia hanya melihat kematian satu persatu keluarganya. Demi kerajaan lemah yang bertopang pada tongkat kematian, keturunan Murrunder harus dijadikan pengorbanan. Demi mendapatkan tahta kerajaan, Demian harus membunuh Sena...